••
Salju pertama di tahun ini. Sekaligus penutup kenangan yg akan berganti tidak lama lagi.Butiran es berjatuhan dari langit. Membawa nuansa baru diakhir tahun dengan kemeriahannya. Natal.
Toko toko yg berderet menampilkan pernak pernik natal, ditambah lampu warna warni yg terpasang lucu dibagian pintu berlonceng. Renjun tidak bisa melunturkan binar senang diwajahnya. Semua tampak mencolok, mencuri setiap perhatian, berhiaskan lambang Santa claus beserta kereta rusanya. Dia amat menyukai suasana Natal. Terasa ramai, semua orang merasa penuh suka cita.
Bagaimana renjun tidak senang, akhirnya dapat menikmati bagaimana rasanya merayakan hari besar yg selama ini sukar ia rasakan. Biasanya Natal akan menjadi salah satu hari yg paling tidak renjun tunggu. Disaat semua orang menghabiskan waktu mereka bersama keluarga, bermain, bercanda, saling bertukar kado dan membuat permohonan, disitulah renjun merasa menjadi manusia paling menyedihkan yg pernah ada.
Renjun sendiri. Meski Paman dan Bibi selalu mengajak dirinya merayakan Natal bersama, namun kenyataannya rasa kesepian dan sedih tidak pernah hilang. Ibarat renjun belum bisa menerima fakta bahwa satu satunya keluarga yg ia punya hanya mereka. Seakan renjun memang sudah ditakdirkan hidup dalam kekosongan, tidak ada yg benar benar bisa mengisi ruang terpencil didirinya.
Namun tahun ini berbeda, renjun bisa melebarkan senyumnya dengan puas. Perasaan yg lapang serta bagian diri yg terasa lengkap.
Lee Donghyuck. Benar, berkat pria itu Renjun merasa penuh. Penuh akan kasih sayang dan perhatian yg melimpah. Melenyapkan rasa sepi yg perlahan menenggelamkan jiwa renjun. Donghyuck menjaganya dengan baik, merawat renjun bagai sosok istimewa dihidupnya. Untuk sesaat renjun ingin lupa kenyataan.
“Injunnie.”
Renjun menoleh, meremat erat genggaman tangan mereka. Buat donghyuck tidak bisa menahan senyum.
“Kamu memikirkan sesuatu?”
“Tidak, aku tidak memikirkan apa apa. Ehmm...apa hyung sudah menemukan pohon yg pas?” Renjun melirik beberapa rekomendasi pohon natal. Dari yg tinggi hingga menengah ke kecil juga ada. Dengan donghyuck tampak menimang pilihannya.
“Bagaimana dengan yg besar? Kamu bisa menghiasnya sepuas hati. Nanti kita beli bola bola dengan mainannya sekaligus.”
“Itu terlalu tinggi hyung! Aku tidak mau lelah dihari Natal. Ku rasa yg menengah lebih baik. Sederhana namun bisa menjadi penghangat suasana mansion yg sepi.” Jelas renjun sambil menatap pria yg lebih tua. Yg pada akhirnya berhasil dikabulkan oleh donghyuck. Pria asal jeju tersebut dengan segera memborong bahan belanjaan mereka lalu memutuskan untuk kembali pulang.
Tepat didepan pintu kaca, sebelum keduanya keluar dari toko donghyuck menarik syal yg ia pakai kemudian langsung melilitkannya di leher renjun, membuat si manis sedikit tersentak. Satu lagi, donghyuck juga menyempatkan memberinya kecupan di kening.
“Bagaimana dengan hyung—”
“Ayo pulang.”
Renjun tergugu. Dia benar benar tidak dapat menahan perasaannya untuk kesekian kali, donghyuck terlalu sempurna dimatanya. Renjun mengakui ia sudah jatuh dalam perlakuan manis pria itu selama beberapa bulan ini. Tidak ada yg bisa membuat renjun merona hanya dengan satu kalimat pujian saja, juga tidak seorangpun yg bisa membuatnya uring uringan tidak jelas hanya karena donghyuck tidak membalas pesannya tepat waktu.
Satu hal yg bisa renjun simpulkan bahwa ia sudah meletakkan donghyuck disatu ruang khusus dalam hatinya. Tempat yg belum pernah ia percayakan diisi oleh siapapun. Dalam arti renjun satu satunya pihak yg melanggar janji kontrak mereka. Bahwa tidak seorangpun dari ia maupun donghyuck diperkenankan menjatuhkan hati satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMEIS || HYUCKREN
Fanfiction[ON HOLD] 24 tahun, masih menduduki bangku kuliah malah diminta melahirkan seorang anak? Sinting! Tidak diberi pilihan sama sekali. Renjun harus memutuskan menerima tawaran gila itu atau diusir dari kontrakan bersamaan dengan terancamnya kuliah kar...