055. -Last

59 2 0
                                    

055. Last

____Last Chapter___

_____

Tangan Galang menggandeng tangannya Giola. Saat ini mereka berdua sedang menuju ke roftoop rumah sakit. Untuk menghabiskan waktu bersama, meski untuk yang terakhir kalinya.

Mereka berdua terduduk di atas bangku yang ada di atas sana. Memandangi langit pada sore hari, begitu menenangkan sekali. Beberapa kali angin sejuk menerpa keduanya membuat sensasi dingin, mereka berdua saling memandang satu sama lain.

"Galang, Giola mau ngomong sesuatu, Galang mau denger nggak?" tutur kata Giola.

"Kalau yang lo omongin itu soal penyakit lo lagi, mendingan nggak usah." tampik Galang. Sudah cukup Giola bicara sejak tadi.

"Gue serius Galang, this is important." ucap Giola, semakin dalam menatapi Galang.

"Okeh, apa?" pungkas Galang, dia menyiapkan batinnya, kalau-kalau Giola akan bicarakan hal yang bisa membuatnya sakit.

"Gue mau, kalau gue pergi nanti, lo harus kuat... jadi penyemangat buat yang lainnya, lo bisa kan lakuin itu buat gue?"

Nah, sudah diduga oleh Galang, kalau Giola akan mengatakan hal yang tidak-tidak. "Giola, kenapa lo ngomongnya gitu mulu, sih?"

"Galang, sekarang kita bahas yang realitanya aja. Kenyataannya memang gitu, 'kan?"

"Maaf, tapi gue nggak bisa." Galang berdiri, dan berniat untuk beranjak dari duduknya itu, tapi Giola menahan lengan Galang dan memintanya untuk duduk kembali.

"Galang, lo nggak boleh takut... gue cuma pergi, bukan menghilang. Kalau lo nanti jadi lemah, terus siapa yang bakal kuatin yang lainnya?"

"Lo ngertiin gue, Giola. Ngebayangin lo jauh dari gue aja, gue nggak bisa. Ini lo minta gue supay tetap tegar? Mustahil banget."

"Nggak ada yang mustahil, selama Galang ada sama Giola, selama Giola ada sama Galang, nggak ada yang nggak mungkin." Giola menggengam erat tangan Galang, memberikan cowok itu kekuatannya.

"Promise to me?"

Galang tidak menjawabnya, dia menutup kedua sudut bibirnya rapat-raapt seakan tidak mampu bicarakan apapun lagi. Bahkan dia tidak bisa menjanjikan apapun pada Giola, karena Galang tidak yakin akan bisa menepatinya.

"Galang?" cicit Giola, karena Galang tidak meresponnya.

Galang menghela nafasnya berat. "Ok. Promise."

Refleks Giola tersenyum senang, walau kenyataannya sangat pahit, tapi dirinya cukup lega melihat ketegarannya Galang. Di menyandarkan kepalanya di pundaknya Galang. "Makasih, Galang..."

Keadaan hening selama beberapa saat. Keduanya menyembunyikan perasaan sakitnya, seolah tidak terjadi apapun di antara mereka berdua. Galang mengharapkan adanya keajaiban yang membuat Giola bisa tetap bersamanya, namun sepertinya sudah tidak ada secuilpun harapan, Giola saja sudah benar-benar putus asa.

"Gue sayang sama lo, lo tau itu kan? Bahkan sampai gue mati, gue tetap sayang lo. Your are my first, and last love."

"Terimakasih ya Galang, Giola bukan apa-apa tanpa adanya Galang. Maaf, kalau gue belum bisa jadi pacar yang baik buat lo." lanjut Giola. Galang hanya menyernanya saja secara seksima.

"Lo lebih dari bintang, karena lo lebih bersinar, lo lebih dari pelangi, karena lo lebih indah. Nggak ada satupun abstrak dan objek, yang bisa samain lo di sini. Galang satu-satunya, tidak ada duanya. Miliknya Giola, sampai kapanpun." Giola mulai berpuitis.

GALANG & GIOLA ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang