(32) Bitterness

174 25 0
                                    

Jacob POV

Gue menepikan Bugatti Veyron dekat kedai yang letaknya agak jauh dari sekolah Jessa. Sekitar 30 meter.
Kedua mata terfokus mencari-cari sosok yang pengen gue patahin tulang-tulangnya.

"Mom, Jessa kenapa, mom? Tolong jujur sama aku!" Gue memohon pada mom. Kelaparan terpaksa gue tunda.

"Gak kenapa-napa, sayang. Dia agak kurang fit aja." Jawab mom dengan mengumbar senyum palsunya.

"Mom jangan berpura-pura. Aku udah paham setiap sifat dari kalian. Percuma juga mom bohong, aku bakal paksa mom jujur!"

"Sayang, tahan emosimu. Mom gak mau kamu diluar kendali." Mom menyuruh gue duduk.

"Cerita, mom. Cerita!" Gue terus memaksakan kehendak.

"Leo membunuh Stefe." Jawab mom dengan singkatnya. Saking singkatnya, gue jadi gak ngerti satu pun.

"Membunuh gimana, mom? Apa hubungannya Leo dengan Stefe yang udah meninggal bertahun-tahun lalu?" Gue mengernyit heran.

"Leo membenci Stefe karena Stefe yang menduduki jabatan kapten basket waktu itu. Leo berniat nge-bully Stefe, bukan membunuh. Sepulang latihan basket, Leo mengikuti mobil Stefe. Dia berusaha supaya Stefe mau memberhentikan mobilnya barulah Leo meninjunya. Tetapi Stefe tak mau kalah dengan mobil Leo."

"Mobil Stefe keluar dari jalur yang seharusnya dan terjatuh ke jurang. Leo yang menyaksikan langsung pergi tanpa mengecek bagaimana keadaan Stefe. Katanya dia takut ada saksi mata karena jalanannya masih sepi dan penuh pepohonan." Jelas mom dengan mengatur nafasnya.

"Mom serius? Bagaimana mungkin mom?" Gue menatap mom, menanti jawaban bahwa ini cuma lelucon.

"Untuk apa mom bercanda? Itu yang bikin adek kamu drop. Mom gak tau harus gimana sayang. Mom hancur melihat Jessa begitu." Mom menarik napasnya yang terasa berat. Matanya berkaca-kaca.

"Dasar, Leo brengsek!!" Gue mengepalkan kedua tangan. Berbagai ide keji mulai terlintas di benak gue secara bergantian.

"Jangan gunain emosi kamu ya. Mom cuma pengen kamu hibur Jessa."

Gue mendengus. Mana bisa Jessa dihibur kalau hatinya lagi galau. Kayak kejadian sewaktu Stefe meninggal. Dia terus-terusan ngurung diri selama berbulan-bulan yang bikin berat badannya turun 8 kilo. Jessa juga jarang datang ke sekolah. Kalaupun datang, pikirannya gak fokus ke pelajaran, melainkan bermenung tanpa memegang pena dan mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Dia juga beberapa kali pingsan disana, bikin guru-guru memilih untuk memulangkannya. Jessa diperbolehkan libur sampai keadaannya pulih.

"Mom sayang sama dia. Mom pengen dia bahagia. Tapi kenapa cobaan terus mendatanginya? Jessa masih belum dewasa untuk mengambil tindakan yang tepat." Air matanya berlinang. Rasa sakit hati gue makin mencuat.

"Mom, udah mom. Maafin aku, aku gak mau mom sesak nafas gara-gara menceritakannya." Gue memeluk mom berusaha menenangkannya. Meskipun di sisi lain, masih banyak yang pengen gue tanyain.

Brengsek!!
F*** Leo!!!

Anak-anak banyak yang udah keluar dari gerbang. Gue dengan setia duduk di jok mobil sambil terus memperhatikan kearah situ.

"Nah, kena lo." Gue tersenyum licik setelah melihat Ferrari milik Leo melesat cepat melalui gerbang. Gue masih ingat dengan mobilnya itu. Dengan kecepatan yang gak kalah cepat, gue ngebut ngejar mobil Leo.

"Brengsek!! Ngapain dia kerumah?!! Mau bikin Jessa nangis lagi!!" Gue menggeram melihat Leo memberhentikan mobilnya di depan rumah gue. Mau cari mati nih anak!

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang