12. Memories 1988

27 24 0
                                    

Gina dan Junna sudah berada dikamar masing-masing. Mereka berniat tidur cepat. Karna ini sudah jam sepuluh malam. Gina juga sudah agak lelah menangis dipelukan Junna.

Gina sudah memasuki dunia mimpinya. Begitu juga dengan Junna. Suaranya sunyi, hanya terdengar suara jam dinding.

___

"Jifdan! Tunggu aku, jangan pergi dulu. Ayo kita ketempat awal kita ketemu!" Panggil salah seorang perempuan.

Ia terus memanggil nama Jifdan yang sedang berjalan lurus. Jifdan sama sekali tidak menolehkan wajahnya.

Ia terlihat memakai pakaian serba putih. Tunggu! Mimpi apa ini?! Gina belum ingin tersadar. Ia masih penasaran dengan mimpi ini. Namun, kenapa nama yang dipanggil oleh perempuan itu adalah Jifdan?

"Jifdan, ayo kembali. Kita pergi bersama ke perpustakaan yang biasa kita ketemu." Teriak perempuan itu kembali.

Tak lama, Jifdan membalikkan tubuhnya. Wajahnya terlihat pucat. Entah kenapa, suasana menjadi hening dan seperti merasakan rasa sakit.

"Jifdan?" Heran Ghifari dengan kening yang mengkerut.

Ada apa dengannya? Apa dia demam? Pikir Ghifari.

"Jifdan? Ayo kembali, aku mau kamu kembali. Kita ulangin semuanya dari awal, aku sayang sama kamu. Aku masih belum bisa lupain kamu." Tutur Ghifari dengan nada yang sedikit gemetar.

"Maaf. Kamu jangan nangis, aku kan jadi ikut sedih. Ghifari yang dulu gak suka nangis, lho. Ayo mana senyumannya?" jawab Jifdan.

Ghifari mendengar jawaban dari Jifdan didalam hatinya. Mungkin ini memang sudah takdir kisah cinta mereka.

"Nanti kita akan bertemu kembali. Namun, di nama yang berbeda. Namaku dimasa depan adalah Junna Danapati. Dan namamu dimasa depan adalah Gina Adiyaksa. Ingat itu." Ujar Jifdan.

Tunggu! Mimpi apa ini?! Kok nama Junna dan Gina disebut oleh Jifdan?

"Aku pergi,"

Tiba-tiba Jifdan sudah tidak ada dalam pandangan Ghifari. Hatinya sesak. Ia tak ingin ditinggalkan oleh Jifdan.

Ghifari menangis dalam diam. Air matanya turun mengalir lebih cepat.

____

06.30 WIB.

Gina sudah terbangun dari tidurnya, dua puluh menit yang lalu. Ia masih memikirkan mimpinya tadi malam. Masih terheran-heran dengan apa yang di ucapkan oleh seorang pria itu.

Apa benar, masa depan Jifdan dan Ghifari adalah Junna dan Gina? Tapi, bagaimana Jifdan tahu nama masa depannya? Entahlah, kepala Gina bisa-bisa pusing karna memikirkan hal seperti ini.

Tapi, ini adalah kejadian unik yang Gina rasakan.

"Masa ada sangkut pautnya sama kehidupan kami?" Tanya Gina pada diri sendiri.

Gina sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan untuk Junna. Tak lama kemudian, Junna datang menuju meja makan.

Junna terlihat sangat rapi dengan memakai seragamnya. Sebelumnya Gina sudah memberi tahu kepada Junna. Jika bajunya sudah sampai saat tadi pagi sebelum Junna terbangun.

"Junna, sini sarapan bareng. Aku udah buatin kamu nasi goreng," panggil Gina sambil menyendokkan nasi goreng ke piring.

Junna tersenyum. Ia menghampiri dengan masih tersenyum. "Maaf aku gak bantuin kamu. Ada yang perlu dibantu lagi gak?"

"Gak apa-apa. Udah, kamu sarapan aja. Bentar lagi selesai, kok."

"Yaudah, aku duduk ya." Sebelum duduk dikursinya, Junna menyiapkan kursi untuk Gina duduk disampingnya.

"Mari makan. Jangan lupa baca doa," ucap Gina yang sudah ada disamping Junna.

Mereka berdua berdoa masing-masing. Lalu menyantap sarapannya. Gina memakan dengan lahap. Kebetulan ia sudah sangat lapar.

"Emm, enak banget," histeris Gina pada makanan yang ia buat.

Junna melahapnya dengan perlahan.

Deja vu

Junna merasa seperti pernah merasakannya. Junna mengingat-ingat.

"Junna, ayo dimakan sarapannya. Nanti keburu dingin," ucap seorang perempuan.

"Junna gak mau makan, Junna mau mainan pesawat." Rengek bocah tujuh tahun itu.

"Iya, nanti siang setelah pulang sekolah, kita beli ya. Nah, sekarang Junna harus makan dulu, biar nanti siang ada tenaganya,"

"Gak mau!"

"Kalau gak mau, bunda jadi sedih karena Junna gak mau makan,"

Hati Junna tersentuh. Lalu ia menghela napasnya. "Yaudah, Junna mau makan. Tapi, bunda jangan sedih,"

"Iya sayang. Asalkan kamu makan ya, bunda gak mau kalau kamu sakit karena gak makan. Yang bunda mau, kamu jadi anak yang sehat ya," jawab bunda dengan lembut.

"Iya bunda.. aaaa" Junna membuka mulutnya lebar-lebar. Tanda ingin disuapi oleh bunda.

Bunda pun menyuapi Junna dengan senang hati.

Oh, ternyata bunda. "Bunda, aku kangen masakan bunda," batin Junna.

Gina menyadari jika Junna menatap kosong kearah nasi goreng buatannya.

"Junna kenapa? Apa nasinya keasinan? Atau kurang rasa?" Racau batin Gina. Ia mencoba kembali nasi goreng buatannya. Perasaan tidak apa-apa. Rasanya juga pas.

"Junna, kamu kenapa?" Tanya Gina.

Junna mendengar suara Gina. "Aku gak apa-apa. Masakan kamu, ingetin aku ke bunda. Rasanya sama persis kayak masakan bunda,"

Gina terkejut mendengar kalimat Junna. Hatinya terasa sangat sakit. "Kalau kamu mau nasi goreng. Aku bakal siap buatin buat kamu,"

Junna tersenyum mengarahnya. "Makasih. Yaudah, cepetan dihabisin. Nanti bisa telat ke sekolah."

Gina mengangguk cepat. "Iya,"

___

07.00 WIB.

Gina dengan Junna sudah sampai di sekolah. Namun, di jam pertama gurunya tidak masuk. Karna sedang tidak enak badan. Dan mereka hanya diberi tugas menganalisis buku-buku yang ada di perpustakaan.

Masing-masing berkelompok yang beranggotakan dua orang saja. Ya, bisa dikatakan satu bangku satu kelompok. Paham?

Gina dan Junna masih mencari-cari buku yang cocok untuk dianalisis.

"Junna, kita pilih buku yang mana? Dari tadi dicari-cari, belum ada yang cocok."

"Kita coba yang disana. Siapa tau ada yang cocok," tunjuk Junna.

"Oh yaudah ayo, kita cari,"

Mereka berjalan menuju tempat yang ditunjuk oleh Junna. Lalu mencari-cari. Gina mencari disebelah kiri, dan Junna mencari disebelah kanan.

Gina tak sengaja melihat buku yang bersampul warna coklat. Disana berjudul 'Hujan 1988'.

Gina membuka buku itu. Ia terkejut dengan gambar yang ada didalamnya.

_____
Next

Kira-kira, Gina liat gambar apa yaaa??
Langsung scroll. Tapiiii, vote dulu ya sayang ♡

17 - April - 2023

Sampai JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang