Siete

9.1K 902 35
                                    

•••

Cahaya matahari pagi menyorot seluruh penjuru kamar. Renjun mengernyit dalam tidurnya ketika lampiasan sang mentari membias wajahnya. Sedetik kemudian si manis tak merasa panas lagi, perlahan Ia membuka matanya.

Pandangan pertama yg renjun lihat adalah donghyuck yg sudah rapi dengan jas berwarna hitamnya tengah berdiri didepannya persis, yg mana menghalangi sinar matahari langsung menyorot wajahnya.

Renjun segera merubah posisinya bersandar dikepala ranjang, akan tetapi rasa perih dan nyeri di bagian bawahnya berhasil membuat wajah pucat renjun meringis. Donghyuck yg paham langsung membantu renjun untuk bersandar.

Pria dengan sorot tajam memperhatikan ekspresi kesakitan yg ditunjukkan renjun. Kemudian menggaruk tengkuk sembari menghembuskan nafas berat. Pasti rasanya sangat sakit.

“Mianhae, semalam aku tidak bisa mengendalikan diri. Seharusnya aku tidak terburu buru.” Sesal donghyuck. Salahkan dirinya yg terlalu bersemangat sampai tidak memperdulikan renjun yg harus menanggung akibatnya.

Sementara si mungil huang hanya diam saja. Dirinya tidak bohong, rasa nyeri luar biasa memang begitu menyiksa namun ketika melihat pria ini meminta maaf dengan sorot tulus membuat dadanya berdetak ribut. Perasaannya mendadak hangat.

Setelahnya, tangan lentik renjun bergerak mengusap punggung tangan milik yg lebih tua. “Aku baik baik saja. Tuan tidak perlu khawatir, bukankah kau ingin segera punya anak?”

Mata tajam donghyuck menelusuk dalam manik berkilau renjun. Seolah mereka saling memuja lewat tatapan yg tercipta.

Donghyuck mengulas senyum tipis. “Aku tidak salah memilihmu.” Renjun membalasnya dengan senyuman kecil.

Donghyuck bangkit, melangkah mengambil semangkuk bubur yg sudah disiapkannya untuk renjun. “Makanlah. Aku akan pergi kekantor, hari ini ada meeting dengan klien.” Lagi lagi renjun mengangguk anggukan kepalanya patuh.

“Jangan keluar kamar bila masih sakit. Jika memerlukan sesuatu panggil saja pelayan. Aku pergi dulu,” Selepas kalimat terakhir diucapkan donghyuck, pria itu berjalan keluar kamar, menarik knop pintu untuk kemudian menutupnya lambat lambat.

Samar renjun juga mendengar donghyuck berbicara pada seseorang, tak lama kemudian pintu kembali terbuka, seorang maid masuk tiba tiba. Renjun menoleh kaget. Wajahnya memerah, pasti pelayan itu memikirkan yg tidak tidak saat mendapati dirinya tidak memakai pakaian, serta hanya ditutupi oleh selimut.

Wanita paruh baya tersebut hanya tersenyum ramah, walaupun renjun menatapnya canggung.

“Maaf tuan renjun. Aku diminta oleh tuan besar Lee untuk membantu anda membersihkan diri.”

Sadar akan ucapannya yg terdengar ambigu, sang pelan cepat cepat mengoreksinya sebelum renjun sempat menyela. “Aa–maksud saya, membantu memberikan apa yg tuan renjun butuhkan...”

Wanita itu meletakkan pakaian yg dibawanya. Sedangkan tanggapan si manis, tidak dapat mengatakan apapun lagi. Rasa malu sudah membuatnya bungkam tak berkutik.
.
.
.
.

“Njun, kenapa tak masuk hari ini?”

Chenle, Felix beserta Yangyang sedang melakukan panggilan video bersama renjun. Merasa cemas akibat tidak mendapati hadirnya renjun masuk kampus membuat mereka akhirnya memilih menghubungi sang sahabat.

Ketiga pemuda tersebut kini sedang ada di salah satu caffe. Menampakkan suasana tempat itu yg terbilang cukup ramai.

Renjun menelan ludah gugup. Alasan apa yg akan ia katakan kepada sahabat sahabatnya kira kira?

EMEIS || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang