PNS

23 2 0
                                    

ALULA

Tiga hari berlalu dengan lambat, satu jam bagiku terasa sangat lama sejak kepergian Ayah. Di setiap sudut rumah tersimpan kenangan-kenangan indah bersama Ayah, dan aku tak ingin menghapus semua kenangan indah itu. Namun, kesedihan selalu membasahi hatiku berkali-kali. Aku terus-terusan menangis seolah masih tak percaya Ayah harus secepat ini meninggalkan dunia.

"Setelah membaca surat dari Ayah, kamu mau mengundurkan diri dari LATSAR? Atau kembali ke asrama?" tanya Kak Silma sambil asik mengerjakan pekerjaan kantornya.

"Tiga hari ini aku terus berpikir Kak," kataku menatap kosong ke arah langit-langit kamarku dan Kak Silma.

"Pikirkan apa yang kau sukai mulai sekarang," kata Kak Silma.

"Entah, tanpa kusadari mimpi yang kukatakan adalah mimpi Ayah itu ternyata adalah mimpiku Kak. Aku yang sangat ingin menjadi PNS, setelah dua tahun terus-terusan mengejar mimpi itu, namun aku takut tak bisa menjadi PNS yang amanah seperti Ayah, jadi aku ragu," kataku. Kak Silma memutar kursinya ke arahku.

"Kamu punya niatan jadi PNS korupsi maksudnya?" tanya Kak Silma sambil tertawa. Aku bangun dari tidurku lalu duduk di atas kasur sambil memandang kesal kepada Kak Silma.

"Enak saja!" kataku kesal.

"Bekerja saja sesuai arahan pimpinanmu, namun dengan satu prinsip yang harus kamu pegang dari awal, jika suatu saat arahan pimpinanmu bertentangan dengan prinsip itu, nggak masalah untuk menolaknya. Bekerjalah dengan prinsip, namun jangan naif," kata Kak Silma. Aku terdiam sejenak mencerna kata-kata yang disampaikan Kak Silma padaku. Lalu, kuanggukkan kepalaku.

"Besok, aku ingin kembali ke asrama Kak, menyelesaikan LATSAR-ku," kataku dengan keyakinan baru. Walaupun hatiku masih terasa pedih karena kepergian Ayah, namun aku harus menyelesaikan sesuatu yang telah lebih dahulu kumulai.

Esoknya, aku mengemas pakaianku dan meminta izin pada Ibu untuk kembali ke asrama. Kukatakan alasanku kembali ke asrama dan terus mengejar mimpi menjadi PNS. Ibu memeluk dan mendukung pilihanku itu. Diantar oleh Ibu dan saudara-saudaraku, aku kembali ke asrama. Selamat datang kembali LATSAR!

"Assalamu'alaikum," kataku sambil mengetuk pintu kamar 207 setelah upacara makan malam selesai. Aku yakin Salsabila dan Yeri ada di dalam kamar.

"Wa'alaikumussalam. Yeri, ada Alula!" teriak Salsabila girang membuka pintu kamar.

"Masuk... Masuk La," kata Yeri membantuku mengangkat tas ransel. Aku duduk di atas ranjang. Kuperhatikan raut wajah Salsabila dan Yeri yang bingung untuk memulai percakapan. Sepertinya mereka takut untuk bertanya padaku, namun penasaran.

"Tadi makanannya nggak terlalu enak, kita pesan makanan online?" kata Yeri membuka percakapan.

"Iya, ayo pesan!" timpal Salsabila. Tingkah mereka seperti orang yang sudah sangat lama tak bertemu denganku. Aku tertawa melihat tingkat mereka berdua lalu menghela nafas panjang.

"Aku kembali karena surat yang ditulis oleh ayahku," kataku membuka percakapan yang sebenarnya ingin mereka tanyakan, "aku penasaran, alasan sebenarnya kalian menjadi PNS itu apa?" sambungku. Salsabila menggaruk kepalanya sementara Yeri pura-pura sibuk memesan makanan di aplikasi. Kutunggu mereka berdua menjawab pertanyaanku, sampai aku kesal karena tak mendapatkan jawaban. Aku membaringkan badanku di atas kasur tanda menyerah untuk menginterograsi mereka berdua.

"Bapak sedikit memaksaku untuk jadi PNS, katanya hidupku akan terjamin jika aku menjadi PNS," jawab Salsabila.

"Aku sudah pernah cerita kan? Itu alasanku satu-satunya, nggak ada yang lain," kata Yeri.

"Kata Ayahku, selama ini aku hidup dalam bayang-bayang mimpinya. Jika benar aku ingin menjadi PNS, maka luruskan niat itu dahulu. Kita adalah abdi Negara kan? Kurasa kalau niat kita menjadi PNS karena terpaksa, bagaimana bisa kita memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat?" kataku. Yeri dan Salsabila tak menjawabku, mereka berdua terdiam begitu lama. Kamar 207 hening, entah apa yang mereka pikirkan setelah mendengar perkataanku. Jika mereka tersinggung, aku tak perduli. Kebenaran ini harus kusampaikan.

Aku mengambil handphone di kantongku, mencari lagu Hanya Rindu-Andmesh. Kuputar lagu itu untuk mencairkan suasana.

Kuingin saat ini engkau ada di disini

Tertawa bersamaku seperti dulu lagi

Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah

Bukannya diri ini tak terima kenyataan

Hati Ini hanya rindu

Entah karena lagu ini sedang naik daun atau apa, kami bertiga spontan menyanyikan bagian reff bersama-sama. Air mataku mengalir ke sarung bantalku tanpa kusadari. Aku rindu denganmu, Ayah.

"Mulai saat ini, aku akan memperbaharui alasanku ada di sini. Walaupun Bapak sedikit memaksaku menjadi PNS, tetapi aku tahu sekarang alasannya. Menjadi apa pun kita, asalkan kita ikhlas dan bahagia menjalaninya," kata Salsabila.

"Dengan menjadi PNS, aku rasa aku bisa berbuat banyak hal baik semasa hidupku. Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang banyak, itu kata Faza. Sejak saat ia mengatakan itu, aku mulai berpikir alasanku ada di sini. Malam ini, kamu Alula membuatku semakin mengerti maksud dari Faza," timpal Yeri.

"Terima kasih untuk mendengarkanku malam ini," kataku.

Salsabila dan Yeri mengangguk. Kami bertiga kemudian bernyanyi bersama mengikuti Andmesh menyanyikan lagu Hanya Rindu.

***

SALSABILA

Malam ini, Alula menyadarkanku banyak hal. Setelah bernyanyi bersama Alula dan Yeri di kamar 207, aku memutuskan untuk duduk di balkon asrama dan menelepon Bapak dan Mama. Entah mengapa Alula membuatku tersadar betapa berharganya Bapak dan Mama selama ini.

"Ma, Pak," kataku saat Mama dan Bapak mengangkat teleponku. Air mataku mulai menetes. Namun aku menyembunyikan kesedihan itu dari mereka.

"Kenapa Dek?" tanya Mama.

"Terima kasih memintaku untuk menjadi PNS," kataku lagi. Angin bertiup lembut malam itu, aku legah bisa mengucapkan kata 'terima kasih' itu untuk Bapak dan Mama. 

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang