Trece

7.1K 757 17
                                    

•••

Huekk.....hueekk...

Donghyuck senantiasa mengusap punggung sempit renjun yg tengah memuntahkan sesuatu ke closet kamar mandi. Tidak lupa memberikan segelas air putih untuk diteguk olehnya.

Saat membuka mata, donghyuck dikejutkan suara orang yg sedang muntah. Menepikan keinginan untuk tidur karena panik begitu mendengar isakkan anak itu.

“Huwaaa...pusingg”

“Dua hari dirimu terus terusan muntah begini. Tetapi tetap menolak diperiksa kerumah sakit. Dasar kepala batu!” Omel donghyuck seraya memijit kening yg sekarang beraliran keringat tersebut.

Sudah membujuk dengan cara apapun renjun tetap kukuh dengan jawabannya. Yaitu tidak mau. Membuat donghyuck hanya bisa mengoceh ini dan itu sembari menyindir si pemuda maret.

Hueekk!!

Nah kan.

“Tidak ada cairan lagi yg bisa kau keluarkan. Makan tidak mau, minum hanya sedikit, dibawa ke rumah sakit kau menolak. Maunya dipeluk olehku seharian. Ck. Ada apa denganmu?!”

“Tidak tahu..”

Pria yg lebih tua menyelipkan kepalanya diantara lengan renjun untuk membantunya berjalan.

Membawanya menuju ranjang besar, donghyuck membaringkan si manis hati hati. Lalu bersidekap dada sambil mengamati renjun yg kini terlihat menyedihkan. Kantung mata yg menghitam, bibir pucat yg sudah pecah pecah dan kelopak mata sayu tanpa sinaran binar seperti biasa.

Sebenarnya dia sakit apa sih?!

“Mau mu apa? Ingin terus muntah setiap pagi?! Memangnya kau tidak lelah? Lihat keadaanmu. Bercerminlah dan kau akan
lihat gambaran orang penyakitan dari dirimu sendiri.”

Renjun menghapus air matanya. Pemuda itu menatap donghyuck dengan manik berkaca kaca. “Jahat! Hikss...mau mendoakan ku sakit benaran ya?!”

Donghyuck menghembuskan nafasnya pelan. Berusaha menjaga nada suara agar terdengar lebih lembut. “Kau mengatakan ingin segera lulus kuliah bukan? Dua hari ini dirimu tidak masuk kelas. Jika selalu bolos, itu akan mengurangi nilai yg selama ini kau dapatkan dengan susah payah.”

“Makanya kita periksa ke dokter. Apa penyebab kau seperti ini. Siapa yg akan tau bila kau bisa saja terjangkit malaria, jadi harus mendapatkan penanganan segera.” Jelas donghyuck ngawur namun berhasil menakuti renjun. Anak itu makin mengeraskan tangisnya.

“Hikss..T–tapi....a..aku tidak mau kesanaa”

“Aku benci bau obat obatan.”

“Jika begitu, bagaimana caramu berobat selama ini?! Pergi ke dukun, eoh? Zaman sekarang masih percaya hal hal mitos dapat memberimu kesembuhan?! Yg benar saja, renjun-ah. Aku bahkan—”

“TIDAKKAH MULUTMU BISA DIAM?! Apa kau pikir didunia ini hanya ada dukun?! Lalu apa tugas dokter praktek?! Bagaimana dengan klinik herbal? Ck. Bodoh!”

Donghyuck bungkam. Teriakkan renjun seperti makian sang eomma, jujur saja. Karena memang hanya eommanya yg berani mengatainya secara terang terangan.

EMEIS || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang