(30) He is Killer

168 24 0
                                    

Jessa POV

"Morning, my princess."
Gue terkesiap mendengar sambutan lembut di kala matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya yang menghangat menembus kuat lewat dari celah kain gorden di jendela kamar gue. Apalagi mom membukanya lebar-lebar, pasti bangunin gue dengan cara beginian. Mana bisa gue merem dan lanjut molor kalau cahayanya seterang ini.

"Dasar, anak gadis hobinya bangun di jam 9." Mom menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang kearah gue yang masih dibaluti selimut. Dengan gaya gue yang ala-ala meringkuk.

"Jam 9? Aku kira masih jam 7, mom." Gue mendengus lalu terkekeh pelan padanya. Pasti gue bakal di omelin. Mendengar ceramah dari mom yang selalu diputar bagaikan kaset rusak udah jadi makanan gue sehari-hari. Kecuali kalau beliau sibuk ngurusin butiknya di Bogor.

"Sampai kapan kamu begini? Apa kata Leo nanti kalau dia tau soal kebiasaan buruk kamu ini."
Dada gue mendadak sesak akibat ejekan mom barusan.

Alleo George Bryant
Cowok yang selalu bikin hidup gue kayak hitam putih. Apa salahnya kan bikin hidup gue dengan warna-warna indah pelangi. Pasti wow. Lebay.

"Kok ngelamun sayang? Kebiasaan buruk kamu yang kedua ini." Mom mendekat. Duduk di samping gue yang masih baringan. "Mom salah ya pas nyebut nama dia?"

"Enggak kok, mom. Mom gak salah." Gue bereaksi cepat.

"Yakin nih? Terus ngelamunin apa coba?"
Mom selalu curiga kalau gue gak jujur begini. Mampus gue.

"Huh, mom kepo banget." Gue menggerutu sendiri.

"Mom bisa denger sayang." Dia tersenyum tulus ke arah gue. Meneliti setiap lekuk wajah gue. Ada yang salah ya? "Mata kamu sembab sayang. Kamu kenapa?!" Nada kekhawatiran terpancar jelas, baik melalui sorot matanya maupun pertanyaannya. Gue kira dia bakal comment soal rambut singa gue. Ataupun hal menjijikkan lainnya yang selalu didapati pas gue bangun tidur. Sangat gak ada kesan cantik dan anggun. Justru kesan acak-acakan kayak anak gadis gak terurus.

"Masa' sih mom?" Gue berpura-pura gak tau akan hal itu. Gue juga bodoh seharusnya gue tutup muka pakai selimut atau pakai lengan gue gitu. Terlambat sudah.

"Jangan bohong lagi! Mom gak suka ada yang kamu sembunyiin." Ekspresi kekhawatiran darinya seketika berubah menjadi kemarahan yang gak terbendung. Gue yang menyaksikan dengan mata telanjang langsung menciut nyali gue untuk terus melanjutkan kebohongan.

"Mom.. Jangan marah gitu." Gue memberanikan diri untuk memilih duduk dengan memposisikan bantal berdiri, supaya gue bisa bersandar disitu
-tidak jatuh mendengar amukan mom.

"Gimana mom gak marah? Kamu pikir mom gak pernah muda?" Tanyanya keheranan. "Sekarang, ceritakan. Anggap mom layaknya sahabat kamu." Perintah mom.

Dengan enggan gue mulai membuka mulut. "Leo meluk cewek lain dibelakang aku mom." Nafas gue terasa berat untuk dihembuskan. Dada gue kembali sesak pas menyebut namanya. Apalagi mengatakan permasalahan yang sebenarnya sama mom.

"Kamu cemburu sayang?" Mom mengedipkan matanya sama gue. Kok malah jadi begini? Harusnya dia ikutan marah dong sama Leo. Bukannya malah menggoda gue kayak gini. Come on, mom.

"Kok cemburu sih? Siapa juga yang cemburu?" Gue melipat kedua lengan di dada sambil memasang wajah masam. "Ini tu nyangkut soal kesetiaan dia, mom. Kalau dia setia, ngapain dia ngelakuin tindakan menjijikkan itu dibelakang aku."

"Tell me about your completed story." Kata mom dengan berwibawa.

"Well, setelah pesta selesai, kita-kita alias geng-nya aku, masih ngumpul dirumah Albert. Aku nungguin Leo, mom. Aku khawatir cukup lama dia gak muncul. Dan aku mulai curiga, pasti ada yang gak beres. Terus Thian gebetannya Rion bilang kalau dia ngeliat Leo lagi berduaan sama seorang cewek di parkiran depan-masih kawasan dari halaman rumah Albert." Jelas gue dengan mata sedikit berkaca-kaca.

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang