8. Gina gugup

37 25 2
                                    

Kantin.

Gina sudah memesan makanan yang Junna pesan, dan makanan yang ia beli. "Junna, ini pesenannya,"

Junna menatap Gina dengan tersenyum. "Makasih, ya"

Gina mengangguk lalu duduk di samping Junna. "Kamu banyak banget makanannya, bakal habis emang?"

Wah, Junna seperti meremehkan seorang Gina. Gina bisa menghabiskannya sendiri. Lihat saja nanti.

Gina tersenyum menampilkan deretan giginya. "Bisa kok. Kamu mau nambah lagi gak?" Tawar Gina.

Junna sedikit terkekeh. "Enggak kok. Cuma nanya aja, sayang." Ucap Junna dengan mengeluskan kepala Gina.

Blushh...

Gina terpaku. Bagaimana ini?! Tolong bantu Gina!!

Gina membelalakkan kedua matanya. Napasnya terasa terhenti kala Junna mengelus kepalanya.

Gina langsung saja mengambil makanannya. Agar rasa gugupnya hilang. Gina mengambil makanannya dengan tangan sedikit gemetar.

Ayolah! Jangan seperti ini. Gina bisa malu.

"Yaudah dimakan, keburu bel selesai." Ujar Junna yang sambil mengambil rotinya.

Gina mengangguk ragu. "I-iya,"

Junna mengangguk sambil tersenyum. Gina mengalihkan pandangannya ke makanannya. Memakan dengan lahap. Ini akibat gugup Gina.

Lucu. Itu yang dipikirkan Junna. Tapi, bagi Gina tentunya tidak.

***
"Junna!"

"Kamu pulang bareng aku lagi ya. Aku udah bilang sama papa,"

Junna mengangguk tersenyum.

***
14.00 WIB.

Gina dan Junna sudah dalam perjalanan pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Gina terus memikirkan ada apa dalam kejadian di tahun 1988.

Bagaimana bisa, kelanjutan kehidupan Gina sama seperti dulu. Ini reinkarnasi atau memang sudah takdir?

Gina mencoba untuk tidak terlalu keras dalam memikirkan hal ini. Mungkin jika ia tidak terlalu memikirkannya, secara langsung Gina akan bertemu kejadian di tahun sebelumnya.

"Aku pamit ya, dadah" ucap Junna dengan melambaikan tangannya.

"Iya, hati-hati ya." Junna mengangguk sebagai jawabannya.

Junna sudah menghilang dari hadapan Gina. Dan yang sekarang dikhawatirkan adalah bagaimana nanti dengan Jaehyun? Gina takut jika Junna diperlakukan dengan seenak jidat Jaehyun.

***
"Pah... Junna gimana ya? Gina takut dia kenapa-kenapa. Setelah Gina tahu sifat Om Jaehyun, Gina jadi parnoan sama Om Jaehyun." Kata Gina dengan khawatir.

Johnny tahu perasaan Gina. Terlebih Gina adalah seorang perempuan yang pastinya memiliki perasaan dalam. Pasti merasa sakit ketika mendengar kata-kata Jaehyun yang menyakitkan hati.

Johnny menghembuskan napasnya. "Dia udah gak apa-apa kok. Papah udah bilang ke Om Jaehyun juga. Jadi, kamu tenang aja ya. Ingat, kamu masih sekolah, jangan terlalu banyak memikirkan yang tidak harus dipikirkan."

Gina mengangguk saja. Benar juga apa yang dikatakan oleh Papanya. Gina tak mau ambil pusing. Tapi, jika terjadi sesuatu pada Junna, Gina tak akan tinggal diam untuk membela Junna.

Kasihan Junna! Junna itu anak baik. Dia harus dilakukan dengan baik. Layaknya anak lainnya. Junna juga ingin diperhatikan oleh Jaehyun. Sama seperti anak lain pada umumnya.

"Kamu mau es krim gak?" Tanya Johnny yang tiba-tiba. Agar mengalihkan pembicaraan.

Gina langsung menoleh kearah Papanya. "Mau, mau" ujarnya semangat.

Ketika mendengar kata es krim, Gina selalu semangat. Mood nya selalu bagus ketika mendengar kata es krim.

"Pak, kita mau mampir dulu ke alfad april," ucap Johnny pada sang supir.

Pak supir mengangguk patuh. "Baik, pak."

"Gina mau beli banyak ya, pa. Biar dirumah ada stoknya. Jadi, gak usah keluar buat beli es krim."

"Iya, di borong pun boleh,"

Gina terkekeh. "Nah, gitu dong, senyum-senyum manis. Jangan cemberut kayak tadi," ucap Johnny.

"Hm, iya-iyaa,"

Mereka pun menuju ke alfad april. Gina memang membeli banyak es krim. Memang tak tanggung-tanggung.

***
POV : Setelah Junna diantar Gina.

"Junna pulang," ucap Junna yang baru saja masuk ke dalam rumah dan tak lupa dengan menutup pintunya kembali.

"Den Junna udah pulang ya. Mari sini, Den Junna istirahat dulu. Mau bibi buatin sirup atau susu?" Tanya bibi yang berada di dapur, tapi langsung menuju kearah Junna.

"Junna mau susu, bi," jawab Junna dengan tersenyum sambil menampilkan deretan gigi putihnya.

Bibi senang jika Junna sudah kembali tersenyum. Hatinya juga merasa lega. "Yaudah, Bibi buatin dulu ya. Den Junna, istirahat dulu aja, nanti Bibi anterin,"

"Iyaa, Bi. Junna ke kamar dulu," pamit Junna.

Bibi mengangguk. "Iya, Den,"

Junna melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Setelah sampai didalam kamar, Junna langsung mengganti pakaiannya dengan memakai celana pendek dan baju hitam oversize nya.

Junna menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan, bagaimana dengan hari esok. Junna melirik sebentar kearah jam dinding.

14.30 WIB.

Tok ... Tok ... Tok ...

Pintu kamarnya ada yang mengetuk. Mungkin saja itu Bibi dengan membawa susu kesukaan Junna.

Junna menghampiri pintu itu. Dan membukanya. Wajahnya terlihat senang. Ayah! Pikirnya. Ia terus saja menampilkan senyumannya. Namun, ayahnya sama sekali tidak menampilkan senyumannya.

Kenapa dengannya? Apa Junna berbuat salah lagi? Pikiran Junna meracau, tapi masih dengan senyum manisnya.

"Gue mau pergi. Lo sama bibi dirumah. Jangan ganggu gue selama gue belum balik!" Ketus Jaehyun.

Junna mengerti. Tapi, tumben sekali Jaehyun berpamitan pada Junna. Ada apa dengan Jaehyun?

Junna mengangguk. "Iya, Ayah."

Jaehyun langsung meninggalkan Junna sambil membawa kopernya. Junna baru saja mau salim pada Jaehyun, tapi Jaehyun melongos tiba-tiba. Mungkin ia takut tertinggal. Pikir Junna.

***
Kembali ke Johnny dan Gina.

"Gina, anaknya papa Johnny yang baik hati. Papa mau bilang, kalau nanti malam papa mau pergi. Karna ada urusan kerjaan kok. Kamu tinggal aja dirumah Junna, atau Junna yang kesini. Gak lama kok, paling satu bulan." Ucap Johnny.

Gina mendelik. "Yaudah gak apa-apa. Yang penting uang jajan aman,"

____
Next ↓
Jangan lupa vote nya ya sayang ♡♡

07 - April - 2023

Sampai JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang