"Aku udah bisa ungkapin Rahasia aku ke kamu. Dan kamu ungkapin Rahasia ke aku waktu itu."
× JESSI & MUTHE story ×
[End] ✓
[Revisi]
#Bonus Track [Complete]
! Fanfiction !
! Happy reading !
Pagi hari, udara masih segar. Burung burung sudah melakukan pekerjaan rutinnya untuk berkicau merdu di pagi hari. Cahaya matahari yang tak terlalu terik pun membuat mahluk bumi yang merasakannya akan nyaman dan memilih untuk masih terjaga di dalam tidur.
Sayang hari itu hari Senin. Sehingga memaksa seluruh umat manusia untuk melakukan aktivitas dan menemui kejadian yang berstatus misterius untuk hari ini. Rasanya malas sekali saat menyadari hal itu. Tapi apa boleh buat, mau tidak mau kita tetap harus menghadapi hal itu.
Seperti sekarang, Jessi masih berada di atas kasur sambil memaksa dirinya untuk bangun. Usaha yang cukup membuang banyak tenaga. Padahal baru aja login lagi dari istirahat.
Jessi duduk dan mengimbangi penglihatan dengan menggaruk mata menggunakan punggung tangan nya. Serasa sudah sadar total. Jessi mengambil handphone. Dan terlihat ada notifikasi dari seseorang. Belum juga minum, jessi sudah merasa sangat segar ketika sedang saling membalas pesan dengan seseorang itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----
Jessi Pov
Senang campur bingung. Tidak seperti biasanya muthe mengajak pergi bareng, biasanya aku yang selalu mengajaknya pergi sekolah bareng. Bahkan pernah suatu hari aku sampai memaksa, hingga ku teror di hari sebelumnya.
Ya..., bukan tanpa alasan aku melakukannya. Saat itu di daerah kami terjadi marak nya pencopetan dan jambret. Aku hanya ingin melindungi Muthe supaya dia tidak menerima dan mendapatkan hal semacam itu. Lagi pula dengan talenta silat yang ku pelajari dikuasai sejak kecil cukup untuk menjadi pelindungnya.
Kalian pikir ini modus? Jujur iya
----
Author Pov
Rasa bingung yang Jessi rasa, kalah dengan rasa gembira. Maka dari itu dia lupakan untuk bertanya tanya tentang muthe yang tumben sekali mengajak untuk pergi sekolah bareng.
Tepat di jam 6 pas. Jessi sudah rapih dan wangi. Penampilan jessi kali ini juga cukup berbeda. Dari biasanya jessi berpenampilan acak acak an dan tidak sesuai aturan, seperti; memakai sepatu bebas, pakaian baju nya selalu di keluarkan dari celana. Yap celana, di sekolah mereka cewe yang mempunyai kepunyaan khusus di perboleh kan memakai celana saat disekolah.
Sedikit beralih Jessi ini memang murid yang tergolong pintar. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa jessi ni orangnya tidak cukup pintar dalam beretika mematuhi aturan. Cukup batu Jessi itu.
Muthe yang menjadi anggota osis bagian sekretaris mencatat siswa/siswi yang melanggar aturan sekolah saja sudah cape dengan Jessi. Bagaimana tidak, kadang Jessi juga tidak nurut apa yang Muthe perintahkan untuk mematuhi aturan. Malah Muthe di goda Jessi untuk melakukan apa yang Jessi suruh kepada Muthe, baru dia akan menuruti aturan sekolah sesekali. Lantas Muthe malas dengan Jessi.
Tapi kali ini, Jessi berpenampilan lain tanpa di suruh Muthe. Baju rapih, sepatunya juga hitam, kecuali dasi. Jessi sering meminta muthe untuk memakainya dasi. Jessi sebenarnya bisa saja pakai dasi, tapi itulah modus yang Jessi lakukan kepada Muthe.
Sesudah berkaca melihat penampilan, Jessi bergegas menuju bagasi. Tanpa diduga dia mendapati sapaan dari cicinya, "idih idih tumben amat lo rapih begitu, biasa nya juga kucel" Ujar Jesslyn cici Jessi yang kaget tiba tiba adiknya yang dia kenal pemalas merubah penampilan menjadi lebih rapih.
"Kucel salah, rapih salah, mau lo apa sih ci," balas jessi dengan nada yang tidak santai.
"Yeu ga gitu maksud gua china, tumben amat lo kek gini. Ya heran lha gua. Apa karena gara gara tuh cewe osis?"
"Mungkin," jawab Jessi dan langsung berlalu meninggalkan Jesslyn, sesudah memakai sepatu.
"Bucin tolol" ucap Jesslyn lirih dan pelan untuk mengatai adiknya.
"BERISIK" teriak Jessi yang mendengar ucapan lirih cicinya.
Jesslyn pun terheran heran kok bisa adiknya mendengar perkataannya, padahal menurut Jesslyn itu sudah sangat pelan. Tak mau kalah Jesslyn bales teriakan itu. Dengan hal yang sama yaitu ucapan sarkas pada Jessi, tentang dirinya patuh karena cinta.