"Jake? kenapa kamu datang ke sini?" tanya Heeseung datar.
Jake hanya tersenyum sambil berjalan mendekati Heeseung. "Memangnya aku tidak boleh mengunjungi kakakku sendiri?" jawabnya santai, lalu duduk angkuh di hadapan Heeseung dengan kaki bersilang. "Setidaknya aku masih tahu sopan santun dengan masuk lewat pintu. Tidak seperti adik kita, Jungwon, yang selalu suka muncul tiba-tiba di ruang orang."
"Terserah," balas Heeseung tak peduli. "Jadi, apa alasanmu datang ke sini?"
Jake menghela napas, tampak malas. "Hyung, kamu benar-benar tak punya basa-basi sama sekali."
"Aku sibuk," ujar Heeseung singkat.
"Izinkan aku beristirahat sebentar di sini." Jake lalu merebahkan tubuhnya di sofa dan memejamkan mata. Heeseung hanya bisa menghela napas, memijat pelipisnya dengan lelah.
"Pergilah istirahat di istanamu sendiri. Aku sibuk," usir Heeseung.
"Hyung, lakukan saja tugasmu. Abaikan aku," balas Jake santai, melambaikan tangan mengusir Heeseung.
Namun, Heeseung tak bisa membiarkan Jake berlama-lama di sini. Jika Jake sampai menyadari keberadaan Karina, bisa-bisa segalanya berantakan. Meskipun Jungwon sudah membawa Karina pergi dari istana, Heeseung tetap khawatir. Jake sangat peka terhadap hal-hal mencurigakan, jadi ia harus mengusir Jake tanpa menimbulkan kecurigaan.
"Hyung akan da-"
"Tidak, aku tak akan datang," potong Heeseung tegas.
Jake mendecih pelan, memandang ke arah langit-langit. 'Seharusnya aku tak perlu bertanya,' gumamnya pelan. Meski begitu, Heeseung hanya menatap Jake dengan tatapan datar.
"Hyung, apa kamu benar-benar sebenci itu padaku?" tanya Jake tiba-tiba, masih memandang langit-langit. Pertanyaan itu membuat Heeseung tersentak.
"Tidak. Masalahku hanya dengan permaisuri dan para selir. Itu tak ada hubungannya dengan kalian." jawab Heeseung dengan suara lebih lembut, menatap Jake dengan tatapan tulus.
Jake tersenyum kecut, tetap berbaring dengan tangan menutupi matanya. "Benarkah? Tapi, kenapa hyung hanya peduli pada Jungwon dan Niki, sementara padaku... hyung menjaga jarak?"
Jake menggigit bibirnya, menahan emosi. Heeseung melihatnya dan berkata, "Aku tidak memusuhimu. Aku hanya menjaga jarak."
Mendengar jawaban itu, Jake kembali tersenyum pahit. "Kenapa? Karena aku anak dari permaisuri yang telah membunuh ibumu?" tanyanya lirih sambil bangkit dan duduk menghadap Heeseung.
"Bukan!" seru Heeseung, nada suaranya meninggi. Jake tersentak kaget mendengar reaksi keras Heeseung. "Bukan karena itu... Maaf, tapi aku tak bisa memberitahumu alasannya," lanjutnya pelan, menundukkan kepala.
"Begitu ya? Kalau memang begitu... kalau hyung tak membenciku," Jake menatap Heeseung penuh harap, "datanglah ke pestaku besok."
Heeseung menatap Jake dalam diam, hendak menolak, namun Jake segera melanjutkan, "Kudengar Yang Mulia Raja akan mengumumkan pertunanganmu besok."
Heeseung terdiam, tangannya mengepal kuat. Jake menghela napas berat lalu berkata, "Bukankah hyung harus melakukan sesuatu? Kalau tidak, aku yakin Jungwon akan kecewa."
Kata-kata Jake membuat Heeseung mengusap wajahnya dengan kesal, menatap adiknya yang duduk santai di depannya.
Jake tersenyum tipis, lalu berdiri dan berjalan menuju pintu. Heeseung memandangi setiap langkahnya. Di depan pintu, Jake berhenti sejenak dan berkata, "Aku tidak tahu siapa manusia itu. Tapi kalau hyung mendadak memasang pembatas seperti ini, itu justru akan semakin menarik perhatian ibuku."
Jake keluar, meninggalkan Heeseung yang terdiam, kaget.
'Dia sadar!' batin Heeseung cemas.
Di koridor istana, Jake berjalan sambil memainkan sehelai rambut panjang yang ia temukan di sofa tempatnya tadi berbaring. Wajahnya tetap datar, tapi pikirannya penuh dengan tanda tanya.
'Siapa sebenarnya manusia ini?'
#Revisi
Min Jake, Pangeran Kedua
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood [HEERINA] END S1_REVISI
VampirePintu pembatas antara dua dunia terbuka karena setetes darah seorang wanita. "Apa kau percaya vampir?" Karina "Aku bahkan bisa memakanmu sekarang." HeeSeung #REVISI #NO PLAGIAT!!!