Bab 19

250 32 1
                                    

Jaemin menatap satu persatu sahabatnya sambil tersenyum hangat. Rasanya ia sudah sangat lama tidak melihat mereka semua hingga membuatnya rindu.

"Rasanya sudah sangat lama aku tidak melihat kalian," ucap Jaemin dengan senyuman yang terbit di bibirnya.

"Kau tidur terlalu lama dan berkali-kali mengalami kritis," Ujar Renjun.

"Maaf membuat kalian khawatir,"

"Jangan meminta maaf, itu bukan sebuah kesalahan," balas Jeno.

"Untuk kedepannya kita harus lebih berhati-hati dalam berkendara, aku tidak ingin salah satu dari kita kembali terluka, rasanya menyakitkan melihat kalian dalam kondisi terluka seperti itu," lirih Mark.

Tatapan Jaemin lalu tertuju pada Haechan yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Syukurlah kau baik-baik saja," ujar Jaemin, ia ingat terakhir kali ia mencari Haechan dan berakhir di tabrak mobil.

"Maaf Na, karenaku kau harus merasakan semua ini" ucap Haechan sambil menggenggam tangan Jaemin, pemuda itu masih terbaring di tempat tidur karena belum mampu untuk duduk.

"Tidak, ini semua bukan salahmu," balas Jaemin.

"Aku benar-benar minta maaf" sesal Haechan, tanpa bisa di cegah air matanya mengalir begitu saja, jika ia benar-benar mati saat itu mungkin ia akan menjadi orang yang paling mengecewakan Jaemin, sahabat yang begitu menyayanginya.

"Jangan menangis, aku sudah bilang ini bukan kesalahanmu Chan,"

"Nana sekarang sudah baik-baik saja jadi berhentilah menangis," ujar Mark.

Haechan kembali diam namun air matanya tak berhenti mengalir, tangan Jaemin berpindah mengelus Rambut Haechan yang menunduk. Entah mengapa ia merasa merindukan Haechan padahal pemuda itu sudah ada di sampingnya, ia merasa Haechan jauh darinya.

"Kemana Chenle dan Jisung?" Tanya Jaemin, sebenarnya ia menunggu kedatangan kedua sahabatnya itu namun sampai sekarang keduanya belum muncul juga.

Keempat pemuda itu saling memandang satu sama lain sebelum menatap kembali Jaemin dengan sorot kesedihan membuat Jaemin semakin bingung dengan keempat sahabatnya.

"Ada apa?" Tanyanya lagi saat tak ada yang menjawab.

"Jisung berada di rumahnya, ibunya baru saja meninggal dan dia pasti masih berduka," jawab Mark yang membuat Jaemin terkejut.

"Ibunya kecelakaan saat mencoba kabur dari rumah sakit," lanjut Mark.

"Kalau Chenle, kami tidak tau dimana dia sekarang, dia hilang dan kami masih mencarinya"  tambah Jeno. Belum pulih dari rasa terkejutnya dengan berita duka dari keluarga Jisung sekarang ia kembali di buat terkejut dengan hilangnya Chenle. Ternyata banyak hal yang terjadi saat dirinya terbaring koma.

"Kau jangan terlalu memikirkannya, fokuslah pada pemulihanmu, kami yakin dia pasti baik-baik saja dan akan kembali secepatnya" Ujar Renjun.

"Kalian sudah melapor ke polisi?" Tanya Jaemin.

"Tidak, maksudnya belum, jika hari ini dia tidak kembali baru kami melapor ke polisi," jawab Mark.

"Disaat seperti ini aku malah tidak bisa melakukan apapun," lirih Jaemin.

*****

Sore hari Chenle tiba di asrama dengan keadaan jauh dari kata baik-baik saja. Terdapat banyak luka di tubuh pemuda berkulit putih itu yang membuat lukanya terlihat sangat mencolok. Mark, Haechan, Jeno serta Renjun yang baru saja kembali menjenguk Jaemin  tercengang melihat keadaannya.

"A-apa yang terjadi?" Tanya Haechan terbata. Pemuda itu mendekati Chenle yang masih berdiri di ambang pintu dengan keadaan lemah. Wajahnya nampak pucat dengan beberapa perban yang melekat disana.

Chenle tidak menjawab, tatapan pemuda itu kosong namun tak lama setetes air mata mengalir di wajah pucatnya. Haechan yang melihat itu tanpa mengatakan apapun langsung memeluk Chenle. Pemuda itu tak lagi ragu untuk menangis menunjukkan sisi lemahnya.

"Aku lelah Hyung," lirih Chenle, untuk pertama kalinya ia menunjukkan sisi lemahnya di depan orang lain. Kejadian kemarin benar-benar mengguncang mentalnya. Tiga lainnya mendekat dan ikut memeluk Chenle.

"Hidup ini terlalu melelahkan," lanjutnya.

"Kau boleh menangis tapi jangan menyerah, aku yakin ada kebahagiaan yang menantimu di ujung sana," ujar Haechan.

"Kami akan selalu ada bersamamu, mari berjalan bersama menjemput kebahagiaan itu," lanjut Mark.

"Sekali lagi, ayo berjuang bersama," ucap Jeno.

"Sekarang kita kerumah sakit, lukamu harus di obati" Haechan melepaskan pelukannya di ikuti yang lain. Tangannya terangkat membersikan sisa air mata di wajah Chenle. Mereka tidak akan bertanya dulu tentang apa yang terjadi mengingat keadaan Chenle yang tidak memungkinkan.

"Tidak perlu aku baik-baik saja,"

"Tapi lukamu bisa infeksi,"

"Ibu akan menemukanku jika berada di rumah sakit," lirih Chenle membuat yang lain terdiam. Mereka sekarang tahu penyebab pemuda itu menghilang.

"Baiklah, sebaik kau bersihkan diri dulu, biar aku yang mengobati luka-lukamu," ucap Mark kemudian.

"Baik Hyung, ngomong-ngomong dimana Jisung?" Tanya Chenle.

"Dia di rumah, ibunya meninggal," sama seperti Jaemin, Chenle juga kaget mendengar berita itu.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya

"Ibunya kecelakaan di tabrak mobil," Jawab Renjun.

"Hidup ini memang kadang tidak adil," gumam Chenle. Rasanya mereka bertujuh memang di pertemukan karena takdir mereka tidak berbeda jauh, sama-sama tidak beruntung dalam hal keluarga.

"Sayangnya kita tak punya cara untuk mengubah," balas Haechan.

"Ayo kekamarmu biar ku obati," Ajak Mark.

*********




























*********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Mampir yuk ke book baru aku, ada di second akun aku ipaasyifa

Best Friend EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang