Universitas Seoul
Siang itu, Karina duduk di kantin kampus, matanya terpaku pada layar laptopnya sambil mencari informasi tentang vampir. Ia tengah menyusuri artikel dan gambar di internet, sampai akhirnya sebuah foto lukisan menarik perhatiannya. Lukisan itu menggambarkan bangunan tua yang megah, tampak seperti sebuah kastil kuno dari abad pertengahan Eropa. Ada sesuatu yang familiar di sana, membuat Karina merasa seakan pernah melihatnya.
Di sudut lukisan, tertera lokasi bangunan itu—dan tanpa ragu, Karina langsung mencatatnya di buku catatannya. Sambil memandangi lukisan itu dengan seksama, ia teringat sesuatu: di kampung halamannya, di puncak gunung, ada bangunan yang terlihat persis seperti kastil ini. Ketika kecil, ia selalu memandangnya dari kejauhan, terpesona dengan ukurannya yang besar dan tinggi, menjulang bahkan hingga tampak dari dasar gunung. Namun, neneknya selalu mengatakan bahwa di puncak gunung itu sebenarnya tidak ada apa-apa. Kala itu, Karina terlalu kecil untuk mempertanyakan ucapan neneknya. Tapi sekarang, ia mulai merasa ada yang ganjil.
Bagaimana mungkin bangunan sebesar itu tidak bisa dilihat oleh orang lain selain dirinya? Ia merasakan getaran antusiasme yang aneh. Mungkin ini adalah petunjuk, sesuatu yang bisa membawanya pada bukti luar biasa untuk skripsinya. Senyum penuh tekad dan smirk khasnya menghiasi wajahnya.
Saat itulah sahabatnya, Winter, datang dan duduk di depannya. "Hei! Apa yang kau lakukan?" tanya Winter, penasaran sambil mencondongkan tubuhnya untuk melihat layar laptop Karina.
Namun, Karina tidak mendengar. Pikirannya sudah terbawa pada rencana besar di kepalanya, hingga tanpa sadar ia tertawa kecil seperti penjahat yang menemukan harta karun. Winter memandangnya dengan bingung, lalu menyentuh dahi Karina.
"Yoo Karina! Kau sakit?" seru Winter, heran dengan ekspresi aneh temannya itu.
Karina tersadar dan mengerjapkan matanya. "Eh? Winter, apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan senyum masih tersungging di wajahnya.
Winter memutar matanya. "Aku bertanya apa kau sakit. Tadi kau tertawa seperti... penjahat," jawabnya dengan nada malas. Lalu ia refleks menutup mulutnya dengan ekspresi dramatis. "Atau jangan-jangan... kau memang sudah gila?"
Karina langsung mengubah ekspresinya menjadi datar dan menutup laptopnya dengan santai. "Mana ada orang gila secantik dan sepintar aku," ujarnya sambil tersenyum lebar.
Winter hanya tertawa ringan. Memang benar, Karina adalah salah satu senior populer di kampus; wajah cantiknya dan prestasinya yang cemerlang membuatnya jadi idola bagi beberapa junior. "Jadi, apa yang membuatmu tertawa seperti orang gila tadi?" tanya Winter sambil menahan tawa.
Karina menatap Winter dengan semangat. "Akhirnya aku menemukan sesuatu yang mungkin bisa memperkuat bukti untuk skripsiku."
Winter mengangkat alis, penasaran. "Oh, begitu... Memangnya skripsimu tentang apa sih sampai ditolak sama dosen Kim? Bukannya beliau itu dosen yang simpel? Skripsiku saja waktu itu diterima tanpa banyak revisi."
Karina tersenyum penuh teka-teki. Ia menatap Winter dengan tajam, menyipitkan matanya. "Apa kau... percaya vampir?"
Winter terdiam, terkejut oleh pertanyaan Karina. Tatapan tajam dan smirk di wajah Karina seolah menantangnya, seakan ia telah menemukan sesuatu yang tak terbayangkan.
#REVISI
Winter, sahabat SMA karina
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood [HEERINA] END S1_REVISI
VampirePintu pembatas antara dua dunia terbuka karena setetes darah seorang wanita. "Apa kau percaya vampir?" Karina "Aku bahkan bisa memakanmu sekarang." HeeSeung #REVISI #NO PLAGIAT!!!