TTM, Travelling Tapi Menginap

18 0 0
                                    

Setelah kami berdua ada pengalaman nginep sekali saat itu, kami jadi menemukan celah dan gak pusing mikir lagi waktu kemalaman ketika sedang bersama ya langsung gas hotel saja (jangan di tiru). Anita meminta kepadaku untuk main ke daerah tempatku sebab kita sudah terlalu sering main di sekitar tempat dia bekerja sana, aku pun mengiyakan tetapi aku masih mendiskusikan gimana soal transportasi untuk dirinya kesini, dia pun hanya memberitahu persoalan tersebut mudah karena nanti dia bisa naik bis sebab kalau aku yang jemput dan nanti mengantar juga kasian kecapekan bolak-balik 4 kali belum termasuk jalan-jalan kelilingnya, maka aku mengiyakan hal tersebut. Kala itu ketika anita kesini untuk yang kedua kalinya sepengetahuanku, dia naik bis dan turun di terminal yang dimana ketika aku jemput, sempat nyasar ke rumah sakit sampingnya lokasi yang harusnya ku datangi, jalanannya berlubang dan cukup sepi meski di depan ada penjual makanan yang menyambut kedatangan, dan ada jembatan penyebrangan juga disitu. Dari situ masih maju lagi sedikit dan aku harus putar balik tapi lalu lintas ramai, dia sudah sampai di sebrang dan menunggu. Aku agak telat bentar untuk sampai karena kesasar sebelumnya tapi dia udah ngamok :'v

Aku : "Maaf telat, nyasar tadi."

Anita : "Sumpah gak cepet-cepet, wedi aku mengko di culik."

Aku : "Halah sopo sing meh nyulik, rugi nyulik kue mangane akih."

Anita : "Gak lucu!"

Aku : "Iyo-iyo ndang numpak kuy, ki helm e tak gawakne teko omah."

Anita pun naik ke motor dengan kekesalannya tapi juga senang karena bisa kesini lagi terlihat dari raut mukanya di spion hihi.

Aku : "Udah sarapan dulu tadi?"

Anita : "Belom."

Aku : "Mau makan apa nih tuan putriii."

Anita : "Apa ajaaa, manut ayanggg."

Aku : "Siyaappp."

Kami pun keliling sebentar arah S5 mengenang yang terjadi saat pertama berjumpa, dia tertawa lepas bersamaan dengan motorku yang mengelilingi tempat ini. Setelah puas mengelilingi S5 akhirnya kami mencari tempat makan dan singgah lah kami di warung bakso langgananku, banyak menu makanan dan minuman, lokasinya di samping jalan raya. Dia makan dengan lahapnya, sampai tidak sadar ada noda kuah di samping mulutnya yang reflek ku bersihkan dan dia tersenyum manis. Hanya hal-hal sederhana yang baru bisa ku berikan tanpa melihat betapa kejamnya dunia luar sana, tetapi aku yakin jika aku akan bisa menghadapinya bersama anita seperti anita yang awalnya lebih dulu menghadapi hal-hal tersebut dan aku datang untuknya.

Aku : "Mau nambah porsinya?"

Anita: "Udah cukup, nih tetelan gajihnya aku gak begitu suka lagian udah makin gemukan juga."

Aku : "Gapapa gemukan biar orang rumah enggak kaget kamu jadi kurus tau."

Anita : "Makasih ya, kamu bener-bener sebegininya ke aku."

Tentu saja tuan putri, dengan segenap hatiku. Meski kami mesra begini tentu saja tak lepas dari sebuah pertengkaran layaknya hubungan pasangan lain, tetapi aku lebih banyak untuk mengalah sebab aku mencintainya tuhan, meskipun kami beberapa kali melakukan hal yang tidak perlu di jelaskan panjang lebar tapi ku yakin engkau tau bahwa rasa ini benar adanya. Setelah kenyang selesai makan, kami pun pergi ke tempat wisata klenteng merah yang memiliki sejarah lumayan epic sebab tempat ini iconic sekali.

Anita : "Yah, kalo disini, kamu gak perlu maps ya, gak bisa aku sasarin kayak biasanya."

Aku : "Haha, jangan gitu lah, kesel tau kadang."

Dari percakapan barusan kalian tau lah salah satu yang bikin kita ribut, karena itu bahaya tapi untung aku jago bawa motornya hehe. Setelah rehat sejenak kami pun langsung otw beberapa menit saja tidak sampai setengah jam dan tidak terasa sudah sampai di lokasi. Langsung kami gas kan jalan-jalan di area tersebut. Lumayan cukup banyak pohon padahal luar area situ sudah bangunan-bangunan rumah, anita pun mengusulkan sebuah hal.

Tak Seindah Cinta Yang SemestinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang