KALEEL

23 2 0
                                    

Salsabila

Pukul 03.00 subuh, aku terbangun karena merasa tak tenang. Pagi ini aku akan menjadi komandan upacara makan dan apel pagi. Dan aku sudah menghafal semua kata komandonya, tetapi aku takut melakukan kesalahan dan mempermalukan diriku sendiri. Daripada larut dalam kekhawatiran yang tak pasti, aku memutuskan untuk salat tahajud agar lebih tenang. Aku akan berdo'a sebanyak-banyaknya agar lidah ini bisa berucap dengan benar. Pelan-pelan aku melangkah menuju kamar mandi agar Alula dan Yeri tak terbangun. Namun hal yang kulakukan itu percuma, suara alarm Yeri berbunyi keras. Suara alarm genre apa itu? Sangat tidak easy listening. Kebo sekali pun akan terbangun mendengar suara alarm itu.

Yeri dan Alula terbangun karena kebisingan alarm yang sengaja Yeri atur.

"Eh, Bila. Tumben bangun," kata Alula melihatku.

"Tumben?" tanyaku kebingungan.

"Aku sama Alula biasa bangun jam segini untuk salat. Biasanya tidurmu nyenyak walau sudah mendengar suara alarmku," kata Yeri.

Jadi, selama ini alarm itu terus berbunyi di pukul 03.00? Sementara aku tak terbangun oleh suaranya? Apa tidurku lebih parah dari kebo? Sial!

"Yasudah, ayo salat bareng bertiga," ajak Yeri.

Akhirnya, aku, Alula, dan Yeri salat tahajud bersama, membaca al qur'an bersama sambil menunggu waktu subuh, dan salat subuh berjama'ah. Setelah itu, kami bertiga siap-siap senam dan upacara makan pagi. Saat senam aku sengaja mengambil barisan paling belakang agar bisa mengulang-ulang kalimat komando upacara makan pagi. Lapor! Peserta Latihan Dasar CPNS Provinsi Kalimantan Timur angkatan XIX, Siap Makan Pagi. Kalimat itu terus kuulang agar aku tak salah dalam menyebut kata-katanya. Ayo Salsabila, kamu pasti bisa!

"Terima kasih Alula dan Faza yang sudah menghafal dan memimpin senam dengan baik. Salsabila, silakan pimpin teman-teman kamu masuk ruang makan," kata panitia mengakhiri kegiatan senam pagi. Aku berjalan ke depan barisan, kulihat satu per satu wajah teman-temanku, dan jantungku mulai berdetak dengan kencang. Salsabila, tolong jangan sampai pingsan karena ini! Ayo kamu bisa! Tepat berdiri di hadapanku ada Kaleel, ia tersenyum padaku, dan menyemangatiku.

"Ayo Bila, kamu pasti bisa!" kata Kaleel padaku.

"Diam Kaleel, jangan ganggu konsentrasi Bila. Suka banget mengganggu Bila," kata Faza. Sejujurnya aku tak merasa terganggu dengan kata-kata Kaleel, justru aku menjadi semangat  mendengar kata-katanya, entahlah!

Aku memimpin teman-teman LATSAR masuk ke ruang makan dengan lancar, suaraku tak serak atau hilang, aku berhasil. Namun sialnya karena tak fokus, aku tak kebagian tempat duduk di meja bagian belakang. Terpaksa aku duduk di meja makan bagian depan, dekat dengan panitia. Itu artinya, aku harus duduk dengan tegak dan tak boleh macam-macam sebelum dicincang oleh panitia karena nge-reog saat upacara makan. Sialnya lagi, di meja yang sama denganku ada Kaleel. Ah, aku masih trauma dengan kejadian di hari pertama LATSAR.

"Duduk siap .... Grak!" kataku memberikan aba-aba.

Upacara makan pagi yang kupimpin syukurnya berhasil, tak ada yang salah. Aku menghafalnya dengan baik. Legah rasanya! Beruntungnya lagi, panitia keluar dari ruang makan kali ini, aku bisa makan dengan tenang. Aku kembali ke meja makan dan membagikan piring kepada teman-teman satu meja denganku. Di meja itu hanya aku perempuan, jadi aku merasa bertanggung jawab untuk membagikan piring, membuka tutup tempat lauk, dan menuangkan air kepada mereka.

"Kaleel, istri idaman ini bos!" kata temannya menggoda Kaleel. Kaleel senyum malu-malu. Entah mengapa melihat senyum Kaleel membuat perutku seperti ada kupu-kupu terbang. Mules, seperti naik kendaraan dan mendadak menuruni gunung.

"Nama kamu siapa?" tanyaku membuka pembicaraan di meja makan.

"Kan kita sudah saling kenal, namaku Kaleel," kata Kaleel lalu tertawa. Teman-temannya juga tertawa karena pertanyaan bodohku. Basa-basi yang sangat basi, bagus Salsabila!

"Namanya Kaleel Bil, laki-laki ganteng yang insyaAllah siap jadi imam kamu nanti," kata temannya menggodaku dan Kaleel. Mukaku memerah karena malu, namun aku berusaha menutupinya. Aku berusaha tak memedulikan candaan itu, jika kuladeni bisa panjang nantinya.

"Mereka bercanda Bil," kata Kaleel berusaha menenangkanku. Aku mengangguk dan melanjutkan makan. Kalau begini ceritanya, lebih baik panitia berada di ruang makan saja agar mereka tak banyak bicara.

Upacara makan pagi berakhir, aku bisa bernafas legah. Legah telah menjadi komandan upacara makan pagi dengan baik. Buru-buru, aku kembali ke kamar meninggalkan Alula dan Yeri yang sibuk berfoto bersama teman-teman LATSAR lainnya. Aku harus segera mandi agar bisa memimpin apel pagi tepat waktu.

Saat aku naik tangga ke lantai dua, Kaleel menyusul di belakangku. Ia naik tangga sambil menyanyikan lagu milik Roulette, Aku Jatuh Cinta.

Aku jatuh cinta kepada dirinya

Sunguh sungguh cinta oh apa adanya

Tak pernah ku ragu namun tetap selalu menunggu

Sungguh aku jatuh cinta kepadanya

Coba-coba dengarkan apa yang ingin aku katakan

Yang selama ini sungguh telah lama terpendam

Aku tak percaya, membuatku tak berdaya

Tuk ungkapkan apa yang kurasa

Lagi-lagi, perutku mules mendengar lagu yang ia bawakan. Suaranya sangat indah, serak, dan enak untuk didengar. Kalau aku sih Yes. Aku sengaja memperlambat langkahku agar bisa mendengar suaranya yang indah. Sayangnya, tangga menuju lantai dua tak sepanjang jalan raya. Aku sampai di lantai dua dan Kaleel terus naik ke lantai tiga. Buru-buru aku berlari menuju kamarku, membuka pintu kamar, masuk ke kamar, dan senyum-senyum sendiri. Apa lagu yang ia nyanyikan itu untukku?

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang