21.30 WIB.
Gina melirik jam tangannya. "Junna, ayo kembali. Aku takut papa mencari kita."
"Jun?"
"Junna?"
Dua kali sudah dipanggil. Namun, Junna masih tak mendengarnya.
Gina pun langsung menepuk pelan pipi Junna. "Junna? Ayo bangun,"
Tak ada sahutan lagi dari sang empu. Tunggu! Junna sedang demam, apa mungkin sekarang ia pingsan?!
"Junna, tunggu sebentar lagi ya. Aku mau telepon papa ku."
Dengan sigapnya, Gina langsung membuka layar handphone miliknya. Kemudian mencari nama papa nya. Lalu, meneleponnya. Untung saja papanya sedang aktif.
"Pa, ini Junna kayaknya pingsan deh. Tadi, lagi bicara. Awalnya Junna cuma numpang tidur di pundak ku. Tapi, saat aku mau ajak dia kembali, dia malah pingsan." Ucapnya dengan khawatir.
"Kamu sekarang dimana? Biar papa yang samper kamu,"
"Aku di taman. Nanti aku fotoin tempatnya. Papa cepetan ya, kasian Junna,"
"Iya, kamu tunggu sebentar yaa,"
"Oke, pa. Aku tunggu"
Pip..
Telepon itu telah terputus secara sepihak. Gina langsung saja mengirim foto jalannya. Agar papa nya cepat-cepat datang kemari.
Gina menahan tangisannya. "Junna, tunggu sebentar lagi ya. Papa mau kesini. Aku yakin, kamu kuat."
Tak lama kemudian, papanya telah menghampiri kearah Gina dengan dua bodyguard nya.
Jaehyun gila! Jaehyun tega pada Junna!
Itulah kalimat yang terus terpikir di benak Johnny.
"Kamu bilang ke Om Jaehyun dulu. Tadi papa lupa untuk memberitahunya."
Gina mengangguk. "Baik, pa"
Johnny dengan kedua bodyguard nya telah memasuki mobilnya. Dan langsung menuju rumah sakit terdekat.
Dan Gina, ia melangkahkan kakinya menuju restorannya dengan cepat. Kaki Gina sedikit sakit, tapi Gina tidak peduli. Ia sudah khawatir pada Junna.
Sesampainya, Gina mencari kesana-kemari untuk menemukan Jaehyun. Dan, ya! Akhirnya sudah menemukannya.
"Om, Ju-Junna pingsan. Dia lagi dibawa ke rumah sakit terdekat sama papa." Ucap Gina yang sambil menetralkan nafasnya.
Jaehyun terkejut. Apa? Pingsan?! Sungguh anak yang menyusahkan!! Pikirnya.
"Ya sudah, sekarang kita ke rumah sakit."
"Awas aja ya, Lo. Anak sialan." Batin Jaehyun.
"Ayo, Om"
Dengan langkah yang tergesa-gesa. Gina terus saja menetralkan nafasnya agar tidak terlalu sesak. Dan mereka pun menuju rumah sakit terdekat.
Untungnya, Johnny segera mengirim lokasi rumah sakitnya. Kalau tidak, bisa-bisa Gina semakin khawatir karna salah rumah sakit.
___
22.00 WIB.
Malam semakin larut. Dan Gina masih menunggu Junna di rumah sakit. Sudah satu jam ia menunggu Junna yang masih belum tersadarkan diri.
Sampai akhirnya, ada seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan Junna. Gina langsung menghampiri dokter tersebut. Sama halnya dengan Johnny. Ia langsung menghampiri dokter, yang ber-name tag Chandra.
"Bagaimana dengan keadaannya, dok?" Tanya Johnny dengan khawatir.
"Keadaannya tidak terlalu buruk. Hanya saja, pasien harus beristirahat dengan cukup. Dan memakan makanan yang mengandung banyak nutrisi, vitamin, dan gizi. Pasien juga sepertinya akhir-akhir ini, pola makannya tidak teratur dan waktu tidurnya juga tidak teratur. Besok pasien sudah boleh pulang, jika infusannya sudah habis."
"Baik, dok. Terima kasih. Kami akan segera memulihkan pola makan dan tidurnya secara teratur."
Dokter Chandra mengangguk. "Baik, kalau begitu saya permisi dulu. Pasien, sudah boleh dijenguk,"
Johnny mengangguk. "Baik, dok. Sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama. Mari, saya permisi dulu." Johnny mengangguk. Dan dokter itu pun telah pergi meninggalkan mereka.
"Besok kita perlu bicara empat mata," ucap Johnny pada Jaehyun, yang sedari tadi terdiam disamping Johnny. Jaehyun dengan santainya mengangguk saja.
Gina telah memasuki ruangan itu duluan. Lalu, disusul oleh Johnny dan Jaehyun.
Terlihat Junna yang terbaring di atas brankar rumah sakit.
"Junna, syukurlah kamu sudah sadar. Aku khawatir banget sama kamu," tangisan Gina sudah pecah. Tak bisa ia tahan kembali. Junna terlalu jahat untuk Gina yang terlalu khawatir padanya.
Junna sadar, jika posisi Gina sedang memeluknya. Pelukannya sangat nyaman dan hangat. Junna suka ini.
Tapi tidak dengan seorang pria yang menatapnya tak suka. Yang tak lain adalah ayahnya sendiri, Jaehyun. Jaehyun menatapnya tajam, seolah mengisyaratkan sebuah hukuman saat sudah tiba dirumah.
Junna tak menghiraukan Jaehyun. Toh, ia sudah terbiasa dengan hukuman yang Jaehyun berikan padanya.
"Kamu jangan nangis. Nanti cantiknya hilang, lho." Ujar Junna yang membuat Gina terdiam.
Gina melepaskan pelukannya. Ia baru tersadar. Ingat! Gina hanya refleks saja.
Gina mencebikkan bibirnya. "Jahat, ih."
Junna terkekeh melihat tingkah Gina. Lucu juga ya Gina.
"Junna, kamu harus pinter jaga kesehatan ya. Ini juga buat kebaikan kamu, dan kamu yang akan merasakan semuanya. Kamu harus sehat selalu. Jaga tubuh mu, jangan sampai kamu seperti ini lagi. Dan kalau kamu lagi demam, seharusnya kamu bilang pada Jaehyun." Kini Johnny yang khawatir padanya.
Ternyata dalam ruangan ini, hanya dua orang saja yang peduli pada kesehatan Junna. Dan satu orang saja, yang sepertinya tidak peduli padanya.
"Iya, Om. Maafin Junna. Junna salah, seharusnya Junna bilang sama Om, kalau Junna lagi demam." Junna kelepasan.
Bukan bermaksud untuk mengadu pada Johnny. Tapi, ini memang kali pertama ia bertemu dengan Johnny.
"Maksudnya, Junna juga bakal bilang sama ayah."
Johnny mengangguk. "Iya. Yang terpenting adalah kesehatan kamu yang utama,"
"Besok kamu sudah boleh pulang. Dan saya akan bicara langsung pada kepala sekolah, jika kamu izin tidak masuk sehari." Lanjut Johnny.
Junna meneguk ludahnya. Bisa-bisa setelah sembuh, Junna akan mendapatkan hukuman dua kali lipat. Junna menghembuskan nafasnya.
____
Votenya bebb<33
Next chapter ↧05 - April - 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Jumpa
FanficAKAN DI REVISI SETELAH CERITANYA SUDAH SELESAI. ****** "Mungkin ketika aku tidak ada. Apakah kamu akan tersadar dengan perbuatan mu?" -Junna Danapati - ___ #1 - coming soon/15.03.2023 #22 - baik/5.4.2023