MOBIL RONGSOK

43 6 0
                                    


MOBIL RONGSOK

Salsabila

Lion Air 610 dengan penerbangan domestik dari Jakarta menuju Pangkal Pinang dikabarkan hilang kontak pada 29 Oktober 2018.

Aku mematikan televisi dan masuk ke kamar. APA? Pesawat jatuh dan besok aku akan tes CPNS di Ibu Kota menggunakan pesawat yang sama. Kekhawatiranku semakin bertambah, dari khawatir tidak lulus tes setelah effort banget pinjam uang Bapak untuk ke Ibu Kota, overthinking karena sebelumnya belum pernah ke Ibu Kota dan parahnya kami tak punya keluarga di sana, dan sekarang ditambah lagi dengan kekhawatiran naik pesawat. Persiapanku belajar mandiri selama tiga bulan apa akan terbayarkan? Bagaimana jika tes nanti tiba-tiba listrik mati? Aduh, kenapa aku menambah daftar kekhawatiran yang baru. Apa aku mundur saja?

"Dek, Bapak sudah pinjam mobil untuk ngantar kamu ke bandara besok," kata Bapak dengan excited mendukungku tes CPNS. Melihat antusias dan semangat Bapak, mendadak aku menjadi tak tega untuk mundur.

"Okey," kataku mencoba menutupi banyaknya kekhawatiran dalam diriku. It's Okay, aku pasti bisa melewati semua ini. Toh, bukan hanya aku yang akan tes. Pasti banyak orang di luar sana yang sama khawatirnya denganku.

"Aku pasti bisa, bisa mandiri di sana, bisa lulus tes, dan bisa selamat sampai kembali ke sini," kataku sambil melihat diriku di pantulan kaca.

Hit you with that ddu-du, ddu-du, du. Ah-yeah, ah-yeah.

Handphone-ku berdering. Nama Elvi Sukaesih dan foto whatsapp-nya muncul di layar telepon genggam yang tiap tahun ikut merayakan Tahun Baru Imlek milikku.

"Kak, apa aku mundur aja ya?" kataku tanpa basa-basi menerima panggilan dari Kak Elvi, kakakku.

"Kenapa mundur?" tanyanya.

"Aku takut Kak, saingannya banyak. Aku takut nda lulus. Aku juga takut sendirian ke sana, tingkat kejahatan di sana tinggi mana pesawatnya landing jam sebelas malam. Terus, Kakak lihat berita di televisi? Maskapai pesawat yang akan aku naiki besok itu sama. Aku takut," kataku menangis. Ya, aku mulai putus asa di hari terakhir sebelum keberangkatanku.

"Itu kan hanya pikiranmu. Kamu belum mencoba dan langsung menyerah. Dicoba dulu, demi Bapak dan Mama," kata Kak Elvi.

"Nah, itu lagi. Kenapa Bapak harus repot-repot menyewa mobil untuk mengantar ke Bandara. Padahal kan ada mobil kita. Kenapa harus menyewa mobil?"

"Tuh, Bapak sudah memberikan hal terbaik yang ia mampu, artinya kamu harus bisa, pasti bisa!"

Kak Elvi mengakhiri panggilannya dan aku masih menangis di dalam kamar. Samar-samar kulihat Mama mengintip dari balik pintu namun aku tak memperdulikannya. Aku terus berpikir tentang hari esok. Aku hanya perlu meyakinkan diriku sendiri agar usahaku beberapa bulan terakhir tak sia-sia.

Hari keramat itu tak malu-malu untuk segera datang ke hadapanku. Bagai orang kebelet pipis, malam buru-buru mengucapkan selamat berpisah padaku agar aku segera dieksekusi di dalam pesawat. Apa penerbangan hari ini akan berjalan baik? Kulihat awan tak bersahabat, mendung, dan sepertinya akan hujan.

"Ayo, berangkat!" ajak Bapak masuk ke dalam mobil. Aku dan Mama menyusul masuk ke dalam mobil.

"Pah, nanti singgah di toko Pak Joko ya. Mama mau beli snack buat Adek. Supaya Adek nggak kelaparan menunggu pesawat," kata Mama. Perasaanku mendadak tak enak. Kenapa Mama mendadak sweet seperti ini? Apa Mama sadar bahwa hidupku tinggal hitungan jam lagi? Bagaimana ini? Ini pasti hanya pikiranku saja. Aku buru-buru mencari tips-tips mengatasi kekhawatiranku saat naik pesawat agar aku bisa melewati tahap pertama ujian menuju CPNS-ku ini.

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang