CHAPTER 4. WHO ARE YOU?

1.2K 127 4
                                    

Di hadapan Karina berdiri seorang pria yang membuatnya terpana dengan ketampanannya yang nyaris tak masuk akal. Rambut hitam legamnya tampak acak-acakan, sebagian helai jatuh menutupi sedikit matanya. Meskipun begitu, Karina masih bisa melihat kilauan mata biru langitnya dari jarak sedekat ini. Hidungnya mancung, bibirnya merah segar, dan kulitnya yang putih pucat, semua itu membuat pria ini terlihat bak bangsawan Eropa yang mempesona dalam balutan kemeja elegan.

Namun, secepat kilat, Karina tersadar dan segera mundur beberapa langkah untuk menjauh darinya. Ia ingin bicara, namun seolah ada yang mengunci mulutnya sehingga tak sepatah kata pun bisa keluar. Hingga akhirnya pria itu membuka mulut.

"Siapa kamu?" tanyanya dengan suara dalam dan dingin, tatapannya tajam, seakan menguliti setiap inci wajah Karina.

Suara berat yang terkesan mengintimidasi itu membuat Karina spontan menunduk sambil mundur perlahan.

"Kutanya sekali lagi, siapa kamu?" Pria itu mengulangi pertanyaannya, mendekat dengan langkah mantap ke arahnya.

Karina mencoba mengangkat wajahnya, tetapi saat matanya kembali bertemu dengan tatapan biru yang tajam itu, ia reflek menunduk lagi, merasa jantungnya berdegup semakin kencang.

"A-ak-aku... aku tersesat," jawab Karina dengan suara pelan, namun masih cukup jelas didengar oleh pria di depannya.

"Tersesat? Tch." Pria itu mendecih pelan, nada suaranya mengandung ketidakpercayaan. "Kamu pikir aku akan percaya begitu saja?"

Mendapat reaksi sinis tersebut, Karina tiba-tiba mengangkat kepalanya. Meski tubuhnya bergetar karena gugup, ia memberanikan diri untuk menatap mata pria itu dengan tegas.

'Ayolah, kenapa aku malah gugup begini hanya karena melihat matanya?' batin Karina kesal. Alih-alih ketakutan, kini ia justru merasa gugup karena ketampanan pria ini benar-benar tak masuk akal baginya.

"Aku datang dari pintu itu," Karina menunjuk ke arah pintu, mencoba memberi penjelasan.

Pria itu sejenak menoleh ke arah yang ditunjuknya... lalu mendekat dengan gerakan tiba-tiba. Terkejut dengan reaksinya, Karina tersandung ke belakang dan jatuh tepat di atas ranjang. Saat ia hendak bangkit, pria itu dengan cepat mengukungnya, menahan Karina di bawahnya dengan tubuhnya yang kokoh.

"Kalau ingin berbohong, setidaknya cari alasan yang masuk akal," ucap pria itu dengan nada yang sulit dibaca oleh Karina.

"Aku akan membunuhmu dengan cepat dan tanpa rasa sakit... kalau saja kamu jujur tentang siapa yang mengirimmu," lanjutnya, tatapannya tak lepas dari mata Karina.

"A-aku bukan pembunuh, sungguh... aku benar-benar hanya tersesat," jawab Karina dengan suara bergetar, gugup.

"Lagipula... mana ada pembunuh secantik aku," lanjutnya dengan suara lirih, hampir berbisik. Namun, pria di atasnya tetap bisa mendengar.

Pria itu mendengus pelan. Namun tatapannya mulai berubah saat melihat bibir Karina yang sedikit berdarah, pandangannya kini dipenuhi ekspresi aneh.

Karina dapat melihat bagaimana mata pria itu perlahan kehilangan fokus, seperti sedang menahan sesuatu. Perlahan, pria itu mendekatkan wajahnya ke arah bibir Karina. Terkejut dengan tindakan itu, Karina buru-buru menutup mulutnya dengan punggung tangan, sehingga telapak tangannya menyentuh bibir pria tersebut yang hampir seolah ingin menciumnya.

Pria itu tampak tersentak, seperti tersadar. Ia tampak menahan haus darahnya yang tak tertahankan karena melihat bibir Karina yang berdarah, tetapi kini ia mulai kehilangan kendali atas dirinya. Ia menghela napas berat, lalu memegang dahinya dengan telunjuknya, seakan sedang berpikir keras.

Tiba-tiba, waktu terasa berhenti sejenak, dan seorang pria lain muncul entah dari mana dalam keadaan setengah sadar.

"Heeseung hyung, bukankah sudah kubilang jangan ganggu aku saat istirahat?" keluh pria yang baru datang itu dengan nada khas orang yang baru bangun tidur. Heeseung—pria yang mengukung Karina—langsung bangkit, melepaskan posisinya di atas Karina.

"Jungwon-ah... urus wanita ini," perintah Heeseung singkat, lalu berjalan keluar melalui pintu.

Karina hanya bisa terdiam, merasa campuran antara lega dan bingung setelah mengalami momen tegang yang tiba-tiba itu.



#Revisi

Jungwon, pangeran ketiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon, pangeran ketiga

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang