Veinte

6K 706 50
                                    

•••

Renjun murung.

Seminggu lebih berada dirumah sakit berhasil buatnya muak, belum lagi dua hari lalu ketika renjun sadar pasca kejadian tersebut, ia tidak menemukan keberadaan donghyuck. Pria itu sama sekali tidak ada dimanapun.

Tidak menjawab panggilan telfon maupun memberi kabar kepadanya.

Renjun sedih, ketika orang yg ia nantikan memegang jemarinya erat malah tidak ada. Sosok yg mengatakan bahwa ia akan selalu berada disisinya, justru menghilang. Sosok yg ia harapkan menjadi objek pertama yg tertangkap begitu matanya terbuka, nyatanya hampa semu.

Lagi lagi renjun harus disentak untuk kembali ke kehidupan nyata, bahwa perhatian pria itu semata mata hanya untuk darah dagingnya. Donghyuck tidak mengkhawatirkan renjun. Donghyuck hanya peduli terhadap janin yg sedang renjun kandung.

Semua perhatian yg belakangan ini donghyuck curahkan hanya demi buah hatinya.

Berhenti berharap renjun. Tidak ada yg lebih sakit daripada berharap pada kemustahilan. Itu justru akan senantiasa menyakiti dirimu.

Klekk...

Decitan pintu dibuka memecah lamunan si manis, dimana tampak seorang pria cantik yg senantiasa menemani renjun.

Lee Doyoung, pria cantik yg mengaku ibunda dari donghyuck. Kala itu, renjun hanya bisa menahan nafas dimana pertama kalinya ia bertemu doyoung, kemudian memberinya senyum hangat.

Yg mana membuatnya tersentuh. Untuk pertama kalinya renjun merasakan kehangatan senyuman seorang ibu. Ia tak dapat menampik kehadiran doyoung cukup membuatnya tenang.

“Begitu makanannya habis, jangan lupa minum obat agar kamu dan baby pulih. Eomma sudah mengobrol dengan dokter mengenai keadaan renjunnie, besok kamu sudah bisa pulang.” Doyoung meletakkan bawaannya diatas nakas. Kemudian bantu menyuapi bubur untuk renjun.

“Tidak usah repot, i–immo. Aku bisa makan sendiri.”

“Jika eomma menunggu mu, bisa bisa makanannya tidak disentuh. Biar eomma yg suapi saja..”

Renjun memilin ujung selimut dengan gugup. Mulutnya gatal ingin bertanya namun perasaannya mencoba menahan segala hal.

“Renjunnie mau tanya soal hyuck ya?”

Doyoung tersenyum lembut. Tangannya bergerak mengusap pipi renjun, lantas anak itu terkejut.

“Hyuck tidak ada disini karena dia harus menyelesaikan pekerjaannya. Perusahaan tengah sibuk karena sedang menjalankan projeck penting, lebih tepatnya mendesak. Dan hyuck harus ada untuk mengawasi prosedur kerja para anak buahnya..”

Renjun melarikan pandangannya cepat. Salah tingkah begitu sadar bahwasanya gelagatnya berhasil dibaca doyoung.

Berakhir hanya menerima suapan demi suapan yg disodorkan doyoung dengan wajah total merona.

“Maafkan hyuckie ya, karena harus menepikan kalian sejenak. Ini juga demi perusahaan dan kita semua.”

“Ndee, immo—”

Doyoung mencoba memberi pengertian kepada renjun. Ia tahu pasti renjun kecewa karena tidak adanya sang putera bersamanya.

“Panggil eomma juga tak apa, renjunnie. Kamu sudah eomma anggap anak sendiri.”

EMEIS || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang