BAB X

2 1 0
                                    







Suara televisi memenuhi ruangan. Tidak ada kegiatan lain di ruangan selain dua anak manusia berbeda jenis yang sedang duduk dengan kegiatan masing-masing.



Setelah acara masak dan makan bersama, Ardy masih belum mengantar pulang. Beralasan karena baru selesai makan dan mau istirahat sebentar (modus). Keduanya duduk di ruang tengah, Alex sibuk dengan ponsel sedang Ardy fokus dengan game.



Sesekali mengecek keadaan Alex, ingin tahu dengan siapa gadis itu berkirim pesan. Selagi masih Asri dan Apit cs, dia bisa menerima. Ah, tidak....minus Dimple. Jika cowok itu yang muncul, dia harus siaga satu. Bukan membenci, hanya saja setelah tahu perasaan Dimple, rasa cemburunya menggila.



Mencoba mengambil atensi Alex. Bergerak mendekat dan menyandarkan kepala. Tangan masih sibuk dengan joystick, menekan-nekan tombol.



"Kenapa?" Alex bereaksi.



Usahanya berhasil, reflek tersenyum. Menekan tombol pause dan memilih rebahan di paha. Senyum memudar saat tahu fokus gadis itu masih pada ponsel.



Ck! Mendecak gusar dalam hati. Mengambil paksa benda tak berdosa dan meletakkan di lantai. Alex mengerjap bingung, ada apa gerangan?



Tanpa banyak bicara mengambil sebelah tangan Alex dan meletakkan di kepala. Senyum terukir lagi. Ok, Alex masih gagal paham. Maksudnya minta diurut begitu....sakit kepala?



"Puk-puk....!"



Hah?! Pup-pup....buang air besar?! Meragukan pendengaran sendiri.



"Puk-puk....!" Kembali mengulang, kali ini dengan memukul pelan kepala sendiri. Seakan memberi kode.



Ahhh...., paham maksudnya, ternyata ingin dielus. Dasar bocil, manjanya tidak pakai takaran. Melakukan yang diminta dan senyum Ardy kembali merekah. Kali ini lebih lebar, apa sesenang itu?



"Lex...."



"Hemm...."



"Menginaplah di sini!"



Gerakan tangan terhenti beberapa detik, setelahnya bersikap biasa. "Aku shift pagi besok."



"Aku antar!"



"Aku tidak bawa baju ganti."



"Kita beli sekarang....mau ambil di kost juga bisa"



".........." (Lagi mikir jawaban).



".........." (Lagi nunggu jawaban).



"Aku tidak bisa."



"Kenapa?"



"Karena memang tidak bisa....kau juga tahu alasannya."



".........."



Alex kembali mengelus kepala bocah yang sedang merengut marah.



Ardy membalik badan menghadap Alex sepenuhnya. Memeluk dan menenggelamkan wajah di bagian perut. Dengan posisi tiduran seperti ini, posisinya hanya setinggi perut. Alex tertawa geli ketika Ardy grusak grusuk disana. "Hei, geli....," memprotes.



Gerakan terhenti, kini memeluk lebih erat. Kecupan-kecupan kecil singgah di perut dan Alex hanya membiarkan saja. Ibarat kata, Alex diam karena tidak ingin Ardy terus merengut. Biarkan bocah ini bermain dulu.



ARDY & ALEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang