BAB V

1 1 0
                                    






Deon menatap tajam sosok yang baru saja datang, moodnya seketika berubah. Sedang orang yang disinggung tidak peduli dengan aura yang tercipta. Meletak gusar stick billyard di atas meja permainan, sudah tidak tertarik melanjutkan. Ada hal apa tiba-tiba makhluk tidak diundang itu datang? Merusak waktu santainya saja.



Jadi singkat cerita, Ardy datang ke basecamp pada keesokan malamnya. Ada yang ingin dibicarakan olehnya, tentu saja berhubungan dengan Alex dan Dinda. Sudah saatnya menghentikan semua kesalahpahaman.



Jika ingin mendapatkan Alex, maka dia harus mengambil sikap, termasuk datang menemui sahabat lamanya. Suka tidak suka, diterima atau tidak, dirinya tetap akan melakukan demi seorang cewek bernama Alex.



"Mau apa kemari?" Deon tidak ingin beramah tamah. Melangkah menjauh dari meja billyard, duduk di sofa single dan mulai menyalakan rokok.



Ajun sudah lebih dulu selonjoran di sofa panjang sambil baca komik. Tahu bahwa Ardy datang berkunjung tapi tetap bersikap santai. Toh tidak ada yang salah dengan kedatangan tuh bocil, juga tidak ada alasan untuk mengusir. Soal tidak senang hatinya Deon, itu urusan pribadi. Yang jelas dia tidak punya masalah apa pun.



Ardy mendudukkan diri di sofa yang tersisa, ikut menyalakan rokok. Obrolan ini akan menjadi serius. Sakit kepalanya juga tidak berbaik hati menghilang pergi sehingga memerlukan nikotin untuk mengalihkan. Tentu saja kelakuannya tidak luput dari pengamatan Deon dan Ajun. Ardy dan rokok pertanda bahwa cowok itu tidak baik-baik saja.



Tidak perlu menunggu lama, hembusan asap putih nampak mengudara, kini Ajun sudah merubah posisi, memutuskan untuk ikut andil dalam percakapan. Ajun tidak merokok, lebih menganut paham hidup sehat.



Setelah hisapan ketiga, Ardy memutuskan bicara. "Aku akan melakukannya, lebih tepat aku akan memutuskan pertunangan dengan Dinda." Mengucap seraya menatap lurus manik Deon.



Jeda tercipta beberapa detik sebelum akhirnya Deon membalas. "Lalu apa hubungannya denganku?"



"Dinda....kau harus meyakinkannya! Kau juga tahu dia bingung pada perasaannya sendiri....yaitu meragukanmu. Kau harus mengambil sikap untuk membuatnya percaya!"



Deon tersenyum miring, seakan mengejek. Menghisap dalam batang nikotin sebelum lanjut bicara. "Kau melibatkanku untuk urusan hatimu? Yang benar saja, kau datang hanya untuk ini?"



"Ini kesempatanmu....Alex menolakmu bukan?"



Ekspresi Deon berubah sepersekian detik. Walau menyembunyikan tapi Ardy tahu.



"Tapi berbeda dengan Dinda....dia tidak pernah mengatakan karena bingung pada perasaannya."



Manik Ajun sontak melirik Deon, penasaran bagaimana reaksinya.  Ternyata yang bersangkutan hanya diam saja.



"Kau masih memiliki kesempatan." Ardy berusaha meyakinkan.



"Apa kau yakin....hanya karena Alex sampai mau menentang keluargamu?" Ajun coba mengingatkan



ARDY & ALEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang