7. Tahun 1988?

44 27 1
                                    

05.30 WIB.

Rumah Gina.

"Selamat pagi, ayah" sapa Gina pada ayahnya yang sudah berada di meja makan.

Johnny tersenyum. "Pagi sayang. Keliatannya hari ini bakal cerah ya. Ada apa nih anak ayah? Apa gak sabar mau ketemu Junna di sekolah?" Guraunya.

Gina mencebikkan bibirnya. "Ayah apaan sih! Dari kemarin Junna, Junna, terus. Ayah suka sama Junna yaa??"

"Ayah suka Junna, dari segi tanggung jawabnya, baik, sopan, dan dia itu sepertinya open minded. Siapa tau nanti bakal bantu ayah di perusahaan," ucapnya.

Gina membelalakkan matanya. Iya lah. Terserah ayahnya saja.

Tapi ... Kalau dilihat-lihat, benar juga apa yang dikatakan oleh Johnny. Junna itu baik dan bertanggung jawab. Buktinya kemarin.

***
"Den, ayo sarapan. Bibi udah siapin air hangat sama sarapan buat den," ucap Bibi yang ada di samping meja belajar Junna.

Semalam Junna belajar sampai tak tahu waktu. Baru saja kemarin kembali dari rumah sakit. Tapi, ia malah seperti ingin kembali sakit. Aneh!

Junna menelusupkan kepalanya. Buku belajanya dijadikan bantal. Junna lupa, ia harus pergi ke sekolah.

"Den? Den Junna. Ayo bangun," panggil Bibi.

Junna sedikit menggeliatkan tubuhnya. Membuka kedua matanya perlahan. Dengan menjelaskan penglihatannya. Ia melihat kearah jam dinding.

Yaampun! Sekarang sudah jam 06.00 WIB. Junna harus siap-siap! Jangan sampai Johnny marah padanya.

"Bi, Junna mau mandi, sama siap-siap. Takutnya nanti Om Johnny marah ke Junna," ucap Junna yang sambil membereskan buku-bukunya. Dan memasukkan buku pelajaran hari ini kedalam tasnya.

Setelah itu, Junna berlari kecil mengambil handuknya, dan memasuki kamar mandi.

***
"Cie, yang mau berangkat bareng sama Junna," goda Johnny pada Gina yang sedang merapikan rambutnya.

Gina mendelik tajam kearah Johnny. "Ayaaahh, bisa gak sih jangan begini? Aku kan jadi malu!"

Johnny terkekeh. "Malu apa malu?" Godanya kembali.

Wajah Gina sudah memerah menahan malu. Ia pun mengalihkan dengan menuju mobil sambil memainkan handphone nya.

"Gina duluan!"

Johnny semakin terkekeh.

***
"Den Junna, mari sarapan dulu. Den Junna sarapan sendiri ya. Tuan Jaehyun sudah berangkat duluan. Katanya Non Gina mau kesini buat jemput Den Junna." Jelas Bibi yang mengetahui jika Junna sudah berada di meja makan. Setelah itu, Bibi mencuci piring.

Junna tersenyum. "Iya Bi. Makasih udah di siapin sarapan,"

"Iya Den sama-sama, ini kan udah tugas saya."

Junna mengangguk. Ia langsung memakan sarapannya dengan cepat.

Sepuluh menit kemudian. Gina dan Johnny telah sampai di rumah Junna. Junna pun telah selesai sarapannya. Karna Bibi sedang keluar untuk melayani Gina dan Johnny. Junna pun membersihkan piring dan gelas, bekas tadi ia sarapan.

Gina terkejut apa yang dilakukan Junna. Fiks! Dia idaman Gina!!

"Junna!" Panggil Gina dengan menghampiri Junna.

Junna menggedikkan bahunya sedikit. Ia tentu saja terkejut kala mendengar suara Gina tiba-tiba. Gina merasa bersalah.

"Maaf ngagetin kamu,"

Junna tersenyum. "Iya gak apa-apa,"

"Kamu cuci piring?"

Junna mengangguk saja. "Jarang banget lho cowok suka cuci piring, dan ini kali pertama aku liat cowok cuci piring," ucap Gina.

"Ini kan cuma cuci piring. Pasti semua orang bisa," ujar Junna.

Gina tertegun sejenak dan tersenyum tipis. Kegiatan Junna sudah selesai. Ia juga tak lupa untuk menaruh piring ke rak piring.

"Ayo, nanti kita terlambat." Ucap Junna dengan menghampiri Gina.

Gina cepatlah sadar! Lalu, Gina mengedipkan kedua matanya. "A-ayo,"

Mereka berdua segera bergegas. Kemudian menuju mobil yang sedari tadi sudah terparkir didepan rumah Junna.

***
Ruangan kerja.

"Seharusnya aku tidak mengambil anak sial itu. Percuma saja aku mengurusnya. Tidak ada gunanya! Hanya bisa memalukan ku di depan rekan kerja ku!" Suara bariton terdengar jelas. Ia menggerutu terus menerus. Pasti kalian sudah tahu, siapa dia.

***
"Junna!"

"Nanti istirahat bareng, yaa" lanjut Gina.

Junna menoleh ke samping. "Iya,"

Lalu Gina mensejajarkan langkahnya. Banyak siswa/i yang melirik mereka dengan tatapan aneh. Kenapa? Ada masalah kah? Itu yang ada dipikiran Gina.

"Junna, mereka kenapa ngeliatin kita begitu sih? Aku sedikit risih," bisik Gina yang masih terdengar oleh Junna.

"Mereka cuma heran aja sama kita, udah jangan dipikirin, niat kita cuma buat sekolah," Junna menjawab seperti Gina.

Gina mengangguk paham. Ia pun mulai tak memperdulikan siswa/i yang melirik aneh.

Mereka berdua masih melangkah menuju ke kelasnya. Dan tak lama mereka sudah berada di depan pintu kelas, lalu masuk.

Junna duduk di bangku barisan ke empat. Tepat dengan jendela. Jika Junna terkena sinar matahari, semua siswi melihatnya dengan kagum. Terlihat semakin tampan.

Sedangkan Gina, ia duduk di barisan ke dua. Ia selalu memperhatikan Junna juga. Tapi Junna selalu tidak menyadarinya.

***
Kringg...
Kringgg...

Bel istirahat sudah berbunyi. Siswa/i sibuk keluar masuk kelas. Gina dan Junna, sedang berjalan menuju kantin. Mereka ingin mengisi perut mereka yang sudah terbukti kala baru kedua pelajaran.

"Junna, kamu mau pesen apa? Biar aku yang pesenin, kamu yang pilih tempat ya. Nanti takutnya udah diisi sama yang lain," tanya Gina.

"Aku pesen susu sama satu roti coklat,"

"Itu aja? Gak laper lagi emang?"

"Enggak, udah itu aja, gapapa,"

"Oh yaudah, aku mau pesenin, kamu cari tempat duduk ya"

Junna mengangguk. Junna sedang mencari-cari tempat duduk untuknya dan untuk Gina.

Gina sedang memilih makanan untuknya dan mengambil untuk Junna. Saat ingin bayar, Gina tak sengaja melihat kearah kalender yang ada di belakang Bi Ita. Gina terkejut bukan main.

1988.

Gina terheran-heran. Ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Bi, maaf mau tanya. Kalender itu masih ada, padahal kan sekarang udah 2023. Kok masih disimpen?"

Bi Ita menoleh ke belakang dan melihat kearah Gina dengan tersenyum. "Kalender itu sengaja bibi taruh disana. Itu sebagai kenang-kenangan dari siswa/i yang dulu sekolah disini juga. Namun, mereka sudah tidak ada disini. Mereka sudah meninggalkan kami. Hati bibi terasa tergores kala mendengar berita mereka. Namanya Ghifari dan Jifdan. Katanya, Jifdan karna penyakit, dan Ghifari kecelakaan mobil." Ucap Bi Ita.

***
Guyss, ini part terpanjang.
Next ↓

06 - April - 2023

Sampai JumpaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang