Typo mungkin bertebaran
Happy Reading
Dikara berdesis, menatap ngeri bangunan mewah yang ada di hadapannya saat ini. Dikara sudah berdiri sekitar 5 menit yang lalu, uring-uringan apakah harus masuk ke rumahnya atau tidak. Sebab sudah dapat dipastikan Dikara akan diomeli habis-habisan oleh kedua orangtuanya karena membuat onar di sekolah sampai harus mendapat surat panggilan orang tua.
Dua hari yang lalu Dikara mendapat surat panggilan orang tua dari wali kelasnya, sang wali kelas tak lupa menitipkan pesan agar Dikara memberikan surat itu pada orang tuanya, namun anehnya tak ada satupun orang tua Dikara yang datang ke sekolah baik papa ataupun sang mama. Usut punya usut ternyata Dikara tidak memberikan surat panggilan orang tua itu pada kedua orangtuanya.
Sampai tadi malam Pak Indra- wali kelas Dikara harus turun tangan menghubungi Jeff, guna membicarakan masalah yang disebabkan oleh Dikara dan meminta agar Jeff bisa hadir ke sekolah.
Dikara menghembuskan nafasnya, dengan langkah yang terasa begitu berat Dikara berjalan memasuki rumahnya.
"Udah pulang kamu?"
Dikara terkejut bukan main sesaat setelah membuka pintu ternyata sang mama sudah berdiri di hadapannya sambil memegang kemoceng, Dikara sampai mengelus dada karena merasa jantungnya hampir pindah tempat. "Eh, ada Mama." Dikara tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapih.
"Kamu habis ngehajar anak orang lagi 'kan?"
"Nggak cukup yang kemarin sampai kamu dikeluarkan dari sekolah? Kamu mau dikeluarkan lagi kali ini, iya? Hah?"
"Dasar anak nakal," ujar mama hendak memukul Dikara namun Dikara mengelak.
Hingga terjadi aksi kejar-kejaran di ruang tamu. "Bukan gitu, Ma. Dengerin penjelasan Dikara dulu!"
"Apa? Mau jelasin apalagi kamu?"
"Mulai sekarang motor sport sama motor tracker kamu Mama tahan, kalau mau sekolah naik motor bebek atau minta anter sopir."
"Pahhh," rengek Dikara saat melihat sang papa baru dari arah dapur dengan membawa segelas kopi dan berjalan menuju sofa ruang tamu. Namun sang papa tampak tak peduli. Tidak-tidak, lebih tepatnya papa tidak ingin ikut campur karena takut pada mama.
"Mama kalau marah nyeremin," ujar papa sewaktu itu.
Masih berusaha menghindar dari amukan kemoceng kematian mama, Dikara berusaha menjelaskan kepada sang mama. "Dia yang lebih dulu nyari masalah, Ma."
"Dia ngejelekin pacar Dikara, ngomongin pacar Dikara yang enggak-enggak," ujar Dikara.
Seketika mama berhenti, bahkan papa sampai menyemburkan kopi panas yang ada dalam mulutnya karena terkejut dengan pengakuan sang anak.
"K-kamu punya pacar?" Tanya mama tidak percaya.
Dikara menyentuh pelipisnya kemudian mengangguk.
Mama langsung membuang kemoceng yang ada di tangannya kemudian berjalan ke arah Dikara. "Kamu serius?"
"Namanya siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Dikara
Novela JuvenilKepindahan 3 orang siswa dari SMA Garuda ke SMA Merdeka membuat kehebohan di SMA Merdeka, ada rumor yang mengatakan bahwa 3 siswa itu adalah anggota geng motor, membuat beberapa siswa takut dan kagum di waktu yang bersamaan. Cover and pictures in th...