KOSONG-KOSONG

37 4 0
                                    

Salsabila

Hari pertama masuk LATSAR, sendirian, tidak kenal dengan siapa pun, dan mendapat sanksi karena terlambat. Sungguh sempurna hidupku hari ini. Dua teman CPNS dari Dinas Tenaga Kerja mendapatkan jadwal setelahku, angkatan XX. Sementara aku di angkatan XIX. Bagiku yang introvert akut ini, tak mudah untukku memulai pertemanan dan akrab dengan orang baru dikenal. Apa aku bisa melewati LATSAR berminggu-minggu ini sendirian?

"Perkenalkan, saya panitia LATSAR angkatan XIX, sebelum kita memulai minggu yang panjang bersama, kita akan saling mengenal. Semuanya silakan memindahkan kursi ke pinggir dan membentuk lingkaran," kata panitia memberikan arahan kepada seluruh peserta LATSAR setelah pembukaan berakhir. Aku dan yang lainnya memindahkan kursi ke pinggir dan membentuk lingkaran besar.

"Format perkenalannya nanti adalah nama panggilan, asal Organisasi Perangkat Daerah, dan status. Nah, untuk status jika single memakai kata kosong, jika sudah berumah tangga memakai kata satu, dan jika sudah memiliki anak sebut jumlah anaknya. Contoh saya, SATU-DUA. Artinya sudah menikah dan memiliki dua anak. Jika single dan belum punya anak bisa katakan KOSONG-KOSONG. Paham?" kata panitia menjelaskan.

"Siap paham," kata kami serentak.

Ah, sial! Kenapa harus menyebutkan status di saat aku sedang krisis kepercayaan diri.

"Siapa tahu nanti ketemu jodohnya di sini. Kalian kan dari golongan III. Nanti bisa menjadi golongan VI kalau digabung," sambung panitia sambil bercanda. Jujurly, candaannya sama sekali tidak lucu.

Perkenalan dimulai acak dan dilanjutkan secara berurutan. Satu-Kosong, Satu-Dua, Satu-Tiga, Satu-Satu, dan tiba giliran perempuan berambut panjang di sampingku. Ia cantik, wangi, dan sepertinya anak Jakarta dari gaya bicaranya. Kutebak, ia akan popular di angkatan kami setelah ini. Aku bertemu pertama kali dengannya di depan aula saat mendapat sanksi bersama, kalau tidak salah namanya Yeri.

"Perkenalkan nama saya Yeri dari Disbudpar, status kosong-kosong," katanya. Semua laki-laki di ruanganku mendadak sakit tenggorokan, batuk-batuk tak jelas.

Aku menyesali diriku, harusnya aku tak berada di sebelah Yeri. Terlalu jomplang rasanya, dari heboh tiba-tiba krik krik karenaku.

"Perkenalkan nama saya Salsabila dari Disnaker, status Kosong-kosong," kataku melawan krisis kepercayaan diriku. Ya, seperti tebakanku. Tak ada respon apa pun dari yang lainnya, hanya suara angin mendesir kudengar.

Aku tak sakit hati, karena aku sudah terbiasa menghadapi ini. Huft, wajar aku masih belum mendapatkan jodoh sampai sekarang. Mempercayai diriku sendiri saja, aku masih setengah-setengah. Perkenalan berlanjut hingga sampai di peserta LATSAR terakhir.

"Perkenalkan, saya Kaleel dari Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, kosong-kosong," katanya memperkenalkan diri.

Perkenalan Kaleel menutup sesi yang menyebalkan itu. Kupikir setelah perkenalan, tak ada lanjutan sesi menyebalkan lainnya. Ternyata, sesi lainnya masih ada. Dan, lebih parah daripada sekadar memperkenalkan diri.

"Sebelum kami menyampaikan peraturan-peraturan di LATSAR ini dan kalian boleh istirahat di kamar asrama, kita akan main sebuah permainan agar kalian bisa lebih akrab lagi ya," kata panitia. Hah akrab? Sudah cukup! Rasanya aku ingin mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Game apa lagi? Perkenalan saja sudah membuatku sangat malu.

"Baik, dengarkan aba-aba dari saya. Silakan membentuk kelompok terdiri dari lima orang, bagi yang tidak menemukan kelompok atau kekurangan personil di kelompoknya akan mendapat sanksi! Soalnya jumlah kalian pas jika dibagi lima. Harusnya bisa membentuk lima orang satu kelompok. Mulai!" kata panitia. Aku mematung, aku benar-benar menyerah terhadap sisi-sisi introvert-ku. Aku mencoba berkompromi dengan diriku, namun aku gagal. Aku tak bisa, sungguh aku tak bisa. Aku melihat semua orang sibuk mencari teman untuk berkelompok, sementara aku hanya diam.

"Bagaimana?" tanya panitia.

"Hey, Salsabila, ke sini!" panggil Kaleel. Aku kebingungan dan masih mematung. Ia berdiri dan menghampiriku yang kebingungan, ia memegang lenganku, dan menarikku ke arah kelompoknya. Aku pasrah, sangat pasrah.

"Cieeeeeeeeeeeeeeeeeeee....," teriak peserta LATSAR lainnya menyaksikan drama yang kubuat. Bagus Salsabila, sekarang semua mata mengarah padamu! Bagaikan film Bollywood yang ditarik oleh pengantin laki-laki untuk mengelilingi perapian di acara pernikahan, diiringi lagu Humko humise chura lo, dil mein kahin tum chhupa lo, ya begitulah pertunjukkan yang kutampilkan. Rasanya aku ingin menangis karena malu. Bukannya menjadi peserta biasa yang tak terlihat, aku malah membuat banyak masalah di hari pertamaku. Apa yang terjadi setelahnya, aku tak begitu ingat. Aku hanya diam dan menahan rasa malu, ingin rasanya aku menghilang sejenak.

Akhirnya, setelah tiga puluh menit berlalu, kami diizinkan untuk check in kamar di meja resepsionis asrama. Momen yang paling kutunggu-tunggu, mendekam dalam kamar sendirian, dan mengumpulkan kembali rasa percaya diriku.

"Kamar 207 ya Dek, sebelum ke kamar silakan mengambil snack dahulu, tetapi jangan dibawa ke kamar ya snacknya," kata panitia di bagian resepsionis memberikan kunci kamar 207. Aku mengangguk lalu buru-buru mengambil snack sebelum peserta lainnya berkerumun dan aku membuat masalah baru untuk mempermalukan diriku.

"Hey, kamu di kamar 207 juga ya? Perkenalkan, aku Alula dari Dispora," kata Alula tiba-tiba menghampiriku. Disusul dengan dua laki-laki yang juga duduk di sampingku.

"Perkenalkan aku Ghani, dari Dinas Sosial," kata Ghani memperkenalkan diri.

"Aku Faza, teman satu OPD Alula," kata Faza, laki-laki yang berada di sampingku.

"Salsabila kan? Kami sudah tahu," kata Alula sebelum aku memperkenalkan diri. Ya, semua peserta LATSAR pasti tahu nama itu setelah drama yang kubuat beberapa menit lalu. Mereka bercerita banyak padaku, aku hanya menanggapi dengan senyuman atau dengan kata 'iya' saja. Ya, aku tak mudah untuk akrab dengan orang. Berbeda dengan Alula yang kulihat sangat percaya diri, seandainya aku bisa sepertinya. Mungkin hari ini aku akan mendapatkan hari yang lebih baik.

"Salsabila dan Alula? Di kamar 207 juga ya? Perkenalkan aku Yeri," kata Yeri menghampiri kami.

"Wah, seru banget punya teman kayak kalian semua, fiks mah ini kita satu geng berlima," kata Alula semangat. Sempurna! Sekarang tiba-tiba aku memiliki circle di LATSAR tanpa ada yang meminta persetujuanku terlebih dahulu.

"Sepakat banget," kata Ghani.

***

Hari yang melelahkan sekaligus memalukan. Aku memilih mendekam di dalam kamar sendirian tanpa menghiraukan Alula dan Yeri sibuk memasukkan bajunya ke lemari asrama. Aku pura-pura tidur agar mereka tak mengajakku bicara. Sebentar saja, aku butuh waktu sendiri untuk mengembalikan tenagaku setelah bertemu banyak orang.

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang