12/. JANGAN MENANGIS LAGI

2.1K 251 13
                                    

TYPO MUNGKIN BERTEBARAN

Tim Dikara tepar di pinggir lapangan, bahkan Bima dan beberapa siswa yang ikut bermain basket bersamanya sudah tidur terlentang karena merasa lelah, tak peduli lapangan kotor. Dikara hanya tertawa melihat Bima dan yang lainnya.

Untung sebelum pertandingan basket Dikara sudah memesan minuman di kantin, jadi tepat setelah pertandingan selesai— salah satu pemilik kantin yang ada di sekolah membawakan satu dus air mineral dan langsung menjadi rebutan membuat Noah emosi dan memukul tangan mereka satu per satu. "Kayak orang nggak pernah minum 5 tahun aja lo pada."

Garda membuka tutup botol air mineral itu, alih-alih meminumnya ia malah membasuh wajahnya menggunakan air mineral itu.

Sedangkan Dikara dan Noah minum dengan tenang.

Saat Dikara menenggak minumannya, sorot matanya memperhatikan Bryan yang tampak berjalan dengan kesulitan karena kakinya yang tadi ditendang oleh Dikara.

Tak sedikitpun pergerakan Bryan terlepas dari pandangan Dikara, Bryan tampak berjalan mendekat pada Ratu yang sedang berbincang-bincang dengan Dinda. Terlihat Ratu yang tadinya tertawa langsung memasang ekspresi yang sangat sulit diartikan, entah sedih, marah, atau kesal saat melihat kedatangan Bryan yang kini sudah berdiri di sampingnya.

"Mau ngapain lo ke sini?" Tanya Dinda tidak suka dengan kehadiran Bryan.

"Gue ada perlu sama Ratu," sahut Bryan.

Bryan beralih menatap Ratu yang hanya diam. "Ada yang mau gue omongin, penting. Gue tunggu di belakang sekolah," ujar Bryan pada Ratu. "Jangan bawa temen!" Timpalnya seraya melirik Dinda.

Dinda reflek berdiri. "Kenapa harus di belakang sekolah? Mau macem-macem lo sama Ratu?" Tanya Dinda tidak santai.

Bryan mencoba menahan emosinya dan memilih mengabaikan pertanyaan Dinda. "Gue tunggu," ujarnya sekali lagi pada Ratu.

Setelah kepergian Bryan, Dinda langsung heboh melarang Ratu agar jangan menemui Bryan di belakang sekolah, Dinda takut kalau Bryan akan melakukan hal-hal yang tidak-tidak. Apalagi Bryan sudah memiliki kekasih, Dinda takut kalau nanti sahabatnya akan menjadi bahan gosipan karena ketahuan berduaan dengan mantan kekasihnya yang sudah memiliki pacar baru di belakang sekolah.

"Ra, dengerin gue! Jangan temui dia di belakang sekolah. Lo mau digosipin satu sekolah lagi?'

Ratu tampak berpikir sejenak, ingatan kembali ke saat-saat dirinya masih duduk di bangku kelas 10 saat itu kenaikan kelas 11. Karena berpacaran dengan siswa terkenal membuatnya jadi bahan gosipan yang tidak-tidak, karena Ratu hanya gadis biasa yang bisa dibilang tidak terlalu cantik namun tidak jelek juga. Rambutnya yang panjang hingga siku tangannya, kulitnya kuning langsat, bola matanya yang indah serta senyumannya yang manis membuat banyak siswa laki-laki tertarik padanya hanya Ratu tidak tertarik dengan mereka sampai saat Bryan datang ke dalam kehidupannya, mengobrak-abrik hatinya membuatnya jatuh cinta namun fakta menyakitkan terungkap saat Ratu mengetahui bahwa Bryan selingkuh dan menjadikannya bahan taruhan.

Bryan bertaruh dengan teman-temannya siapa yang bisa mendapatkan Ratu maka akan memenangkan pertaruhan. Entah apa hadiahnya sampai mereka tidak memikirkan perasaan Ratu sebagai bahan taruhan.

Ratu tersenyum pada Dinda kemudian menyentuh pipi kanan Dinda. "Kalau dia macem-macem tinggal tendang aja aset berharga," ujar Ratu bercandaan namun Dinda tak tertawa, sehingga Ratu menghela nafas. "Bryan bilang dia mau ngomongin hal penting, Din. Gue rasa nggak apa-apa nemuin dia kali ini aja."

Dinda menghela nafas. "Yaudah, tapi kalo dia macem-macem tendang aja aset paling berharga dalam hidupnya itu biar tau rasa! Kalo lo nggak berani bilang gue biar gue yang nendang."

Hello, DikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang