Treinta

4.1K 427 28
                                    

•••

“Tunggulah sedikit lagi, renjunnie. Kita, aku, kau dan baby akan menjadi keluarga paling bahagia didunia ini. Akan kuberikan seluruh duniaku untukmu, untuk anak kita. Apapun renjunnie, apapun demi keluarga kecil kita yg bahagia. Percaya padaku..—

—Aku sangat mencintaimu, kau tahu? Sangat, hingga aku ingin mati dengan membawa cintaku padamu..”

Renjun bergerak gelisah dalam tidurnya. Dibuktikan keringat yg menghiasi wajah serta nafas yg berhembus cepat.

Tangannya mencengkeram bantal gemetar. Lagi..mimpi itu datang kembali. Air mata tidak bisa dibendung, renjun menangis tersedu sedu sembari menggeleng menolak.

“Hyung...hiks”

“—JANGAN TINGGALKAN KAMII!!!”

“Renjun..hei, tenanglah sayang”

Renjun tersentak, matanya langsung menangkap doyoung yg tengah memeras sapu tangan dicambung besar berisi air hangat. Meletakkan kain tersebut diatas dahinya, terasa dingin juga nyaman. Ia sontak memejam sebentar.

“Panasmu naik lagi. Memikirkan apa, hm? Donghyuck lagi ya?”

Manik itu enggan terbuka buat doyoung tersenyum maklum hingga tangannya bergerak mengusap kepala si manis. Sepertinya renjun kembali tertidur setelah mengigau semalaman.

“Serindu itukah renjunnie...” Doyoung beralih menyentuh leher renjun guna memastikan keadaannya. Masih agak panas, padahal sudah dikompres.

Hah...cepatlah pulang hyuckie. Sepertinya renjun tidak bisa berpisah lama denganmu...” Dia terkekeh kecil. Menelisik perubahan mimik wajah renjun yg sesekali merengut dalam tidurnya.

Ia bangkit, menutup pintu kamar pelan membiarkan renjun istirahat.
.
.
.
.

Paginya renjun sudah siap membantu doyoung didapur, bantu menyaksikannya memasak. Karena doyoung melarangnya ikut campur.

“Kamu yakin sudah benar benar baikkan? Lebih baik istirahat lagi saja..nanti eommaa buatkan soup.”

Renjun justru menggeleng. Ia tidak bohong mengatakan sudah membaik karena memang tubuhnya kian terasa lebih ringan. “Aku sudah sehat eommaa..”

“Arraseo. Tapi dilarang ikut memasak. Kamu tidak boleh kecapean.”

Kepala renjun mengangguk cepat sembari mengangkat ibu jarinya kedepan doyoung. “Owkyyy!”

“Renjun, apa teman temanmu jadi kemari? Kebetulan eommaa membeli beberapa bahan masakan. Katakan saja makanan apa yg mereka suka, nanti eommaa buatkan.”

“Tidak usah repot doyoung eomma. Mereka diberi air putih juga pasti suka..” Gurau renjun buat doyoung tertawa, melanjutkan mencuci beberapa lobak dan sawi di wastafel.

Doyoung tiba tiba menghadap renjun, menimbulkan sedikit ketegangan kala pria itu menatap renjun serius. “Kamu yakin ingin jujur sekarang?”

“Entahlah eomma, aku hanya mengikuti hatiku saja untuk tidak lagi menyembunyikan hal ini semakin lama. Perasaan bersalah yg aku rasakan kian hari kian besar setiap aku mengatakan kebohongan pada mereka. Dan aku rasa inilah mungkin waktu yg tepat untuk mereka tahu masalahku...”

“Renjunnie, kita memang belum lama saling kenal, eomma sebelumnya tidak mengenalmu, tidak tahu asal usulmu. Eommaa sempat marah kepada kamu dan hyuck, sampai akhirnya hyuck menceritakan alasan yg sebenarnya, mengapa kamu mau bertaruh nyawa untuk melahirkan nyawa baru demi keluarga kami. Eommaa paham situasimu nak, tidak ada orang yg rela melakukan hal sekonyol ini jika bukan untuk sesuatu yg mendesak.”

EMEIS || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang