BURUNG PART 2

18 2 0
                                    

ALULA

Teruntuk Enam Bidadariku,

Istriku, Ava.

Perempuan istimewa di hidupku. Terima kasih telah mendampingiku dalam kesederhanaan selama ini. Terima kasih telah melahirkan dan merawat anak-anak kita dengan sangat baik. Berjanjilah padaku untuk ikhlas melepaskan kepergianku, carilah kebahagiaanmu yang belum kau raih, dan terbanglah bersama anak-anak kita seperti arti namamu, Ava, Burung cantik di keluarga kita.

Putri pertamaku, Silma.

Terima kasih Nak menjadi anak pertama yang kuat dan tak pernah mengeluh pada kesulitan di dalam keluarga kita. Terima kasih menjadi penopang untuk Ayah saat Ayah kesulitan. Maafkan Ayah, karena Ayah sakit Silma sampai menunda mimpi untuk bekerja di perusahaan besar dan memilih untuk merawat Ayahmu ini. Sekarang, kejarlah mimpimu Nak! Bekerjalah di tempat yang kau sukai. Silma adalah mata, mata seekor burung di dalam keluarga ini, yang menjadi penunjuk arah keluarga kita. Maka, jadilah dirimu sendiri Nak untuk membawa keluarga kita ke jalan yang terbaik dengan pandanganmu.

Putri ke duaku, Alula.

Si pekerja keras dan paling tekun mengejar mimpi-mimpi Ayahnya. Nak, sekarang kejarlah mimpi Alula sendiri, hiduplah dengan mimpi-mimpi Alula sendiri. Bukan mimpi Ayah. Jika memang Alula tak menyukai jadi PNS, tak masalah Nak. Berhentilah! Dan carilah pekerjaan yang Alula sukai. Namun, jika Alula ingin tetap menjadi PNS, perbaiki niat Alula, luruskan niat itu! Ayah menjadi PNS bukan karena paksaan atau kemauan orang tua Ayah, tetapi karena Ayah ingin menjadi abdi Negara. Berdirilah di atas mimpi-mimpi Alula sendiri Nak! Terbanglah, layaknya nama Alula, sayap burung di keluarga kita. Bawalah keluarga kita terbang setinggi-tingginya, agar lebih luas terlihat dunia ini Nak.

Putri ke tigaku, Claudia

Claw, belajarlah untuk berbagi dunia pada ibu dan saudara-saudaramu. Terkadang Claw memerlukan orang lain untuk memudahkan segala urusanmu Nak. Berbagilah sedih, duka, dan bahagiamu pada keluargamu Nak mulai sekarang. Kembalilah dari perjalanan panjangmu Nak, sudah cukup jauh Claw berjalan meninggalkan kami, kembalilah Nak! Claw adalah pelindung kami, cakar di keluarga kami. Jika Claw pergi terlalu jauh meninggalkan keluarga ini, kepada siapa ibu dan saudara-saudaramu akan berlindung Nak? Kita adalah keluarga Nak.

Putri ke empatku, Beca

Bec, putriku yang paling ahli memasak. Ayah suka sekali masakan yang Bec masak. Ayah berharap Bec terus mengasah bakat memasaknya dan di masa depan menjadi Chef seperti yang Bec inginkan. Ayah dulu tak suka makan makanan Eropa, sejak Bec memasak untuk Ayah, Ayah jadi tergila-gila pada makanan Eropa. Sayangnya, Ayah kini tak bisa merasakan nikmat masakan yang Bec buat. Tetapi Bec, jangan khawatir! Kini ibu dan saudara-saudaramu bisa mencicipinya seperti Ayah Nak. Jadilah paruh burung di keluarga kita seperti namamu Nak. Dengan keahilian memasak yang kamu miliki, pilihlah makanan terbaik untuk ibu dan saudara-saudaramu Nak. Tetaplah memasak!

Putri terakhirku, Mkia

Gadis kecilku. Mkia punya ibu dan empat kakak perempuan yang luar biasa. Tugas Mkia adalah belajar dan mendengarkan nasihat dari mereka. Jadilah anak yang baik Mkia. Jika teman-teman Mkia bertanya 'di mana ayahmu?' suatu hari nanti, tolong tetaplah percaya diri Nak, Mkia punya ayah, tidak perlu malu menjadi anak yatim. Mkia punya keluarga yang sangat hebat. Tetaplah menjadi anak bungsu Ayah yang paling cantik, kuat, dan ceria. Nak, jadilah ekor burung, walaupun berada paling belakang tetapi ia menjadi bagian terindah yang dimiliki seekor burung sebagaimana arti dari nama Mkia.

Ke enam bidadariku, kita telah memulai semuanya dari nol, maka teruskan perjalanan keluarga kita. Tak ada yang pincang di antara kalian, asalkan enam bidadariku bisa saling berpegangan, tak akan ada yang pincang. Kepergian Ayah pasti berat, tetapi meneruskan untuk hidup dengan baik adalah keharusan.

Jika suatu hari nanti anak-anakku menemukan laki-laki yang menjadi pendamping hidup kalian, carilah laki-laki yang sudah selesai. Selesai dengan urusan sebelumnya. Jangan memulai dengan laki-laki yang belum tuntas Nak!

Hiduplah bahagia!

Ayah kalian

Aku melipat kembali surat yang ditulis oleh Ayah, lalu memeluk Kak Silma. Air mataku terus menetes. Aku terus meminta maaf kepada Kak Silma karena selama ini salah sangka, kupikir ia tak pernah memikirkan keluarga ini. Ternyata, ia yang paling berat memikul beban keluarga dalam keheningannya. Ia tak pernah mengeluh padaku, padahal kami tidur di kamar yang sama bertahun-tahun. Kupikir ia ingin menjilat ludahnya sendiri dengan bekerja di kota ini, aku salah! Kak Silma mengalah demi menjaga Ayah dan aku pernah berpikir buruk tentang keputusan baiknya itu.

"Maafkan aku Kak," kataku terus meminta maaf pada Kak Silma. Ia mengelus-elus pundakku.

"Kamu kan nggak tahu, nggak apa-apa La," kata Kak Silma. Sejak aku pulang, tak ada kulihat setetes pun air mata yang keluar dari mata Kak Silma. Apa menjadi anak pertama harus sekuat itu? Apa dadanya tak terasa sesak menahan kesedihannya sejak tadi?

"Kak, menangislah kalau kau ingin!" kataku. Kak Silma menggeleng dan tersenyum.

"Tidak di hadapan kalian, akan kulakukan nanti. Tetapi bukan sekarang, Ayah mengajarkanku untuk kuat," kata Kak Silma. Aku kembali memeluknya, berharap ia menangis di pelukanku. 

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang