<revisi>
Muthe Pov
Memang ya, kalau kita dapet tugas kelompok bisa jadi 80% main, 20% ngerjain tugas, benarkan? Kalau ga selesai tugasnya paling nanti dikerjain mendadak pas hari h di sekolah sebelum jam pelajaran. Jangan bilang tidak ada orang seperti ini. Aku yakin pasti orang orang di seluruh dunia pernah mengerjakan tugas se jam sebelum mata pelajaran.
Mungkin hoki atau memang keberuntungan, aku ini punya teman bernama Jessi yang tetap terjaga dalam fokusnya untuk mengerjakan tugas. Iman yang Jessi miliki kuat, dia tidak marah sama engga ikut main dan meninggalkan tugas di laptop sana. Kalau aku jadi Jessi sih udah pasti mode rewel marahin orang yang asik main. Hebat emang si pemilik julukan penyuka barongsai. Tapi jangan kalian pikir aku beban, tetap berkerja kok membantu Jessi.
Engga malas, hanya rajin bermalas malasan.
Tapi memang aku hanya bagian membereskan barang barang di meja. Dan tapi! Ini juga kerjaan.
"Yeay selesai, huff cape cape," Keluh ku sambil berlaga mengelap dahi yang berkeringat. Padahal tidak.
"Dih," 3 huruf itu lolos dari mulut Jessi, saat aku selesai bicara.
"Iyaa.. aku cape begete, butuh healing... butuh healing..." Timpal Christy, yang kulihat dia sudah di posisi yang lemas di sofa sambil mengipas ngipas wajah dengan tangannya.
"Lebay, alay banget Angel, padahal lo cuman ngetik nama sama tanggal tapi cape," ejek Jessi untuk Christy, dan aku juga(?)
"Jeci?? sekecil itu pun butuh effort lo tau?" Christy sedikit bergetar merubah posisi tubuh nya menjadi duduk, "nih ya kita tuh gerakin jari kita, gerakin sendi sendi yang ada di dalam tangan kita, dan itu butuh effort yang lebih. Butuh tenaga, butuh izin Tuhan, butuh-" Penjelasan Christy terpotong saat terdengar bunyi dering telepon dari handphone nya.
"Alhamdulillah, makasih Tuhan Yesus," Lirih kecil Jessi, aku bisa mendengarnya. Itu membuat ku untuk tahan tawa.
Dengan sengaja, mata ku mencari layar handphone Christy untuk melihat siapa yang menghubunginya, "kitty Itu kak Chika yang telepon," Saut ku.
"Yah di suruh pulang ini mah" Christy mengeluh lemah. Dia mengangkat telepon itu dan pergi menjauh sedikit dari posisi aku dan Jessi di ruang tamu agar dapat fokus dengan orang di balik telepon.
Tanpa memperdulikan lagi, aku mengambil handphone untuk melihat jam, ternyata sudah jam 5 sore lebih. Karena memang hanya berniat melihat jam sekilas. Aku menutup layar handphone kembali dan berniat untuk melihat ke arah Jessi sekedar melirik dia saja. Tapi yang ku dapati Jessi adalah dia sedang menatap ku terlebih dahulu, entah itu sudah lama atau kita bersamaan menengok nya. Tentu saja aku kaget, dan sedikit tersentak.
----
Jessi Pov
Menatap Muthe dengan dalam itu adalah salah satu kegiatan yang wajib aku lakukan saat ada momen dimana kita berdua saja tanpa ada orang ketiga. Lagi, benar benar berdua tanpa ada orang lain di antara kita.
Maka dari itu setelah Christy berlalu agak menjauh, aku langsung mengambil kesempatan ini. Mau tau apa yang aku rasakan? Rasanya tenang dan membuat hati berdegup nyaman saat menatap dunia berwujud manusia ini.
Ah liat saja, saat dia mulai menyadari aku menatapnya. Ekspresi nya masih tetep sama, terkejut dan menyiratkan alis yang nyaris menyatu. Lucu.
Banyak perubahan yang aku alami saat melakukan hal ini. Yang paling terasa perubahannya adalah saat awalnya Muthe ragu atau malu malu untuk membalas tatapanku. Dan sekarang Muthe sudah mulai berani untuk membalas tatapanku. Aku tau dia cuman main main saat menatap ku alias bercandaan. Dia pasti beranggapan kalau ini permainan tatap mata lalu jika ada yang mengedipkan matanya dia akan kalah. Atau dia pikir aku hanya sekedar bengong ke arah dirinya.
Sebenarnya kalimat terakhir ada benarnya. Aku bengong sambil memikirkan masa depan ku dengan Muthe.
Anehnya, aku gugup saat menyadari diri ini baper. Padahal sudah tau kalau kenyataannya begitu.
'Cantik' selama menatap Muthe aku hanya fokus dan diam, hanya satu kata itu yang tercipta yang mengelilingi satu putaran penuh di otak.
----
Muthe pov
Heran. Jessi terus menatap terus ke arah ku. Ya baiklah, aku tentu menatapnya balik memangnya aku harus melarikan mata ini kemana. Jadinya aku dan Jessi seakan beradu pandang begitu saja, secara spontan. Tapi jessi kok menatap mata ku terus ya. Tatapannya makin dalam (?) aku rasa, karena bola mata hitamnya pun sedikit perlahan membesar.
Aku jadi ingin bercerita sedikit kisah, awalnya Jessi selalu seperti ini setiap kita ketemu. Di setiap sela pasti dia seakan menyempatkan dirinya untuk tiba tiba diam, lalu menatap ku dengan lama(?) untuk point ini aku tidak terlalu yakin, bisa saja dia hanya bengong namun tatapannya ke arah ku. Penasaran juga, apa sih yang dia liat? Mata? Atau wajah ku? Aku emang cantik tapi kenapa menatapnya gitu banget sih. Ga kedip lagi.
Tapi kenapa aku malah ngikut natap dia lama juga? Awalnya ketika Jessi begitu aku ragu buat natap balik karena merasa aneh saja, bahkan ngoceh ngoceh ga jelas di depan Jessi. Entah kenapa kalau dia begini, Jessi mendadak punya masalah pendengaran yang serius. Mau tidak mau aku harus main fisik buat menyadarkan dia. Kalau saja dia kerasukan itu tidak lucu.
Bingung berada di suasana yang tiba tiba sepi. Aku ambil lau melempar 1 bantal sofa yang berada di dekat ku ke arah dia. Tenaga aku kelepasan saat melempar bantal itu jadi agak sedikit keras. Saat bantal itu sudah menyentuh permukaan wajah Jessi, aku juga sedikit meringis karena itu pasti panas.
"Duh" ringis Jessi tepat merasakan bantalnya menghantam mukanya.
"Kan, lagian kambuh lagi bengong kearah gua. Udah tau gua ga pinter agama. Nanti kalau lo kerasukan gimana?" Ketus ku dengan tidak ada rasa bersalah. Lagian salah dia sendiri.
----
Author Pov
Bukanya berhenti melakukan hal; menatap dunianya. Jessi perlahan kembali ke posisi awal setelah mendengar suara celotehan Muthe. Pendengarannya dia rasa agak berubah, suara Muthe perlahan terendam seperti di dalam air. Dan perlahan tidak ada suara apapun. Hanya pemandangan wajah cantik Muthe.
"IH BENGONG LAGI KAN, TABOK NIH" kesal muthe ketika menyadari Jessi masuk ke mode bengong.
"Eh iyaaa iyaaa" Jessi sadar kembali dari lamunannya.
Muthe menggelengkan kepalanya nya tak habis pikir dengan Jessi, "btw si Christy kemana lagii. Lama banget teleponnya" tanya Muthe asal saat menyadari kalau Christy tidak kunjung kembali. Baru saja menoleh guna untuk mencari Christy. Ternyata Muthe sudah menangkap yang ia cari.
Siapa sangka ternyata Christy ikut bengong juga di antara mereka dengan menatap lurus ke depan. Kali ini muthe benar benar kaget.
"AN- ASTAGHFIRULLAH CHRISTY! INI NAPA IKUT BENGONG SIH AHH?!." Dengan berteriak Muthe melempar juga bantal sofa yang lain ke arah Christy.
Melihat kejadian yang cepat berlalu itu. Membuat Jessi tertawa, cukup menghibur juga pikirnya dengan kelakuan teman temannya ini.
To be continue:vote
![](https://img.wattpad.com/cover/337702888-288-k878404.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. Rahasia || JesMuth
De Todo"Aku udah bisa ungkapin Rahasia aku ke kamu. Dan kamu ungkapin Rahasia ke aku waktu itu." × JESSI & MUTHE story × [End] ✓ [Revisi] #Bonus Track [Complete] ! Fanfiction ! ! Happy reading !