049. Kenyataan Seperti Mimpi.
"Sakit banget."
_____
Setelah menghabiskan beberapa waktu di rumah sakit, Galang pun kembali ke rumahnya dalam perasaannya yang tidak bisa dijabarkan oleh kata-kata.
Dia merasa seperti lelah, tapi dia tidak tahu lelah karena apa. Biasanya Giola akan terus jadi penyemangatnya, namun untuk kali ini tidak, sebab tadi Giola tidak bicara banyak kepada Galang, karena waktunya Giola di bagi untuk keluarganya yang hadir juga di situ.
Galang juga merasakan sepi, seolah tidak ada siapapun yang hadir menemaninya sendirian di sini. Galang menghela nafasnya, dia berjalan dengan lesunya ke dalam rumahnya.
Rumah yang dulunya begitu ramai, ceria, berisik, dan heboh.... rumah itu sekarang persis seperti rumah yang tidak berpenghuni, karena sangat sunyi, sepi sekali.
Galang bersandar di sofa ruang tamu. Dia memijat pangkal hidungnya yang terasa pening. Beberapa kali dia mengingat waktu-waktu bersama Ainaya, Riris, dan juga Wawan.
"Pah, mah, kalian kenapa nggak pernah nelpon Galang sejak kalian pergi, sih? Gatau kalian kalau Galang kangen?"
"Bisa nggak waktu diulang kembali? Galang mau kembali ke saat-saat yang dulu." Galang berkata dalam hatinya itu.
Galang mengambil ponselnya di saku celana Jeans-nya, dia harap Riris atau Wawan menjawab telepon darinya, dia mencoba menelpon satu-satu dari mereka, namun sayangnya tidak ada satupun yang mau menjawab telpon darinya, padahal ponsel mereka aktif.
"Kemapa kalian nggak ada yang bisa angkat telpon dari Galang? Udah nggak penting ya?" Galang jadi merasa seperti sedang diabaikan oleh mereka berdua. Galang tahu, dia menelpon orangtuanya, bukan di jam sibuk, tentu Riris dan Wawan pasti bisa mengangkatnya, hanya saja mereka tidak ada niatan untuk itu.
"Galau-galau mulu, kenapa sih?" celetuk Ainaya tiba-tiba yang entah sejak kapan dia berdiri di belakangnya sana.
"Gapapa, lo tuh jadi orang jangan kepoan bisa nggak, sih?" cibir Galang, padahal niatnya Ainaya itu baik, ingin tahu keluh kesahnya Galang.
"Nggak, nggak bisa! Wlee!" Ainaya membalas. Cewek ini menduduki bagian kosong di samping Galang.
Galang menghela nafasnya, bola matanya terputar begitu saja, malas baginya untuk tertawa hari ini, rasanya ingin diam saja seharian, tanpa adanya interaksi dengan sesiapapun.
"Cerita sama gue, kenapa? Lo abis diselingkuhin Giola, ya? Atau lo putus sama dia?" Ainaya menerka-nerka, sayangnya semua dugaannya itu salah.
"Nggak." Galang menggelengkan kepalanya, tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Terus kenapa muka lo kusut banget, kayak baju belum disetrika aja."
"Kaga apa-apa. Udah gih, mendingan lo mandi aja sanah, udah mau malam. Nanti kalau lo mandinya malam, lo bisa kena rematik." Galang ingat petuah orang zaman dahulu, yang sering dibilang oleh Riris dan Wawan kepadanya.
"Yeuhh, iyya-iyya, ini gue juga udah mau mandi, kok. Lagian tanpa mandi juga, gue udah cantik kok. Ya nggak?"
"Dih pede. Cantik kagak, yang ada bau!" ledek Galang. Anak ini terlalu jujur, sayangnya tidak semua hal bisa dia jujuri.
Ainaya pun berdiri lagi, tanpa mengatakan apapun lagi, cewek ini langsung saja menuju ke kamar mandi yang tidak jauh dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALANG & GIOLA ( End )
Novela Juvenil#1 [ INI LAGI DI REVISI YAA SENG ] "Tekadnya kuat, sayangnya, sayapnya yang mudah patah." -nurhmanis in Galang & Giola. "Alang.... Ola bisa ke langit," -Giola Asyandhy. "Jaga sayap kamu, Ola. Kalau harus patah, maka kita harus patah bers...