(18) Dekat Lagi

187 30 0
                                    

Leo POV

Pagi yang cukup cerah. Gue terbangun dengan hati yang berbunga-bunga. Tentu saja karena gadis neraka itu berhasil gue singkirin. Gadis yang selama beberapa hari ini mengusik kehidupan gue, baik fisik maupun batin. Dan itu berdampak bagi orang disekitar gue.

Lytina bergegas membereskan barangnya dan beranjak keluar dari area kolam renang. Gue udah tau semuanya, semua kelakuan licik dan tipu muslihatnya. Bukti pun sudah ada, jadi akan sangat mudah untuk mengusirnya.

"Le, ayok cepetan. Aku udah capek nih." Omelnya dengan membawa tasnya. Tak lupa ia memakai kacamata hitam yang menurut gue alay. Dia pikir dia cantik dengan bergaya seperti itu? Come on hari ini tak terlalu panas.

"Sayang, kamu denger gak sih? Gak kasian apa sama aku? Ntar kulit aku terbakar." Gue berjalan mengikutinya sambil mendengarkan musik dengan headset. Ngapain juga gue dengerin omelannya itu. Kini pandangan gue tak lagi pada layar ponsel melainkan pada Lytina. Dia setia berdiri di depan mobil karena pintunya masih gue kunci. Bodo amat dia mau kepanasan atau apa kek.

"Lo ngapain disini?" Gue melepas kedua headset dan mengernyitkan dahi seolah mengusir dia.

"Kok malah nanya sih? Ya pulang dong Le. Ayok cepet Le, capek banget ni. Mataharinya makin panas lagi. Aku gak mau kulitku jadi item, susah payah aku menjaganya. Kamu gak mau kan kulit aku jelek?"

"Cerewet banget sih? Yang ngajak lo pulang bareng gue siapa? Lo itu siapa? Harus berapa kali gue ingetin kalau lo itu bukan siapa-siapa gue! Dasar budeg!" Akhirnya amarah gue meledak. Gue gak bisa menahannya lagi. Rasanya pengen gue tabrak aja biar mampus sekalian. Hidup gue dijamin tenang tanpa ada dia, tanpa ada gadis neraka nan licik luar biasa itu. Gadis yang tega-teganya nyakitin dan kasarin Jessa. Gue rasa lebih kejam daripada ibu tiri di negeri dongeng.

"Apaan sih sayang? Kan kamu yang ngajakin aku, kok kamu gak mau antar aku lagi?" Tanyanya penuh keheranan. Keringatnya sedari tadi tak henti bercucuran.

"Setelah gue tau tipu muslihat lo, haruskah gue antarin lo? Haruskah gue bersikap ramah tamah sama lo? Gue gak sebodoh itu dan lo sangat pantas diginiin. Cowok manapun pasti nyesel banget kalau sama lo. Gue aja amit-amit." Nada suara gue naik beberapa oktaf. Sangat kejam memang ucapan gue barusan.

"Maksud kamu apa sih? Aku gak ngerti, bener-bener gak ngerti."

"Jangan berpura-pura lagi Ly! Sudah cukup, semua udah berakhir. Gak ada gunanya lagi lo deketin gue, deketin nyokap gue. Sekarang gue minta lo pergi, pergi dari hadapan gue, dari kota ini, negara ini bahkan dari hidup gue sekalipun. Jangan coba-coba hubungi gue, jangan coba-coba untuk temui gue lagi apapun caranya. Gue udah denger percakapan antara lo dan Jessa tadi."
Lytina tertunduk dan gak berani natap gue. Dia pikir gue kasihan apa?

"Gue pulang dulu. Pergi sejauh-jauhnya dari gue, dari Jessa juga. Gue gak mau lo nyakitin dia lagi atau lo terima resikonya nanti." Gue berlalu darinya dan mulai memasuki mobil. Setelah mesin dihidupkan, Ferrari F60 gue melesat meninggalkan Lytina yang tampak memberontak dan teriak gak jelas. Tapi untungnya dia gak ngejar gue. Syukurlah, sepertinya dia udah capek deketin gue juga. Kayak gak ada cowok lain buat dimanfaatin aja.

Gue bahagia dia pergi dari hidup gue. Semalam gue berhasil nelpon Jessa dan mengajaknya ketemuan sore nanti. Dengan mudahnya dia angkat telpon dan menerima ajakan gue. Pertama kalinya kami berkomunikasi sejak kehadiran Lytina. Di telpon pun kami bercanda dan tawanya terdengar jelas. Bahagianya gue sekarang.

Alunan musik dari James Blunt menandakan ada yang menelpon.

"Halo.."

"Wei bro, apa kabarnya ni? Gimana dengan Lytina?" Dari suaranya aja gue tau kalau ini Troy.

"Kabar gue sangat bahagia bro. Lytina udah tersingkirkan." Gue agak berteriak saat bilang 'sangat bahagia'.

"Keren deh. Kalau gitu kita nanti ngumpul yok, suntuk nih gue."

"Tumben lo jam segini udah bangun. Ngajakin ngumpul? Gue pergi sama Jessa nanti sore." Karena memang gue gak mau nunda waktu gue dengan Jessa.

"Ciee yang udah baikan. Haha ya udah deh kapan-kapan aja. Gue ajakin Albert aja."

"Semoga Albert juga lagi sibuk sama pacarnya, otomatis lo jadi jomblo kesepian yang merana. Makanya jangan jadi playboy terus, cari yang serius kek." Gue geleng-geleng mengingat ulah playboy Troy.

"Ceramahin gue mulu melebihi mom gue aja. Cocok jadi uztad deh lo."

"Udah selesai belum? Lo ganggu gue tau gak? Gue harus bergaya di depan cermin biar Jessa klepek-klepek liat kegantengan dan kegagahan gue." Gue terkekeh menyadari betapa percaya dirinya gue.

"Ya udah sampai disini obrolan kita. Maaf telah mengganggu waktu anda. Sekian dan terima kasih." Sumpah Troy bikin gue ketawa ngakak. Dasar sobat gue yang gila.

***

Jessa POV

"Mau kemana lagi lo?" Tanya Jake saat gue mengikat tali sepatu converse kesayangan gue.

"Ya pergi dong." Jawab gue tanpa sedikit pun natap dia, masih fokus dengan kegiatan gue.

"Gue heran cowok lo banyak bener dek. Jangan jadi playgirl ya. Gue bilang mom ntar." Ucapnya memperingatkan.

"Sembarangan banget tuh mulut. Gue belum punya cowok kali. Jadi, boleh dong gue pergi dengan siapa aja. Aduin aja sama mom. Mom aja tau siapa aja yang deketin gue. Soalnya gue sering curhat." Gue menyikut lengan Jake. Resek banget.

"Wah, bagus dong. Gue tanya mom ah lo sukanya sama siapa." Aduh mampus gue, gue keceplosan. Kalau udah jujur sama Jake, berujung maut tuh.

"Eh jangan dong. Jakeeeee.." Gue lari-lari ngejar Jake ke arah dapur. Pasti dia mau nyamperin mom dan menanyakan 'ya kalian taulah'.

"Apa-apaan sih kalian kayak anak kecil. Mom lagi masak, ntar kena cipratan minyak goreng." Protes mom yang sedang menggoreng ikan. Masakannya kelihatan enak, tapi sayang gue gak bisa cicipin karena ada ketemuan sama Leo.

"Ini nih mom, siapa cowok yang.."

"Nothing mom. Jake lagi gila, jangan dengerin." Untungnya gue berhasil menyekap mulut Jake.

"Kamu mau kemana sayang? Udah cantik begini." Mom memperhatikan gue dari atas ke bawah. Rambut gue biarin blow out, dress selutut berwarna hitam dan tanpa lengan, sepatu converse berwarna putih. Riasan make up cuma gue pakai senatural aja. Gak tau kenapa rasanya gue pengen berdandan aja. Apa mungkin supaya Leo terpesona dan bilang you're beautiful Ca? Ah jangan GR Ca.

"Mau kencan sama cowok mom." Jawab Leo yang gue hadiahi satu cubitan di perutnya.

"Kencan? Sama Leo sayang?" Pipi gue merona mendengar ucapan mom, kok bisa tau ya gue perginya sama Leo?

"Iya sama dia. Gak kencan kok, cuma jalan bentar aja."

"Bohong lo, palingan pulang tengah malam." Dan lagi gue ngasih satu cubitan buat dia. Yang ini dijamin lebih sakit.

"Emang lo pikir gue cewek apaan?" Gue menyilangkan kedua tangan diatas dada.

"Jangan syirik Jake. Bilang aja kamu pengen ngajak cewek jalan juga tapi gak ada diantara mereka yang mau." Mom terkekeh pelan. Gue pun tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perut.

"Banyak yang antri kok mom. Lagi males aja." Lirikan matanya beralih ke gue yang masih ketawa. "Diem lo! Gak gue bukain pintu kalau lo pulang."

"Biarin aja, yang penting mom izinin gue." Tak kalah gue pun menjulurkan lidah padanya.

"Cukup berantemnya, ikan mom gosong nanti. Tunggu Leo diteras sana. Hati-hati ya sayang." Mom mengecup dahi gue pelan. Gue mengacungkan jempol dan pamit pada mom.

***

Gue usahain update chapter selanjutnya ya. Bagi para readers sabar ya nunggu kelanjutannya, endingnya gue bikin lebih menarik dan tak terduga:D

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang