05. Peace

42 6 0
                                    

05. Peace

"Ini kebetulan, atau takdir?"

____

Bel sekolah kembali berbunyi. Kali ini kegiatan MOS lebih, lebih, lebih, meletihkan dibandingkan kemarin. Wajar saja, kemarin hanya sekedar pembukaanya, dan itu masih awalan. Tapi sekarang? Inilah masa di mana para calon didik baru harus extra lebih gigih.

"Gill! Gil! Gil!" Fealyn berseru memanggil Giola yang tampaknya tengah berjalan menuju ke arah kelas sementara mereka.

Giola menengok ke belakangnya, tampak Fealyn yang berlari menuju ke arahnya.

"Lo mau ke kelas, Gil?" tanya Fealyn, berbasa basi. Dirinya sudah tiba tepat di samping Giola, keduanya serentak berjalan ke arah kelas mereka.

Giola memutar kedua bola matanya. "Bukan! Mau ke neraka!"

"Udah tau, pake nanya!" sebalnya. Kelihatannya memang dia mau masuk ke dalam kelasnya, mengapa Fealyn masih saja bertanya?

Secara sok akrabnya, Fealyn merangkul Giola. "Yaelah, sensi banget, lo, kayak bayi baru lahir aja."

Kerut Giola terlipat binggung. "Lah? Emangnya bayi kalau baru lahir sensian?"

"Nggak tau sih, hehe." Fealyn terkekeh, pasalnya memang tadi itu dia menerka-nerka saja.

Giola menggeleng keheranan, Fealyn itu mempunyai sikap yang rada aneh- rada-rada pokoknya.

Sambil terus berjalan, mereka berdua terus cekikikan sampai akhirnya keduanya itu tiba pada bangku yang mereka tempati, baris kedua dari pojok kiri. Giola serentak dengan Fealyn meletakkan tas masing-masing di sandaran bangku mereka. Mengeluarkan beberapa alat tulis. Perlu diakui, tas mereka kali ini lebih berat dari pada kemarin, lantaran tasnya itu menyimpan banyak aneka makanan yang diperintahkan OSIS untuk dibawa hari ini.

"Pagi semuaa...." Kak Rizki menyapa mereka semua. Langkah kakinya dibarengi dengan Kak Yufy dan Sitar, keduanya bergegas membuka-menutup pintu kelas.

"Pagi, Kak...." semuanya membalas sapaan Kak Rizki. Disimpulkan mereka semua seperti sudah siap untuk memulai MOS hari kedua.

"Pstt... Pstt... Gil!" Fealyn memanggil Giola secara berbisik-bisik, seraya menyenggol bahu Giola.

Giola mendecak sebal. "Iya Pe'a, kenapa?"

"Kok Pe'a, sih?! Nama gue itu Fealyn! Dibacanya Felin! Kok jadi Pe'a?!" Fealyn tidak terima namanya diplesetkan begitu saja. Terlebih kalau plesetan namanya itu, tidak enak untuk didengar.

"Lo aja ganti nama gue jadi 'Gil', gue biasa aja. So, nggak boleh komplen, hehe." balas Giola, dia dapat merasa puas karena bisa membalas Giola. Walaupun keduanya itu hanya sedang bergurau satu sama lain.

"Iye, deh, iye, terserah lo. Gue tuh cuma mau minjem hape lo." ucap Fealyn.

"Hape gue? Buat?" Giola bertanya.

"Nambahin nomor gue lah, di kontak lo." jawab Fealyn menjelaskan.

"Duh, udah nanti aja. Ntar kalau ketahuan Kak Rizki, gimana?" Giola berkata. Karena memang saat MOS sudah dimulai, mereka dilarang menggunakan alat komunikasi apapun, terkecuali kalau memang sedang diperlukan.

GALANG & GIOLA ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang