•••
“Beberapa investor menurunkan nominal harga pasar demi ikut dalam pengeksporan yg akan kita lakukan minggu depan, jujur ini cukup menguntungkan kita sajangnim. Apalagi intensitas perusahaan kita mengalami lonjakkan tinggi tinggian, bahkan setelah menutup perekapan kerja sama, sejumlah pengusaha terkenal berani mengambil harga mahal untuk Lee's company.”
Proyektor besar yg tengah menampilkan kenaikan saham beserta sejumlah perusahaan yg bergabung menjadi perhatian utama semua yg berada di ruangan tersebut. Donghyuck selaku Directur utama mendengarkan dengan teliti bagaimana perusahaan yg ia jalankan kurang lebih 10 tahun ini berhasil menduduki yg terbesar dinegaranya.
Pria itu mengangguk, semua yg dijabarkan sudah jelas sebagaimana kerugian dan laba yg bisa Lee's company dapatkan. “Tetap terapkan aturan yg sudah aku berlakukan. Entah kepada siapapun, jika mereka berani pasang harga diatas persyaratan maka blocking list adalah satu hal yg harus kalian lakukan. Seperti yg kalian ketahui, tidak mudah berada dititik ini. Peluang yg kita dapatkan sudah sangat berpotensi. Aku percaya terhadap hasil kerja kalian, tidak usah terburu buru, biar waktu yg berbicara.”
Semua mengangguk. Mereka begitu mengagumi sosok tegas nan disiplin donghyuck. Dibalik sikap keras dan dinginnya, pria itu selalu menghargai segala bentuk pencapaian mereka. Tidak membentak disaat mereka butuh bimbingan, tidak menuntut disaat yg lainnya butuh tuntunan. Donghyuck mencoba mengerti cara bekerja para karyawannya. Ia paham semua butuh proses, tidak perlu memerintah jika kenyataannya ia bukanlah seorang raja. Semuanya sama. Donghyuck juga pernah merasa takut kala tidak seorangpun yg mau menjelaskan mengapa ia harus sekeras ini.
Rapat internal selesai, semua kembali bekerja seperti biasa.
Jeno berdiri, matanya menghadap sang boss untuk pamit kembali keruang kerja. Diikuti juga oleh jaemin yg juga ada disana, bersebelahan dengan jeno.
Jaemin menyikut lengan jeno jahil, yg mendapat delikan sinis dari si pemuda Lee. “Apa sih?!”
Ia tergelak setelah puas membuat sang sahabat kesal. Jaemin menepuk pundak donghyuck sebelum ikut berlalu keluar ruangan rapat, mengintili jeno yg sibuk mengomel.
Si pria tan hanya menganggguk sebagai jawaban. Kini ruangan rapat itu hanya menyisakan dirinya sendiri.
Donghyuck menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Otaknya kini sedang berpikir. Mengenai saham baru yg akan ia ambil untuk perluasan manivestasi perusahaan kedepannya. Percayalah, otak donghyuck berputar keras akan hal hal kecil seperti ini. Bertahun tahun terbiasa berpikir kritis terhadap apapun menjadikannya sebagai orang yg logis dan pikir panjang. Tidak heran, Doyoung akan sering mengomel bila donghyuck bisa melupakan istirahatnya.
Tok! Tok!
“Permisi, sajangnim.”
Donghyuck menoleh kearah pintu, keningnya naik sebelah pertanda menanti kalimat seterusnya.
“Ada panggilan telfon untuk anda.” Si wanita segera masuk setelah mendapat persetujuan dari sang boss. Kemudian memberikan ponsel donghyuck pada pemiliknya.
Donghyuck tak dapat menahan senyum begitu nama yg tertera ialah renjun. Si manis huang yg tengah mengandung calon pewaris Lee.
“Yeoboseyo..”
“Hyuungg~~”
“Ndee?”
Terdengar grasak grusuk diseberang telfon, donghyuck mengernyitkan keningnya bingung.
“Bila nanti hyung pulang, tolong belikan aku tteobokki pedas yaa..” Suaranya terdengar imut. Donghyuck mengangguk walau renjun tidak akan bisa melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMEIS || HYUCKREN
Fanfiction[ON HOLD] 24 tahun, masih menduduki bangku kuliah malah diminta melahirkan seorang anak? Sinting! Tidak diberi pilihan sama sekali. Renjun harus memutuskan menerima tawaran gila itu atau diusir dari kontrakan bersamaan dengan terancamnya kuliah kar...