BAB VII. A

3 1 0
                                    







Hari beranjak melewati tengah malam namun kesibukan manusia tetap berjalan seperti biasa. Seakan tidak mengenal kata lelah. Langit cukup cerah dengan taburan bintang. Sepasang manik  tajam menatap intens kelambu hitam yang menggantung. Ditemani segelas kopi dan batang nikotin yang terus membara. Entah sudah berapa batang, diri pun enggan menghitung.



Pikiran mengembara pada sosok cewek bernama Alex. Lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya? Awalnya mengira jika mengacuhkan mungkin akan terbiasa. Tapi TIDAK!! Dari hari ke hari malah makin kangen. Entahlah....ada apa dengan Alex sehingga gadis itu menjadi spesial.



Bisa saja dirinya datang berkunjung ke kost tapi tidak menemukan alasan. Dan Ardy terlalu posesif hingga tidak bisa mencari celah.



Cih....benar-benar menjengkelkan!



Mood  berubah jelek ketika tidak sengaja teringat Ardy. Bisa dikatakan Deon masih kesal. Hei....Alex menolaknya tapi tidak dengan Ardy. Apa yang terjadi? Dia bahkan jauh lebih tampan. Ada apa dengan selera wanita di Bumi? Dulu Dinda....sekarang Alex....harga dirinya dipertaruhkan.



(Note : lo ga jelek, Eon....hanya kurang beruntung).



Apa dia harus nekat agar bisa bertemu Alex? Menghisap dalam nikotin sambil berpikir. Tidak buruk juga....lagipula sudah lama tidak mengusik bocah itu (Ardy). Hehe....!



Sudah berapa lama waktu berlalu....sejak dia keluar dari rumah sakit. Tiga....atau empat hari? Yang dilakukannya hanya mengurung diri di kamar. Baru hari ini memutuskan keluar rumah. Sebenarnya bukan tanpa alasan. Dinda memintanya untuk datang menjemput. Alasan apa yang membawa gadis itu sampai nekat kembali pulang? Apa berhubungan dengan Ardy?



Tertawa dalam hati....mengasihani keadaan diri sendiri. Dia jadi pilihan kedua saat aktor utama menghilang. Yaahh....tidak buruk juga...dari sekian banyak stok cowok, dia ada di urutan pertama. Rasa rindu mendera saat mendengar suara Dinda, makanya bela-belain datang. Sebagaimana rasa sakitnya....dia tidak bisa mengacuhkan, Dinda begitu berharga.



Menghisap dalam batang nikotin di tangan, merasakan sensasi candu merasuki rongga dada. Apa Dinda sudah mengetahui tentang Alex? Apa Ardy terlalu bodoh menjaga rapat privasinya? Ah....dia lupa....Ardy berhadapan dengan Dinda. Gadis itu terlalu pintar untuk dikelabui. Poor Ardy...., ucapan tidak sesuai dengan hati, bibir malah tersenyum bahagia (jerk).



Jika Dinda memintanya untuk berhadapan dengan Ardy, dia bersedia. Tapi tidak untuk Alex! Jika Dinda mengusik Alex, maka juga berhadapan dengannya.



Tiba-tiba hal lain melintas dalam kepala. Sebenarnya bagaimana perasaannya?



Menyukai keduanya....?!
YA....!!



Lalu siapa yang lebih dominan? 
Perhatiannya lebih kepada siapa?



Bagaimana dengan kelakuan absurdnya tadi? Tanpa sadar dia memilih Alex....tidak ingin jika Dinda menyakiti. Kenapa? Apa karena tidak ingin melihat gadis itu terluka....atau tidak ingin Dinda menjadi jahat? Alasan mana yang lebih tepat?



SHIT....!!



Meraih gelas dan minun beberapa teguk es kopi sekedar untuk memberi jeda. Selanjutnya menatap cairan hitam dengan pikiran kosong. Yup, Deon saat ini lagi bengong akibat ulahnya sendiri.



Apa dia lebih memprioritaskan Alex? Apa perasaannya berubah atau karena simpati?



Alex yang polos....bukan dia yang menjadi penyebab. Sejak awal hubungan Dinda dan Ardy memang rapuh. Kehadiran Alex makin menambah keengganan Ardy. Bukan Alex yang menginginkan....tapi gadis itu hadir pada waktu tidak tepat. Jika Alex lebih dulu bertemu Ardy, maka ceritanya akan berbeda.



ARDY & ALEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang