(25) Dinner

179 27 0
                                    

Jessa POV

Kini gue udah duduk dibangku kelas 12 sejak 7 bulan lalu. Semuanya terasa cepet banget. Bentar lagi gue bakal bertarung mati-matian diatas lembaran kertas soal. Apalagi kalau bukan UN. Terus gue lanjutin ke universitas favorit gue deh. Doain aja ya gue lulus dengan hasil yang memuaskan.

Persahabatan gue dengan Rion kayak gak ada ujungnya. Persahabatan yang masih erat dan makin lengket kayak lem. Tapi sebenernya ogah juga nempel terus sama si kutu. Bodolah. Kalau dia gak setia, gue gak mau juga kali sahabatan sama dia. Sekalipun 90% manusia mengatakannya tampan. Come on, gue liat hati bukan fisik.

Begitupun dengan Troy dan Albert yang ikut-ikutan nempel sama gue. Mungkin dihipnotis sama Rion kali ya.

Berbagai macam tatapan selalu mengarah saat gue, Rion, Troy, dan Albert berjalan berdampingan satu sama lain. Kayak 'geng' gitu deh. Dikantin pun kami jadi pusat perhatian seluruh murid. Mungkin karena kelakuan mereka yang selalu heboh disela menyantap makanan masing-masing. Ngomongin hal gak penting, ributin hal gak penting, dan ketawa ngakak gak penting. Syukur deh mereka semua dilahirin dengan wajah tampan diatas rata-rata. Kalau enggak, malu dong ditambah dengan kegilaan mereka. Oke, I'm just kidding.

Sedangkan hubungan gue dengan Leo?
Setelah seluruh murid disekolah pada tau kita jadian, semua heboh luar biasa. Ada yang nangis, jerit-jerit, bahkan pingsan saking shock-nya. Keterlaluan ya, gue jadian sama Leo aja sampai memakan korban. Ya kalian tau dong pasti mereka fans berat Leo yang udah berjuang dari awal sampai sekarang. Tapi nyatanya mereka ditolak. Padahal jujur, mereka cantik, suer. Cuma gayanya aja yang alay, lebay, dan rempong.

Disisi lain, justru lebih banyak tanggapan positif dari yang lain.

"Ca, langgeng ya. Kalian cocok deh."

"Ceweknya cantik, cowoknya ganteng. Wah, lengkap deh, Ca. Gue dukung."

"Biarin aja para fans gila itu, Ca. Gak usah tanggepin, anggap aja setan yang harus lo tutup kuping biar gak tergoda."

"Kalian jadi best and romantic couple deh disekolah."

Dengernya aja, udah klepek-klepek gue. Betul juga, ngapain peduliin fans-fans itu? Gak guna, gak penting, dan bikin tenaga terbuang sia-sia.

Bel berbunyi.
Jam pelajaran telah usai. Gue bergegas merapikan dan memasukkan buku kedalam tas. Lalu gue menyandangnya dan berjalan keluar dari kelas.

"Hei, gimana fisikanya?" Gue sedikit terkejut. Baru aja keluar dari pintu udah nongol aja batang hidungnya. Makin hari makin ganteng lagi.

Gue menonjok bahunya pelan. "Kebiasaan banget sih kamu muncul secara tiba-tiba. Kirain makhluk halus tadi."

"Heh, jelek banget perumpamannya." Elaknya. "Jadi gimana fisikanya?" Dan lagi, dia menanyakan hal yang sama sebanyak dua kali.

"Ya lumayan ngerti deh. Gak separah dulu." Gue dan dia terkekeh.

"Yuk, pulang. Aku gak mau kecapean, dear." Ajaknya sembari mengenggam erat tangan gue. Melewati banyak pasang mata yang bikin gue salah tingkah.

"Kamu lebay deh." Gue pun lebih mendekatkan diri padanya. Mencoba mencari kenyamanan dan kehangatan disana.

Sepanjang perjalanan pulang, dia terus genggam tangan gue selama dia nyetir. Yaelah, khawatir banget gue bakal ninggalin dia. Gak mungkin kan gue buka pintu terus loncat pas mobil lagi jalan? Sifatnya yang selalu overprotektif kadang bikin gue seneng, kadang bikin sebel gak ketulungan. Tapi gue bahagia kok. Gue gak bakal mau pisah sama dia. Akan setia dan seterusnya begitu.

***

"Lo udah berapa lama sama dia?" Jake yang sejak tadi asik nonton siaran tv memulai percakapan.

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang