FAZA

21 2 0
                                    

Yeri

Hari-hari di asrama berlalu dengan cepat. Aku terus menghitung hari, kapan hari Sabtu akan tiba? Hari ini Kamis, berarti dua hari lagi aku akan pesiar. Akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya tidur di indekos sendiri. Walaupun hanya sampai Minggu sore, tak masalah.

"Ada yang tahu apa itu akuntabilitas," tanya Widyaiswara kepada kami saat di kelas. Aku melihat ke sekelilingku, tak ada yang mengangkat tangan. Kuputuskan untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan Widyaiswara.

"Saya Bu, akuntabilitas adalah melaksanakan tugas di kantor dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi. Terus, menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, efisien, dan tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan," kataku menjawab pertanyaan Widyaiswara.

"Benar sekali, nama kamu siapa?" kata Widyaiswara dan bertanya padaku.

"Siap, Yeri Bu," jawabku.

"Beri tepuk tangan untuk Yeri, jago sekali dia. Yeri tahu apa perbedaan akuntabilitas dan responsibilitas?" tanyanya lagi.

"Siap tahu Bu, akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggungjawab," jawabku.

"Huhhh, hebat," kata Faza lalu bertepuk tangan.

"Good Job Yeri, kamu berani menjawab dan pintar dalam menganalisis sesuatu," kata Widyaiswara. Semua teman-teman bertepuk tangan seolah aku sedang konser tunggal di kelas. Kurasa, menjawab pertanyaan adalah hal yang biasa dan tak perlu dibesar-besarkan.

Diskusi sore itu tentang nilai akuntabilitas berjalan dengan seru, tetapi yang lebih seru lagi adalah ketika diskusi itu berakhir dan aku bisa kembali ke kamar. Kurasa hari ini aku sangat lelah. Apalagi di sesi terakhir, aku terlalu banyak berbicara.

"Yeri, mulai saat ini aku ngefans sama kamu," kata Faza menghampiriku saat materi sudah selesai. Sejujurnya aku berharap lebih dari kagum saja, Faza. Hahaha.

Aku, Alula, dan Salsabila langsung kembali ke kamar setelah materi selesai. Kami memilih merebahkan tubuh sejenak sambil menunggu upacara makan malam dimulai.

"Ah, capek banget hari ini," kata Alula lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Ternyata tak hanya aku yang merasa lelah hari ini.

"Sstttt, diam. Aku lagi menguping," kata Salsabila menempelkan telinganya ke jendela kamar. Aku dan Alula kebingungan melihat tingkah konyol dari Salsabila.

"Bapak-bapak di bawah lagi bicara tentang Yeri," kata Salsabila. Aku dan Alula langsung bangun dari kasur dan ikut-ikutan menempelkan telinga kami ke jendela kamar. Sekarang, aku dan Alula menjadi manusia konyol seperti Salsabila.

"Yeri itu cantik sekali ya, lebih cantik dari istriku. Seandainya saya masih single, saya pasti pacari itu si Yeri," kata bapak-bapak peserta LATSAR dari lantai satu. Suaranya kedengaran dari jendela kamar kami. Ya, peserta LATSAR tak hanya terdiri dari perempuan dan laki-laki single saja. Jelas, ada juga peserta yang sudah memiliki pasangan dan berusia di antara tiga puluh sampai tiga puluh lima tahun. Aku menyebut mereka Bapak-bapak karena di antara mereka sudah ada yang memiliki banyak anak.

"Ih, siapa juga yang mau sama dia," kata Salsabila emosi.

"Suaranya Pak Arjuna itu ya?" tanya Alula.

"Sepertinya Pak Arjuna deh, soalnya dari hari pertama di meja makan, dia sering sok ngegodain aku," kataku sebal.

"Kenapa sih Bapak itu nggak fokus dan setia saja dengan istrinya, dikira dia cakep," kata Salsabila, nadanya suaranya naik, ia sepertinya sangat kesal.

"Kok kamu yang esmosi Bu?" tanya Alula. Aku tertawa kecil melihat tingkah Alula dan Salsabila.

"Kalau emosi dilabrak dong!" kata Alula bercanda. Salsabila memasang jilbabnya dan membuka pintu kamar.

"Mau ke mana?" tanyaku.

"Mau labrak Pak Arjuna," kata Salsabila serius, ia terlihat sangat emosi. Aku dan Alula panik, kami berdua langsung menahan Salsabila, yang benar saja ini bocah!

***

Pengumuman di Grup Whatsapp: Hari ini pakai baju olahraga, kita akan jalan kaki ke Stadion Utama Palaran materi bela Negara pukul 07.00 pagi setelah upacara makan pagi. Jalan kakinya bareng kelompok masing-masing. Salam semangat, Ketua Angkatan-Faza.

Jalan kaki tiga kilometer? Menakjubkan! Lebih menakjubkan lagi karena aku tak satu kelompok dengan Geng 207. Mereka berempat seperti sudah ditakdirkan bersama, sementara aku terdampar di kelompok yang berbeda. Untungnya, bukan kelompok Pak Arjuna. Sesuai pengumuman yang diberikan oleh Faza melalui grup whatsapp, kami sudah siap dan berkumpul di lapangan pukul 07.00. Aku bergabung dengan kelompokku, Kaleel, Tiara, dan Sabda. Kaleel sebagai ketua kelompok diberikan informasi mengenai tugas kami selama perjalanan menuju titik kumpul. Ada sebuah misi bela Negara yang harus kami selesaikan sampai di titik kumpul.

Cuaca pagi itu sangat panas, rupanya aku yang malas olahraga ini tak terbiasa berjalan kaki. Mendadak tubuhku panas-dingin. Namun aku tetap memaksakan diri karena teman-teman kelompokku bergantung padaku.

"Kami nggak paham misi yang diberikan, kami berharap sama kamu Yeri," kata Sabda seolah menyerahkan tumpukkan tanggung jawab padaku.

"Kerja sama-sama," kata Kaleel.

Satu kilometer, aku mulai terengah-engah. Keringat dingin bercucuran membasahi seluruh badanku.

"Tiara, aku nggak kuat!" kataku pada Tiara.

Penglihatanku mulai buram, badanku lemas, samar-samar kulihat Faza, suaranya bergema, dan pandanganku hitam. Setelah itu, aku tak mengerti apa yang terjadi.


"Yeri," panggil seseorang. Suaranya mirip suara Salsabila. Benar saja, saat aku membuka mata, kulihat ada Salsabila.

"Yeri, sadar!" kata Salsabila senang. Aku bangun dan melihat sekelilingku. Aku berada di dalam ambulans. Ada Salsabila di sampingku, lalu ada Faza, Kaleel, dan Sabda berada di di luar ambulans.

"Kamu nggak apa?" tanya Faza, raut wajahnya sangat khawatir. Aku menggeleng.

"Kelompok kita bagaimana?" tanyaku pada Kaleel.

"Sudah, nggak usah dipikirkan, yang penting kamu sehat dulu," kata Kaleel.

"Cie.... Kaleel perhatian sama Yeri. Pasangan baru nih Yeri dan Kaleel," kata Sabda tiba-tiba. Menyebalkan sekali ia, sempat-sempatnya ia membuat gossip.

"Sudah, sudah. Bubar! Sabda dan Kaleel, ayo ke titik kumpul! Ada Bila di sini yang bisa menemani Yeri," kata Faza dan pergi menuju titik kumpul yang ternyata tak jauh. Kemudian disusul oleh Kaleel dan Sabda. Di sana kulihat Alula dan Ghani diberikan hadiah oleh panitia, sepertinya mereka berdua memenangkan sesuatu. Seru sekali, sayangnya aku terlalu lemah untuk mengikuti kegiatan ini.

"Faza sepertinya suka sama kamu Yeri, dia khawatir banget tadi. Padahal jarak kelompokmu dan kelompok kami itu jauh, bisa-bisanya ia sempat menangkapmu saat pingsan," kata Salsabila tersenyum sambil melihat Faza dari jauh.

"Dia kan memang seperti itu sama siapa saja," kataku.

"Nggak, ini beda! Trust me, intuisiku tak pernah salah," kata Salsabila meyakinkanku.

"Masa sih?" tanyaku ragu.

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang