CHAPTER 15. PLAN

949 103 3
                                    

Sore, di Taman Istana Utama

Di bawah naungan sinar lembut dari lampu kristal, Permaisuri dan para selir istana sedang menikmati acara minum teh yang elegan. Meskipun disebut acara minum teh, gelas-gelas porselen mereka tetap hanya berisi darah segar, bukan teh, sambil mereka tenggelam dalam gosip, seperti layaknya ibu-ibu di acara sosial.

"Saya dengar Pangeran Jungwon ditugaskan mengurus urusan pertukaran kali ini, Selir Yang?" tanya Permaisuri dengan senyuman anggun, menyesap darah dari gelasnya.

"Benar, Yang Mulia Permaisuri. Saya juga tak menyangka Yang Mulia Raja mempercayakan tugas sebesar itu kepada Jungwon," jawab Selir Yang dengan tawa ringan. Permaisuri tersenyum, tampak puas.

"Itu karena Pangeran Jungwon kini sudah dewasa dan bijaksana," pujinya. Pujian ini membuat beberapa selir lain yang duduk di sekeliling mereka tampak cemburu, rasa iri terpancar dari wajah mereka.

"Namun, saya dengar Pangeran Jungwon masih sering berkunjung ke istana anak itu," celetuk salah satu selir dengan nada mengejek, merujuk pada Heeseung, sang anak dari Lady Lee. "Sungguh aneh, mengapa Jungwon begitu menempel pada anak itu?" tambahnya.

Mendengar nada sinis itu, Selir Yang mengepalkan tangan dengan kesal. "Hmph... Selir Yoon, bukankah putramu, Pangeran Niki, lebih parah? Kudengar dia selalu menimbulkan masalah di akademi," balas Selir Yang, nadanya tajam.

"Ha? Kenapa tiba-tiba membahas putraku?!" Selir Yoon langsung meninggikan suaranya, merasa tersinggung.

"Itu karena Anda yang tiba-tiba mengomentari Jungwon dan anak itu!" balas Selir Yang, tak kalah tajam.

"Tapi saya hanya membicarakan fakta!" sergah Selir Yoon.

"Dan saya pun hanya menyampaikan fakta," timpal Selir Yang, tak mau kalah.

"Cukup!" suara dingin Permaisuri memotong perdebatan mereka. 

"Selir Yang, Selir Yoon, saya mengundang kalian ke sini bukan untuk saling mengejek. Saya mengundang kalian untuk membicarakan rencana kita menyingkirkan anak itu," ucapnya, menatap keduanya dengan pandangan tajam. Selir Yang dan Selir Yoon segera menunduk, meminta maaf dengan nada rendah.

Namun, Selir Yoon, masih dengan wajah tegang, berkata pelan, "Tetapi Yang Mulia,  melihat posisinya, bukankah anak itu tidak lagi menjadi ancaman bagi para pangeran lainnya, apalagi Pangeran Jake yang sebentar lagi akan dilantik sebagai putra mahkota?"

"Tidak menjadi ancaman?" Permaisuri mengangkat alisnya, suaranya terdengar sinis. "Kalian pikir kenapa selama ini Yang Mulia Raja terus menunda pelantikan putra mahkota? Itu karena Yang Mulia masih menunggu anak dari wanita yang dicintainya itu—yang kita sebut 'anak itu'—bergerak."

Dua selir yang mendengar penjelasan ini saling memandang dengan waswas, merasa cemas dengan nada suara Permaisuri yang tajam.

"Jika bukan karena perjanjian yang aku buat dengan Yang Mulia bahwa pelantikan hanya akan terjadi jika Pangeran Jake berhasil menguasai wilayah Booster... aku tak yakin Yang Mulia Raja akan melaksanakan pelantikan sama sekali," lanjut Permaisuri dingin.

"Jadi sekarang, dengan pelantikan Pangeran Jake yang sudah di depan mata, kita tak perlu khawatir lagi, bukan?" ujar Selir Yang, mencoba mencari kepastian.

"Kalian benar-benar yakin anak itu tak berencana memberontak?" Permaisuri mendengus, "Dia membenci kita semua, terutama aku, karena kematian ibunya. Anak itu memiliki potensi besar untuk menjadi ancaman."

Selir Yang menghela napas panjang. "Lalu, apa lagi yang bisa kita lakukan? Kita sudah mencoba berbagai cara untuk menyingkirkannya, tapi selalu gagal."

"Itu karena Pangeran Jungwon selalu melindungi anak itu, dan menyingkirkan siapa pun yang mencoba mencelakainya," tambah Selir Yoon, nada malasnya terdengar jelas.

Selir Yang mengepalkan tangannya lebih erat. Ia pun merasakan kekesalan yang sama—bahkan ia sendiri kesal dengan Jungwon yang selalu membela Heeseung. Jungwon tidak pernah sekalipun menurut padanya dalam hal ini.

Permaisuri tersenyum tipis, ekspresi licik menghiasi wajahnya, mengalihkan perhatian para selir. "Bukankah usia anak itu sudah cukup untuk menikah? Bagaimana kalau kita mengajukan permintaan kepada Yang Mulia Raja untuk menikahkan anak itu dengan putri dari keluarga Grand Duke yang gagal itu?"

Senyuman Permaisuri yang dingin dan penuh rencana membuat kedua selir lainnya merinding ngeri. Mereka saling pandang, menyadari bahwa rencana pernikahan ini bukan sekadar penyelesaian, tetapi cara untuk mengasingkan Heeseung dengan halus—dan mengurungnya dalam pernikahan yang tak ia inginkan.




#Revisi

The Blood [HEERINA] END S1_REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang