(5) Far Better

283 53 2
                                    

Author POV

"Iya, Pak. Barang-barang itu ditarok disini aja. Gak dipakai lagi soalnya."

Terdengar suara langkah kaki beberapa orang dan yang baru saja berbicara itu sepertinya suara wanita. "Loh, Pak, kok pintu gudang terbuka?" Tanya wanita itu.

'Dewi Fortuna gue dateng nih,' batin Jessa.

"Astaga! Apa yang kalian lakukan disini?" Wanita itu terlihat begitu kaget setelah ia dan 2 orang satpam memasuki gudang. Bagaimana tidak, didepan matanya kini ada seorang murid perempuan yang pipinya sudah memar, rambut acak-acakan dan kedua tangannya diikat pada kursi yang sedang di dudukinya. Untung saja mulutnya tidak dibekap. Disampingnya ada 2 murid perempuan yang tampak kaget sekaligus cemas.

"Bu, tolongin saya. Saya dikeroyok sama mereka di gudang ini." Ujar Jessa dengan tatapan memohon pada wanita yang masih terpaku itu. Sedangkan kedua satpam tersebut bergegas melepaskan ikatan tali di kedua pergelangan tangan Jessa. Ternyata wanita itu adalah Bu Tiffany, salah satu guru Biologi di sekolah itu.

"Enak aja! Gak bu, kami gak keroyokin dia. Kami mau bantuin dia malah." Ckck, pintar ngeles mereka.

"Sekarang kalian bertiga ikut ibu ke ruang kepsek. Pak, udah tarok aja. Nanti kunci gudang ya Pak." Perintah Bu Tiffany. Mau tak mau mereka bertiga harus menuruti perintah gurunya itu. Sementara itu kedua satpam tersebut menuruti perintah Bu Tiffany untuk meletakkan kardus yang mereka bawa ke gudang.

"Liat aja pembalasan gue, cewek ganjen." Bisik Erlie pada Jessa.

***

Leo POV

Eca mana sih? Udah dari tadi gue tungguin. Apa dia lupa ya? Tapi gak mungkin dia segampang itu lupa. Atau dia gak mau ketemu gue? Gak juga deh. Buktinya tadi pagi dia baik-baik aja. Apa mungkin dia masih baca buku? Gue ke kelasnya aja deh.

"Woi, di gudang lagi ada keributan tuh! Kita kesitu yuk." Seorang cowok teriak-teriak di kantin dan mengajak temennya buat ngeliat keributan apa yang terjadi. Keributan apalagi sih? Baru aja beranjak dari tempat duduk, murid yang lainnya malah lari-lari ngikutin tuh cowok. Sekarang gue sendiri yang ada dikantin. Ditemenin para penjual yang ada disini. Apa gue kesitu aja ya?

"Eh, ada apaan sih?" Tanya gue pada Albert. Fyi, gue udah berada diantara kerumunan orang. Kebetulan gue ngeliat Albert tapi tanpa Troy.

"Kata anak-anak sih si Erlie dan Megha ngeroyokin seorang cewek di gudang. Tapi mereka ketauan sama Bu Tiffany dan 2 orang satpam sekolah kita."

Apalagi sih kelakuan mereka berdua? Gue yakin ini pasti rencana Erlie. Kalo Megha cuma nurut-nurut aja dia tu. Heran gue, Megha kok mau temenan sama si centil itu. Bukan temenan sih, lebih tepatnya Erlie anggap Megha anak buahnya. Bener-bener gak punya perasaan si Erlie. Tapi siapa sih yang mereka keroyokin? Bodo, bukan urusan gue juga kali.

"Dan gue denger sih yang mereka keroyokin itu namanya Eca." Gue langsung membelalakan mata setelah Albert menyebut nama Eca.

"Eca mana emangnya? Apa Eca yang lo bilang mantan Stefe itu?" Tapi, emangnya bener ya dia mantan Stefe? Gue belum cari tau soal itu.

"Iya Eca itu bro. Disekolah kita yang namanya Eca cuma dia aja."

"Apa??? Gawat nih, Eca pasti udah babak belur deh. Sekarang mereka dimana?" Sumpah, gue khawatir banget. Ca, semoga lo baik-baik aja.

"Tenang bro. Mereka udah dibawa Bu Tiffany ke ruang kepsek. Gue yakin Erlie sama Megha dapet hukuman setimpal." Ujar Albert sambil nepuk bahu gue.

Semoga aja lo bener Al. Jadi ini sebabnya lo gak nemuin gue di kantin Ca. Dasar Erlie sama Megha! Gue gak bakal terima ini semua. Nyakitin Eca berarti juga nyakitin gue namanya.

***

Jessa POV

Akhirnya masalah gue selesai. Kedua cewek centil itu udah di DO dari sekolah. Haha, syukurin lo berdua. Untung aja guru-guru disini pada kenal sama gue. Jadi mereka percaya sama pengakuan gue. Lagian bukti juga udah ada kalo mereka itu salah. Pipi gue masih terasa sakit nih. Tapi udah diobatin di uks kok. Fyi, gue dibolehin pulang cepet mengingat kondisi gue sekarang. Gue terluka mental maupun fisik.

"Ca, gimana?" Gue terkejut dengan kehadiran Leo yang berdiri didepan pintu ruangan kepsek. Dia cuma sendiri disini. Ya iyalah murid lain pasti udah belajar di kelas masing-masing.

"Masalahnya udah selesai kok. Mereka berdua di DO. Gue mau pulang dulu." jawab gue tanpa ngelirik matanya sedikit pun. Gue begini juga karna lo Leo. Lo deketin gue dan cewek-cewek pada iri sama gue. Bahkan dengki kayak si duo pengecut itu. Gue gak mau ambil pusing lagi. Lebih baik gue jauhin lo.

"Ca, gue mau ngomong." Katanya sambil menarik tangan kiri gue dan dia bikin gue hentikan langkah. Wajah gue pun kini cuma sejengkal jaraknya sama wajah dia.

"Ngomong apalagi? Lebih baik lo jauhin gue Leo! Gue mau hidup tenang! Gue gak mau anak-anak salah paham tentang kedekatan kita!" Bentak gue sambil lepasin cengkraman tangannya.

"Tapi Ca, gue khawatir sama lo. Pipi lo memar Ca. Apa mereka nampar lo?" Tanyanya dengan suara yang terdengar memelas. Dia juga mau ngelus pipi gue tapi dengan cepat gue tepis.

"Khawatir? Gue begini juga karna lo! Cewek lo gak suka gue deketin lo!"

"Dia bukan siapa-siapa gue Ca. Dia yang ngarep sama gue. Padahal gue gak ada ngasih harapan ke dia." Katanya sambil ngacak rambut kayak orang frustasi aja. Gila, didepan ruang kepsek kita ribut gini. Gue pun menarik dan menggenggam tangan Leo ke taman. Disitu pasti sepi tentunya.

"Gue gak peduli Leo! Itu urusan lo! Mau dia cewe lo atau enggak yang jelas dia gak suka kita deket." Memang itu faktanya Leo. Gue mohon lo ngerti. Fyi, kita berdua udah ada di taman sesuai dengan yang gue maksud tadi. Dan gue ngelepasin genggaman gue ke dia.

"Arrghhh. Dasar Erlie centil!!! Tapi gak harus juga kita jauhan Ca. Dia gak berhak ngatur siapa aja yang deket sama gue!" Emosi Leo kayaknya naik nih. Serem juga sih ngeliatnya.

"Harus! Cuma ini satu-satunya cara! Jangan banyak komentar!!"

"Dia kan udah di DO Ca! Acuhin aja dia! Apa susahnya sih?"

"Gue kan udah bilang jangan komentar! Itu susah tau gak?! Keputusan gue udah bulat, titik. Byeee."

Gue berlalu darinya dan seketika tangisan gue pecah. Sejak kapan gue jadi cengeng gini? Gue cuma nangis buat Stefe. Tapi kok sekarang gue nangisin cowok yang baru beberapa hari gue kenal.

'Ca, lo liat sendiri kan. Baru aja deket sama dia tapi lo udah dapet masalah gini. Mulai detik ini gak usah deh deketin dia lagi. Kalaupun dia deketin lo, lo hindarin aja.' Sisi hati gue bilang ini.

'Jangan, Ca. Gak boleh lama-lama musuhin orang. Ntar dapet dosa. Lo denger sendiri kan dia bilang cewek itu bukan pacarnya.' Kini sisi hati gue yang lain berbicara.

'Jangan gampang percaya sama cowok Ca. Zaman sekarang cowok banyak yang modus.' Ya ampun, berdebat deh sisi hati gue ini.

"Aaaaaaargggghhhhh!!!"

Tangisan gue makin menjadi-jadi dan gue teriak gak jelas dijalanan.

***

Gimana chapter ini konfliknya bagus gak? Silakan comment ya. Gue terima kok itu saran, pujian, bahkan kritikan. Jangan lupa vote juga.

Yang di multimedia itu Jessa yang lagi sedih ya!

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang