Perjalanan

17 0 0
                                    

Setelah pertemuan kemarin ketika aku menggodanya soal bibirnya yang merah sebab dirinya yang rindu, aku sengaja ingin membolongkan bertemu dengannya pada minggu ini, tapi sabtu malamnya dia langsung spam menyuruhku mendatanganinya segera. Minggu pagi pun aku kesana, jalan yang sama, suasana yang sama, bosan? tidak akan pernah, kerelaanku seutuhnya saat itu benar tanda tulusku padanya saat itu, meski macet karena ada pengalihan jalan sampai siang. Dia chat bertanya apa gak jadi aja, tapi udah terlanjur setengah perjalanan jadi yaudahlah, sampai sana benar siang :" bokong udah pedes banget rasanya yang biasanya cuma perjalanan 1 sampai 1 setengah jam, ini mau 2 setengah sampai 3 jam :" sampai sana sudah siang pun aku turun dari motor dan mengajaknya cari tempat yang deket dan bisa santai jalan jangan ke wisata nanti malah makin pegel pinggang huhuhu, anita awalnya bingung tapi karena dia disini memang sudah lumayan lama, akhirnya dia menyarankan ke stadion, pikirku dia mau jogging tapi ternyata stadionnya beda, ada taman dan terbuka juga... bukan gedung tertutup gitu, dan masih banyak pepohonan juga, mantap banget sih daerah sini tuh. Jalan yang kami lewatin pun beda, tapi kami berdua udah berasa seperti orang sini yang sliwar-slewer dengan santainya. Kami jalan-jalan sore di area situ, ada kang cilok, somay bandung, deretan jajanan juga seperti biasa, dan tulisan terpajang di sandingin dengan tiang-tiang bendera tapi lupa itu bendera apa, jalanan cukup ramai, kami duduk main ayunan disitu tiba-tiba ada kang es krim lagi tapi sepertinya yang jualan beda orang, kami pun auto beli karena enak rasanya khas daripada es krim lain, kami pun duduk menikmati es krim sembari dia yang bercerita tentang kerjaannya, aku mendengarkan dan berusaha jadi senetral mungkin karena bagaimanapun kami harus menjadi lebih dewasa, dia bilang teman-temannya pada pindah dan beberapa ada yang udah di sanding dengan orang lain tetapi lebih tua umurnya, ada yang udah kayak bapak-bapak juga, aku yang baru pertama kali mendengar pembahasan seperti itu belum menanggapi begitu dalam, dan lebih hati-hati dalam menjawab karena ku merasa moodnya sedang buruk, aku mencoba menghiburnya dengan beberapa pengalihan dari jam 2 siang sampe menjelang sore itu.

Aku : "Kamu udah pernah kesini sebelumnya?"

Anita : "Belum, baru pertama kali ini."

Aku : "Itu orang pada masuk ke dalam, emang masih ada tempat ya? kok gak pada keluar lagi."

Anita : "Kayaknya masih deh."

Aku : "Kesitu yuk?"

Anita : "Bolehhhh."

Kami pun masuk ke dalam, ternyata lebih ramai daripada yang di luar, banyak orang di dalam dan ada lapangan di tengahnya, sedangkan di luar hanya taman saja dan sampingnya langsung jalan raya. Kami pun jalan mengelilingi lapangan sambil gandengan, dan duduk-duduk di situ sambil bikin story, boomerang, yang banyak banget. Sampai tak di sangka dari sini bisa liat senja dengan jelas, ronanya melebihi filter ig anak indie, dia mengajak ku foto selfie back light dan hasilnya mengajarkan kita bahwa apapun yang terjadi hari ini pasti akan berakhir dengan indah, karena meskipun matahari tenggelam ada sesuatu yang tidak ikut tenggelam disana, yakni rasa, anjasss. Kami pun bergandengan sepanjang sisa hari itu menikmati kehangatan yang tersaji, membuat kami semakin dekat baik hati maupun raga. Beberapa saat ketika itu ntah bagaimana bisa saat itu anita tersirat untuk nyari bakwan bakar, dia bilang ada yang jual tapi semasa hidupku belom pernah nemu bakwan di bakar, paling bumbu kacang biar kayak batagor, kami mengelilingi daerah situ sampai kaki pegal, anita yang biasa minta gendong pun ku jahilin gantian aku yang minta di gendong olehnya. Setelah hampir sejam keliling gak ada yang jualan, lalu kami cek di hp ternyata itu jagung bakar tapi di keywordnya bakwan bakar dong -_- kalo jagung bakar emang ada daritadi kami keliling mah astoge. Akhirnya kami gak jadi beli, malah beli boba karena udah haus jalan kesana-kesini. Gak kerasa malam udah mulai datang, kami pun jalan pulang selama di atas motor dia memeluk ku begitu erat tidak seperti biasanya, dalam batin ku ngapa dah ni anak? Kami juga tidak mengobrol ketika itu, dia sepertinya sangat lelah badan dan pikiran terasa jelas sebab kepalanya bersandar di punggungku selama itu. Agar ceritanya jadi panjang aku beritau saja yang ku lihat di perjalanan yang tak sempat ku tuliskan karena aku baru ingat sekarang, aku melihat ada ukiran patung jaran yang bagus malam itu di daerah ini, pernah liat kuburan juga samping jalan raya persis jadi menurut kalian horor gak sih kalo lewat situ? Secara itu jalan memang jalan utama jadi mau gak mau ya lewat situ, mungkin ada jalan lain memutar tapi ya tau sendiri pasti lebih jauh, aku juga pernah liat orang laka lantas sepertinya karena sampai merenggut nyawa di tempat samping jalanan atau mungkin kesetrum tiang listrik tidak tau pastinya sebab aku tidak berhenti untuk bertanya karena jalanan sudah cukup macet di tambah jalanan yang lumayan tidak bagus jadi teringat juga waktu dulu aku balapan di daerah sodaranya sugar daddy. Tau gak yang ku maksut daerah mana? wkwk tebak sendiri ya. Sedikit cerita dulu aku sebenarnya pernah nunggak dan akhirnya luntang-lantung gak jelas sampai akhirnya ikut balap liar gitu, tapi akhirnya kembali ke jalan yang lurus anjassss lanjut. Gak kerasa sudah hampir sampai ke kost anita, terlepas jika badanku kondisi gak enak kami selalu balik lebih dari jam 9 malam meski portalnya ditutup tapi anita kan jalan kaki jadi gapapa kata dia toh juga malah aku musti perjalanan pulang lebih jauh daripada jalan ke kost. Sesampainya di depan gang, dia tidak mau turun, dia masih ingin bersamaku. Karena badanku masih segar bugar, maka aku pun mengajaknya keliling lagi ke arah jalan yang sebaliknya, arahku pulang. Dia kaget

Anita : "Loh, meh neng ndi?"

Aku : "Ku culik."

Anita : "Bolehhh."

Aku : "Jir malah rela."

Anita : "Ke tempatmu ya?"

Aku : "Jauh woy."

Anita : "Huh."

Karena lumayan gelap jalanannya dan gak sadar ada lubang, kami berdua pun kaget dan untung saja ban motorku aman tidak bocor, kalo bocor waktu itu repot juga, entah sampai mana kita berdua ini karena gak liat maps, tapi di tengah jalan ada semacam tugu dengan patung 3 wanita yang di datangi lumayan banyak orang dan juga tentu saja ada penjual disana, kami pun memutuskan menepi dan duduk disitu, sudah seperti orang hilang kami berdua wkwk, disitu selain penjual makanan ada juga penjual tiupan gelembung dan tadinya aku mau beli tetapi anita memegangi tangan ku dan bilang gak boleh kemana-mana, yasudah kami hanya duduk menikmati malam di lokasi tersebut, aku bukan seorang perokok jadi selama disitu aku banyak banget nyari topik ngobrol membahas dia sudah pernah kemana saja, kenapa bisa milih kerja disini, udah pernah punya cowok apa belum sebelumnya dan masih banyak lagi, mendadak menjadi pewawancara. Malam itu aku sadar bahwa tiada awan yang ada di langit ini yang tetap selamanya, tiada mungkin akan terus menerus pula cuaca gelap gulita, akan lahir pagi yang membawa keindahan. Tapi, kurasa akan lebih membahagiakan jika keindahan yang tersaji ketika mataku terbuka dari tidur, ada dirimu anita. Aku bisa disebut bukan anak indie karena tidak suka kopi, jadi anggap saja yang tadi adalah sebuah picisan. Sedikit pula terpikir oleh ku malam ini tentang ucapannya ketika anita bercerita sore tadi mengenai apa yang dia alami, baiklah...

Aku menatap matanyamalam itu, dengan hembusan angin malam yang lumayan dingin membuatku gugup. Akuakhirnya mengatakan padanya aku jika begitu mencintainya, jadi tenang saja. Selamakamu di sampingku aku selalu berusaha, segalanya akan ku coba. Tiba-tiba dia memelukkusesaat dan dia pun keliatan seperti lega, akhirnya dia mengajak pulang denganposisi waktu lumayan larut, huhuhuu. Aku pun mode balap ketika sudahmengantarkannya balik ke kost, untung saja tidak terjadi malam mencekam selamakisah ini berlangsung, untuk diriku yang sekarang pun mikir dua kali ntahkarena takut atau memang gak ada lagi mood seperti itu, faktor usia sepertinya.

Tak Seindah Cinta Yang SemestinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang