Dieciséis

6.9K 716 53
                                    

•••

“HUWAAAAA....JAAHAAT!!”

Renjun mengusap kedua matanya kasar. Bersiap menghindar jika donghyuck akan mengambil ancang ancang utnuk memeluknya.

“Njun..”

“Apa?! Pergi sana!!”

Pria yg lebih tua hanya dapat menggeleng pasrah. Memilih membiarkan pemuda manis itu menangis sesegukkan.

Sejak satu jam lalu, tepatnya setelah mereka memutuskan untuk pulang, disitulah renjun terus terusan meraung bahkan hal tersebut berlangsung selama mereka diperjalanan. Menjerit tidak mau kembali dan meninggalkan yg katanya teman temannya itu. Lagi lagi berhasil membuat donghyuck menekan emosi dari dalam dirinya.

Lalu beginilah yg bisa ia terima begitu mereka sudah tiba dimansion. Berjalan berjauhan, tak lupa dengan isakkan kecil yg sesekali berdengung. Mencoba membujuk pun, yg donghyuck dapati malah pukulan tas dari pemuda itu.

Donghyuck menekan ujung lidahnya di pipi bagian dalam, terlihat menahan kekesalan saat memperhatikan renjun yg kini tengah selonjoran di sofa ruang tamu sambil menyedot susu cokelat kesukaannya. Tenang. Seakan suara tangisan yg beberapa menit lalu hanya sapaan angin saja. Bak bocah kecil yg tidak berdosa.

Entah pergi kemana isakkan keras beberapa saat lalu?!

“Hyyuunnggg!!”

“Wae?” Renjun segera menoleh begitu mendengar balasan dari pria tua tersebut. Tiba tiba bibir bawahnya ia gigit. Hidung yg memerah ia usap, serta suara ingus yg kembali dihirup membuat donghyuck berakhir membuang nafasnya berat.

“Injuniee...hikks..injunnie hanya ingin bermain bersama merekaaa...hikss, maaf sudah buat hyung kesal..” Renjun meremas kotak susu yg sudah kosong. Tangisnya pecah lagi. Kepala anak itu menunduk, enggan menatap donghyuck yg pasti sedang marah kepadanya.

“Injunnie juga tidak tahu kenapa bisa seperti ini..hiks..aku benci diriku yg sekarang....huuweeee”

“Duckie hyung maaf..”

Donghyuck langsung menarik tubuh mungil renjun menuju pelukannya. Mengelus kepala si manis yg bergetar di dadanya. “Sudah. Tidak apa apa. Aku mengerti, itu bukan semata mata keinginanmu. Ini maunya baby, benarkan?”

Renjun tidak membalas, ia semakin mengeratkan tangannya dipinggang donghyuck. Sembari menghirup bau khas dari pria tampan dipelukannya ini. Renjun akui, ia menyukai bau maskulin dari donghyuck, entah dari kapan.

“Nanti bawa injunnie kesana lagi ya?? Mau bertemu teman teman..” Renjun mengembungkan kedua pipinya, memancing tangan donghyuck untuk mencubitinya gemas.

“Iya. Nanti kalau aku ada waktu luang.”

“Hyung wangi. Hyung pakai parfum merek apa?”

Gerakan mengelus punggung renjun terhenti, donghyuck beralih menarik hidung mungil pemuda itu. “Aku tidak pakai parfum. Kenapa? Kau suka?”

Renjun mengangguk antusias, mengundang donghyuck tertawa kecil. Gemasnya.

Pelukan keduanya lepas. Pria yg lebih tua segera menghapus lelehan air mata renjun menggunakan ibu jarinya. Kemudian mengunci manik ke bola mata jernih makhluk didepannya persis. “Wajahmu tambah lebar.”

“Hyung!”

Ditanggapi oleh tawa renyah dari si pemilik senyum matahari.

Saat donghyuck ingin beranjak pergi, lengannya tiba tiba disentak dari belakang. Setelahnya punggung donghyuck memberat begitu renjun melompat dengan seenaknya.

EMEIS || HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang