CHAPTER 8. PURE BLOOD?

1.1K 128 2
                                    

Esok harinya

Di ruang kerja Heeseung yang sunyi, ia dan Jungwon duduk berhadapan, saling diam selama hampir setengah jam. Tak ada satu pun dari mereka yang mau membuka pembicaraan lebih dulu, hingga akhirnya...

"Kamu sudah tahu?" tanya Heeseung, memecah kesunyian. "Tentang wanita itu," lanjutnya singkat.

Jungwon menyesap minuman darahnya sebelum menjawab. "Tentu saja belum tahu. Aku hanya mencoba memastikan sesuatu."

"Memastikan?" Heeseung mengernyit, masih belum paham.

"Aku hanya ingin memastikan apakah dia bisa membuka pintu itu atau tidak," jelas Jungwon santai. "Selama ini, tidak pernah ada penyusup atau pembunuh yang mengaku datang lewat pintu itu—pintu yang tidak pernah terbuka. Lagipula... wanita itu sedikit menarik," Jungwon tersenyum tipis, membuat Heeseung mengangkat sebelah alisnya.

"Sejak kapan kamu tertarik mendengarkan perkataan orang asing? Dan lagi, menarik?" Heeseung mengejek dengan nada skeptis.

Jungwon menatap Heeseung tajam. "Kenapa? Bukankah Hyung sendiri kembali ke kamar tadi karena menyadari sesuatu tentang wanita itu?"

"Kalau aku langsung membunuhnya tanpa memeriksa dulu apa yang dia katakan... kita takkan pernah tahu ada manusia berdarah murni lain seperti Lady Lee," lanjut Jungwon dengan nada serius. Ia tahu, baik di negeri ini maupun di seluruh benua, hanya ada satu manusia berdarah murni, yaitu ibu mereka, Lady Lee. Namun, kedatangan wanita ini, serta darahnya, secara misterius telah membangkitkan naluri haus darah yang selama ini tak pernah dirasakan Heeseung.

Heeseung menghela napas dalam-dalam, sambil memijat keningnya yang terasa tegang. "Bagaimana keadaan wanita itu sekarang?"

"Sepertinya dia masih tertidur karena kelelahan," jawab Jungwon.

"Suruh pelayan untuk menjaganya," perintah Heeseung datar.

Jungwon mendengus kecil sebelum menjawab, "Tapi... kita tidak punya pelayan, kan? Yang terakhir kali juga Hyung bunuh, karena dia suruhan permaisuri." Ucapannya membuat ruangan hening sejenak.

Heeseung mendesah, baru ingat bahwa pelayan terakhirnya sudah ia bunuh semalam karena ulah permaisuri yang tak henti-hentinya mengirim orang untuk menghabisinya.

Heeseung tinggal di istana ketiga, terletak paling jauh dari istana utama. Meskipun ia adalah pangeran pertama, ia lebih memilih hidup di istana yang sunyi itu, jauh dari intrik dan keramaian istana utama, serta bebas dari tatapan permaisuri dan para selir yang selalu membencinya karena darah campuran yang mengalir di nadinya. Ketiadaan pelayan pun tidak mengganggunya, karena kehadiran mereka biasanya berarti ancaman.

"Kalau begitu, kamu saja yang mengurusnya," ujar Heeseung santai.

"Aku?" Jungwon mengernyitkan dahi, tak percaya. "Kenapa harus aku? Dia tinggal di istana Hyung, jadi Hyung saja yang urus."

Heeseung terdiam sejenak sebelum berbicara dengan lirih, "Tidak bisa." Ia tampak enggan melanjutkan, tapi akhirnya mengaku, "Anehnya... aku kesulitan mengendalikan diri saat berada di dekat wanita itu."

"Kesulitan mengendalikan diri? Maksudnya...?" Jungwon semakin penasaran.

"Memakannya." Jawaban singkat dan datar Heeseung langsung membuat Jungwon tertegun, ia berdiri dan menatap Heeseung tak percaya.

"Ap-apa wanita itu benar-benar membuat Hyung haus darah? Bagaimana mungkin?" Jungwon berbicara dengan penuh semangat. "Wah... sepertinya dia memang benar-benar istimewa," katanya sambil menyeringai ke arah Heeseung.

"Mungkin saja. Jadi, aku ingin kamu yang mengurusnya sementara ini. Ini permintaan dariku," jawab Heeseung dengan nada serius.

Jungwon menatap Heeseung sebentar, lalu duduk kembali. "Baiklah, kalau begitu... aku akan mengurusnya sementara. Tapi Hyung harus segera mencari pelayan untuk mengurus keperluan pribadinya."

Heeseung mengangguk setuju. Jungwon pun berdiri hendak meninggalkan ruangan. Namun, di ambang pintu, ia tampak mengingat sesuatu dan berbalik menatap Heeseung.

"Oh, aku baru ingat. Wanita itu... namanya Karina," katanya sambil tersenyum sekilas, sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Heeseung yang kini tenggelam dalam pikirannya.

'Karina,' gumam Heeseung lirih, merasakan nama itu mengendap di benaknya, membawa perasaan aneh yang tak ia mengerti sepenuhnya.

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang