016. The Snake Girl

21 4 0
                                    

016. The Snake Girl

"Galang kita jauhan aja dulu, ya?"

______

Ternyata dugaan Giola benar, Ainaya mengajak Giola ke rumahnya. Giola juga penasaran, seperti apa kehidupan Galang yang sebenarnya di dalam rumahnya itu.

Ainaya memberhentinkan motornya sesampainya di sana. "Yuk, udah sampai."

Giola mengangguk dengan senyuman kecil, matanya langsung menatap ke berbagai arah, mencari keberadaan Galang. Setelah dia dan Ainaya turun dari motor, keduanya segera masuk, dan rupanya mereka datang di waktu yang tepat, karena Galang dan kedua orangtua dari Galang dan Ainaya, tengah makan malam bersama, di meja makan.

"Assalammualaikum, Bun, ada tamu, nih." salam Ainaya, juga sedikit menggoda Giola.

Galang langsung keheranan melihat Giola di sana, banyak pertanyaan yang mendadak muncul, tapi setidaknya Galang senang melihat Giola ada di sana, senyumannya pun tidak tertahan lagi.

Ainaya melihat ekspresi wajah Galang, dia pun meledeknya. "Ekhem, nggak usah senyum-senyum sendiri, juga, kali."

Galang langsung menetralkan senyumannya detik itu. Kakaknya itu memang senang mengacau, apa dia tidak punya incaran lain untuk dikerjai?

"Lho, Kak, Bunda kira dari jauh, itu temen kamu yang namanya Sejuk, atau Thaletha. Siapa nama kamu?" Riris bertanya, sejauh ini Giola memang belum berkenalan lebih jauh dengan keluarga Galang.

"Nama Saya Giola, Om, Tante." Giola memperkenalkan dirinya dengan sopan pada Wawan dan juga Riris.

"Jangan panggil Om, masih muda gini, toh, haha." Wawan malas bercanda.

"Owalah Giola. Yaudah, kamu makan dulu sini, Kak, Giola-nya ajak makan, tuh." Riris menawarkan, berhubung tadi Riris juga memasak banyak, nasinya pun banyak.

"Nggak usah Tante, Giola cuma ben-" Giola berusaha menolak dengan sopan.

"Gapapa, toh. Kamu jangan malu-malu. Mangga, mangga." Riris tidak menerima penolakan.

Karena menghormati tawaran dari Riris, Giola pun dengan senang hati ikut makan bersama dengan keluarga Galang. Giola duduk di kursi tengah-tengah antara Ainaya dan Galang. Ainaya mengambil piring kosong dan mengambilkan nasi untuk Giola, beserta lauknya. Malam ini Riris memasak ayam goreng, sayur bayam, tumis kangkung, juga tempe dan tahu.

Dari semua itu, kesukaan Galang dan Giola cuma satu, ayam goreng, terutama bagian paha bawah.

"Emhh, si Giola ini, temannya Galang lho, Bun. Yang sering Galang cerit-"

"Ekhem! Ekhem!" Galang sengaja berdehan untuk memotong ucapan Ainaya, jangan sampai Ainaya membeberkan itu kepada Giola, jangann.

"Oh, ya? Jadi kapan tanggal jadian kalian, nih?" Riris sengaja menggoda kedua.

"Kapan juga mau nikah?" Wawan ikut-ikutan juga.

"Kak, Bunda, Papah, ih!" Galang memanggil ketiganya secara bergantian. Sementara Giola, apa lagi yang dia bisa lakukan saat ini, kecuali diam dengan wajah tersenyum.

"Hahaha.." ketiganya puas menertawai Galang, Giola sendiri sebenarnya menahan gelaknya, supaya kesan anggunnya tetap ada.

"Oh ya, Giola, gimana ayamnya? Tumis kangkungnya gimana, enak?" Riris bertanya pada Giola, sekalian meminta pujian juga.

Giola mengangguk dengan senang hati. "Enak, Bun-Tante maksudnya, hehe." sial, entah kenapa secara frontal, mulutnya kepeleset.

Riris tersenyum, bukan karena pujian untuk masakannya itu. "Kalau mau manggil Bunda gapapa, kok."

GALANG & GIOLA ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang