13/. HARUS MENANG

2K 310 31
                                    

Ini yang baca tapi gamau vote dan ga komen, pokoknya ga ninggalin jejak sama sekali belum pernah ngerasain bisulan ya?

Typo mungkin bertebaran

D I K A R A R A T U

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar Ratu, mengganggu aktivitas Ratu yang sedang mengetik ceritanya di laptop miliknya.

"Woy jelek, ayo makan malam!" Teriak Abian setelah mengetuk pintu beberapa kali.

Abian dibuat terkejut saat pintu Ratu terbuka, Abian dibuat lebih terkejut lagi karena Ratu memakai masker. "Astaghfirullah, kaget."

Ratu sengaja memakai masker barangkali bisa untuk mengurangi sembab di wajahnya karena tadi menangis di sekolah takut-takut keluarganya akan penasaran kenapa wajah Ratu sembab, namun untungnya saat Ratu pulang sekolah tadi tidak ada siapapun di rumah.

Ratu berdecak seraya melepaskan masker di wajahnya. "Berisik banget lo bocil, udah duluan sana nanti gue," usir Ratu sambil membalikkan tubuh Abian lalu menendang bokong adik laki-lakinya itu agar pergi.

Abian berdecak. "Hobi banget nendang pantat orang, heran." Abian menggerutu sambil mengelus-elus bokongnya. "Cepetan! Ayah sama Bunda uda nungguin," ujar Abian.

"Mbak Lastri uda pulang kerja?" Tanya Ratu.

"Udah," jawab Abian. "Mbak Lastri bawa soto, makanya buruan nanti keburu dingin sotonya."

Tanpa ba-bi-bu Ratu langsung menutup pintu kamarnya dan berjalan menuju meja makan, melewati Abian begitu saja.

"Mamam tu soto," monolog Abian lalu tertawa kecil tanpa sepengetahuan Ratu.

Di meja makan sudah ada ayah dan bunda serta Lastri.

Lastri memakan pisang goreng dengan kaki kanannya yang ia angkat ke atas kursi, sedangkan ayah hanya diam mendengarkan omelan bunda. "Mbak, kakinya. Anak perempuan kok duduknya begitu," omel bunda.

Sudah beberapa bulan berlalu ayah di-PHK dari tempatnya bekerja namun hingga saat ini ayah belum mendapatkan pekerjaan lagi sehingga ayah menjadi pengangguran untuk beberapa bulan ini, karena hal itulah setiap hari Ratu, Lastri dan Abian harus mendengarkan omelan bunda pada ayah bahkan tak jarang mereka juga terkena omelan sang bunda.

Ratu datang ke meja makan dengan semangat. "Mana sotonya?" Tanya Ratu.

"Soto apaan?" Tanya Lastri heran.

"Tu indomie rasa soto," ujar Lastri seraya menunjuk mie instan rasa soto yang ada di tengah-tengah meja makan.

Abian yang baru ikut bergabung tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil menjahili kakak perempuan keduanya itu namun tawa Abian terhenti saat Ratu menendang bokong Abian menggunakan lututnya membuat Abian memekik. "Rasain!" Ledek Ratu seraya menjulurkan lidah ke arah Abian.

***

"Dikara ayo makan malam!"

Dikara yang sedang bercermin memperhatikan penampilannya yang menggunakan pakaian serba hitam menoleh ke arah pintu yang tertutup. "Iya, Oma. Sebentar."

Dikara malam ini benar-benar menginap di rumah Oma, sebenarnya itu hanya alibi agar Dikara bisa ikut balapan malam ini.

Dikara mengambil jaket kebanggaan geng-nya yang tadi ia letakkan di atas kasur kemudian berjalan keluar kamar tanpa memakai jaketnya terlebih dahulu.

Rumah Oma tidak seperti rumah Dikara, meski hanya satu lantai rumah Oma terlihat sederhana namun masih menyimpan kesan mewah, berbeda dengan rumahnya yang memiliki dua lantai dan mewah. Rumah Oma memang sengaja didesain satu lantai agar Oma tidak kesulitan untuk naik turun tangga.

Hello, DikaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang