Ketika hampir tengah malam, Heeseung baru saja kembali ke istana setelah berusaha menjernihkan pikirannya. Perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Ia teringat kata-kata yang diucapkannya pada Karina tadi. Kata-kata yang tak seharusnya ia katakan. Padahal, ia tahu Karina sedang berusaha keras mencari cara untuk pulang ke dunianya. Namun, sejak Jake menyadari keberadaan Karina, Heeseung menjadi gelisah dan gegabah. Jika Karina dibiarkan lebih lama di istana, cepat atau lambat, penghuni lain pun pasti akan mengetahuinya, seperti Jake. Demi keamanan Karina, ia harus segera kembali ke dunianya.
Prangg!
Suara kaca pecah terdengar dari kamar Karina. Heeseung mendongak, dan pandangannya tertuju pada jendela kamar Karina yang hancur. Hatinya mencelos. Seharusnya ia tidak meninggalkan kastil. Sekarang Karina sedang diserang. Tanpa ragu, Heeseung langsung berteleportasi ke kamar Karina.
Begitu tiba, ia melihat Karina terpojok di sudut ruangan, gemetar ketakutan. Amarah menyala di mata Heeseung. Tanpa berpikir panjang, ia menendang penyusup berjubah hitam itu hingga terpental ke dinding.
Tatapan Heeseung bertemu dengan Karina, matanya gemetar ketakutan.
Karina hendak membuka mulutnya, namun Heeseung segera memotongnya, "Tutup matamu! Jangan buka sampai aku memanggilmu," perintahnya tegas, sorot matanya tajam tertuju pada penyusup yang sudah kembali berdiri. Tanpa banyak bicara, Karina menutup mata dan telinganya rapat-rapat. Setelah memastikan Karina tidak melihat, Heeseung mengeluarkan taringnya.
"Rawrrr!" Penyusup itu menyerang Heeseung dengan beringas. Namun, Heeseung dengan mudah menghindar, lalu—
Hap!
Dengan satu gerakan, Heeseung mencengkeram leher penyusup itu, menghentikan pergerakannya. Dalam sekejap, ia berteleportasi, membawa penyusup itu keluar dari kastil. Kini mereka berada di gang sempit dan gelap. Tanpa ragu, Heeseung menusuk tubuh penyusup itu berulang kali dengan kukunya yang tajam. Ia menghajar penyusup itu dengan kejam, tanpa ampun.
Sekitar dua menit kemudian, Heeseung berhenti. Tubuh penyusup itu sudah hancur, tak tersisa satu organ pun. Dengan pakaian yang bersimbah darah, Heeseung kembali ke istana, tepatnya ke kamar Karina. Di sana, ia mendapati Karina masih terduduk di sudut ruangan, menutup mata dan telinganya, tubuhnya bergetar.
Dengan hati-hati, Heeseung mendekati Karina dan berjongkok di depannya. "Karina," panggilnya lembut. Tak ada respon. Heeseung mengulurkan tangan, mengelus lembut rambut Karina.
Perlahan, Karina membuka matanya. Begitu melihat tatapan lembut Heeseung, ia langsung menerjang, memeluknya erat hingga membuat Heeseung terjungkal ke belakang. Untungnya, ia sigap menopang tubuh mereka dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memeluk pinggang Karina, menenangkannya.
Setelah sekitar sepuluh menit, Heeseung merasakan tubuh Karina yang semula bergetar perlahan mulai tenang. Ia pun sedikit memundurkan wajahnya untuk melihat wajah Karina yang kini tampak berantakan, dengan mata sembab dan luka kecil di pipinya.
Darah?!
Pandangan Heeseung langsung tertuju pada darah kering di pipi Karina, dan tanpa sadar, ia mulai merasa haus. Secepat mungkin, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Saat tadi ia fokus melawan penyusup, darah Karina tak memengaruhinya, namun kini, saat keadaan tenang, indranya mendadak menjadi tajam terhadap aroma darah itu.
"Aku menyukaimu," suara lembut Karina tiba-tiba menarik perhatian Heeseung. Ia membelalakkan mata, terdiam memandang Karina yang menatapnya penuh ketulusan.
"Tak peduli berapa kali aku memikirkannya... Ketika kamu menyuruhku pulang ke duniaku, aku merasa sedih, bukan karena takut gagal dengan penelitianku, tapi..." ucap Karina, menggantung. "Tapi karena aku takut tak bisa bertemu denganmu lagi."
Saat Heeseung hendak membuka mulut, ia terkejut saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Ternyata, Karina menciumnya dengan lembut, walau singkat. Setelah itu, Karina menyandarkan dahinya di pundak Heeseung.
"Aku... pasti akan pulang dengan sendirinya. Jadi, jangan usir aku seperti tadi. Itu sangat... menyakitkan," ucap Karina, perlahan menutup matanya, kemudian tertidur di pelukan Heeseung.
Heeseung masih mematung di tempat, bertanya-tanya dalam hati, Kenapa Karina bisa menyukainya?
Tiba-tiba, rasa lapar menyerangnya, dan tanpa disadari, taringnya muncul. Pandangannya tertuju pada leher jenjang Karina. Perlahan, ia mendekatkan taringnya ke leher Karina, namun—
Dengan sisa kesadarannya, Heeseung langsung menutup mulutnya dengan telapak tangan. Hampir saja ia menggigit Karina.
Sebelum kendali dirinya benar-benar hilang, Heeseung segera menggendong Karina dan membawanya ke tempat tidur. Ia membaringkan Karina perlahan, lalu menyelimutinya dengan lembut. Setelah itu, ia menghilang dan kembali dengan secangkir darah di tangannya.
Setelah meminum darah itu, kesadarannya sepenuhnya pulih. Heeseung duduk di sofa, pandangannya tak lepas dari Karina yang tertidur lelap di kasur. Ia menyentuh bibirnya, teringat ciuman singkat dari Karina tadi, lalu menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang bergejolak.
#Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood [HEERINA] END S1_REVISI
VampirePintu pembatas antara dua dunia terbuka karena setetes darah seorang wanita. "Apa kau percaya vampir?" Karina "Aku bahkan bisa memakanmu sekarang." HeeSeung #REVISI #NO PLAGIAT!!!