CHAPTER 9. THEIR IDENTITY

1K 125 1
                                    

Flashback On

15 Tahun yang Lalu...

Karina sedang bermain di belakang rumah neneknya ketika tiba-tiba seekor kucing muncul dari balik semak-semak. Matanya berbinar melihat kucing itu, dan ia pun segera menghampirinya. Namun, baru beberapa langkah, kucing itu langsung berlari menjauh.

"Kucing, tunggu aku!" teriak Karina sambil mengejar hewan kecil itu. Tanpa sadar, langkah-langkah kecilnya membawanya jauh ke dalam hutan.

"Aha, tertangkap kau," gumam Karina puas saat berhasil mendekati kucing itu. Namun, ketika ia ingin berbalik pulang, Karina menyadari sesuatu yang menakutkan—ia tersesat di tengah hutan. Tak ada jalan pulang yang dikenalnya.

"Grrrrr..." suara geraman terdengar dari balik semak. Karina menoleh dan terkejut melihat seekor anjing liar muncul, menatapnya dengan tatapan lapar dan garang. Refleks, Karina memeluk erat kucing di tangannya, kemudian berbalik dan mencoba berlari sekencang mungkin. Tapi sebagai anak kecil, langkahnya masih pendek dan lambat. Anjing itu semakin mendekat dengan mudah.

Saat Karina berlari, ia menginjak sebuah batu yang membuatnya tersandung. Tubuhnya terhuyung jatuh ke tanah, dan kucing di pelukannya terlepas. Anjing itu mendekati kucing yang malang itu, mengendus-endus sejenak, lalu membuka rahangnya lebar-lebar, siap untuk memangsa.

"TIDAK!" Karina menjerit ketakutan.

Tiba-tiba, seorang anak laki-laki muncul di hadapannya. Anak itu menerkam anjing liar tersebut dan dengan cepat menggigitnya dengan brutal hingga anjing itu mati. Setelah selesai, anak itu bangkit dan berbalik menatap Karina, darah di bibirnya masih berbekas. Dengan langkah tenang, ia mendekat ke arah Karina yang gemetar ketakutan dan segera menutup mata.

"Apa ini milikmu?" suara lembut terdengar di telinga Karina. Perlahan-lahan, ia membuka matanya dan mendapati anak laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya, menggendong kucing yang tadi diselamatkannya. Karina mengangguk pelan, dan anak itu menyerahkan kucing itu ke pelukannya.

"Kamu tersesat?" tanya anak itu. Karina mengangguk sekali lagi, masih terdiam karena kejadian barusan.

"Kalau begitu, kamu hanya perlu lurus ke arah sana." Anak itu menunjuk sebuah jalan kecil di antara pepohonan, lalu berbalik hendak pergi. Namun, sebelum sempat pergi, Karina spontan meraih lengannya.

"Tunggu! Siapa kamu?" tanyanya gugup. Anak laki-laki itu berbalik dan tersenyum miring, sedikit misterius.

"Vampir," jawabnya singkat sebelum menghilang dalam sekejap mata.

Karina mengedarkan pandangannya, mencari sosok anak laki-laki itu yang tiba-tiba saja lenyap tanpa jejak.

"Ah, aku lupa berterima kasih," gumam Karina pelan sambil menunduk memeluk kucingnya. "Vampir... semoga kita bertemu lagi," lanjutnya dengan senyum kecil. Lalu ia pun mengikuti jalan yang ditunjukkan anak itu, kembali pulang ke rumah neneknya.

Flashback Off

<><>

Di saat yang sama, Karina perlahan membuka matanya, menatap langit-langit kamar yang asing dengan pandangan kosong. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam, hingga kesadarannya sepenuhnya kembali. Ia segera bangkit, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan yang tak dikenalnya.

"Jadi, itu bukan mimpi?" gumam Karina, setengah tak percaya. Ia ingat jelas kejadian aneh semalam—pertemuannya dengan dua pria tampan yang menuduhnya pembunuh, lalu memaksanya membuka pintu misterius. Karina menoleh ke arah pintu tersebut, yang kini tertutup rapat. Ia yakin semalam berhasil membukanya, tetapi setelah muncul cahaya terang, ia tak ingat apa pun yang terjadi selanjutnya.

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" suara tiba-tiba terdengar dekat, membuyarkan lamunannya. Karina tersentak dan mendapati wajah Jungwon yang berada tepat di depannya, terlalu dekat hingga membuatnya refleks memukul wajah Jungwon.

"Astaga! Kamu mengagetkanku!" seru Karina keras-keras, tepat di telinga Jungwon. "Kenapa kalian selalu muncul tiba-tiba? Dari mana kau muncul, sih? Aku bahkan tidak mendengar suara pintu terbuka," lanjutnya, memprotes dengan nada kesal.

Jungwon mengusap telinganya yang baru saja terkena dampak suara Karina, lalu tertawa kecil. "Hahaha... maaf, aku kebiasaan teleportasi," jawabnya santai sambil duduk di tepi kasur.

"Teleportasi?" Karina menatapnya penasaran. Jungwon hanya tersenyum, matanya melengkung membentuk bulan sabit.

"Hmm... bagaimana kalau kita mulai berkenalan dengan benar?" usul Jungwon, menatap Karina dengan senyum ramah namun penuh teka-teki.





#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang