(11) Sorry Alvin - part 1

182 33 0
                                    

Author POV

Jessa berjalan bersama Rion menuju taman sekolah. Hubungannya dengan Leo semakin lama semakin erat. Tapi statusnya masih temenan, bisa dibilang TTM-an.

"Eh, Ca. Lo masih inget sama Alvin kan?" Tanya Rion saat mereka sudah duduk dikursi taman. Jessa pun mengangguk. "Dia minta nomor hp lo. Kasih atau enggak?" Pertanyaan Rion hanya dijawab anggukan oleh Jessa. Udah 2 kali anggukan berarti.

"Ca, kok ngangguk mulu sih? Suara lo ilang ya?" Tanyanya sambil memainkan handphonenya. Mengetik pesan di qwerty keyboard untuk membalas sms dari Alvin tentunya.

"Lucu deh lo Yon. Gue lagi seneng aja." Jawabnya malu-malu. Pipinya itu semakin merona dan semakin membuatnya terlihat cantik.

"Biar gue tebak pasti Leo ya? Ceritain dong." Ujarnya sambil menarik-narik baju Jessa. Haha, kasian Jessanya.

"Ih, jangan tarik-tarik juga napa?" Jessa cemberut sekaligus kesal. Sahabatnya ini memang gak bisa lembut sama sekali.

"Haha, terus Alvin mau dikemanain Ca?" Cengir Rion sambil mencubit pipi Jessa. Jessa pun membalasnya dengan satu jitakan. Sementara itu, Rion ingin Jessa jadian dengan Alvin. Tapi siapa yang sangka, ternyata Jessa tak menginginkan hal itu.

"Maksud lo apa Yon? Dia kan bukan siapa-siapa gue." Tanyanya dengan nada keterkejutan.

"Dia suka sama lo Ca. Dia sendiri bilang sama gue pas gue nunjukin foto lo di hp gue. Haha, terpesona dia. Dan dia minta dikenalin sama lo. Makanya waktu itu gue ajak lo pergi supaya kalian ketemu. Katanya sih secepatnya dia bakal nembak lo." Jelas Rion sampai terkekeh.

Jessa tak percaya, badannya melemas seakan apa yang dikatakan Rion membuat hatinya remuk. "Tapi gue gak suka sama dia Yon. Gue gak ada perasaan apa-apa sama dia. Gue gak bisa balas dia. Kenapa sih lo gak bilang ke gue dulu? Gue gak pengen dia jadi benci sama gue. Gue ngerasa gak enak sama dia. Kalo dia beneran nembak gue, gue jawab apa Yon? Gue takut lukain hati dia." Jessa beranjak meninggalkan Rion ditaman, kini ia menitikan air mata. Tak peduli dengan panggilan dari Rion. Alvin menyukainya seakan itu membunuhnya.

Bagi cewek lain pasti bakal nerima Alvin dengan kegirangan, tapi tidak untuk Jessa. Ia justru tak merasakan apa-apa, hanya terkagum saja dengan ketampanan Alvin disaat pertama kali bertemu.

***

Jessa terbangun dan mengucek matanya. Jam berapakah sekarang? Matanya terasa sembab dan kepalanya pusing. Entah sudah berapa jam ia menangis hingga ketiduran dimeja belajarnya.

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu dan seseorang berteriak dibalik pintu itu."Dek, ada temen lo dateng tuh. Cepet ganti baju, dia udah nunggu dibawah. Katanya dia pengen ngajak lo jalan."

"Iya bentar. Gue turun bentar lagi." Ia sudah mengenali suara siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Jacob. Ia pun beranjak melangkah menuju kamar mandi, sekedar membersihkan dirinya yang tampak kusut ini.

'Pasti itu Leo deh.' Senyumnya mengembang saat mengatakan itu. Kehadiran Leo pasti sangat menghiburnya saat ini.

Kini Jessa berdiri didepan cermin, merapikan penampilannya sambil bersenandung kecil. Karena sekarang sudah jam 7 malam, ia mengenakan T-shirt putih ditutupi hoodie jacket berwarna hitam. Jeans panjang berwarna hitam dan rambutnya dicepol asal. Namun tetap memperlihatkan aura kecantikannya. Kemudian ia berjalan menuju rak sepatu. Sepatu keds lah yang dipilihnya untuk malam ini.

Hatinya sudah berdebar-debar saat telah menutup pintu kamarnya. Ia akan memeluk Leo setelah melihat cowok itu nanti.

"Hai, Le..." ucapannya tergantung saat cowok yang duduk disofa itu menoleh padanya. "Eh, hai Alvin." Pasti dia terkejut, ternyata bukan Leo yang akan mengajaknya pergi malam ini, tapi cowok yang membuatnya menangis seharian ini. Mau tak mau ia harus menyembunyikan kesedihannya, menggantinya dengan sebuah senyum. Bukan, itu bukan senyum tulus.

"Hai, Ca. Yuk pergi." Kata Alvin beranjak lalu menggandeng tangan Jessa. "Om, tante, kak Jacob, saya izin bawa Jessa malam ini ya." Ucapnya sopan lalu dijawab anggukan oleh mereka bertiga.

'Tumben Jake gak nyebelin,' batin Jessa.

"Hati-hati ya kalian. Jagain anak tante ya Alvin." Alvin pun mengangguk sambil mengulum senyum. Kini ia menggandeng Jessa keluar menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Jessa itu.

"Kok lo gak sms gue dulu Vin? Rion kan udah ngasih nomor gue ke lo." Tanya Jessa saat mereka kini berada di Lamborghini Veneno milik Alvin.

"Hehe sorry Ca. Biar surprise aja." Jawabnya sambil mengacak rambut Jessa. Perlakuan Alvin ini membuat Jessa semakin sedih dan sekarang Alvin akan membawanya kemana?

"Ini rumah siapa ya Vin?" Jessa heran kenapa Alvin membawanya ke sebuah rumah bernuansa Eropa. Bukannya Alvin akan mengajaknya jalan-jalan?

"Ini rumah gue. Yuk masuk, cuma ada pembantu gue disini." Alvin melingkarkan tangannya di pinggang Jessa. Membuat gadis itu merasa risih sekarang. Mereka kini berjalan menuju teras rumah Alvin.

***

Jessa terkejut melihat kejutan ini. Rasanya ia terharu dan perasaan bersalah menyelimuti dirinya. Untuk apa Alvin menyiapkan ini semua untuknya? Ini sangat sempurna, bahkan didambakan oleh setiap gadis.

"Ayo duduk dulu princess." Alvin menuntun Jessa menuju meja tersebut lalu mempersilakan Jessa duduk. Ia pun memilih duduk dikursi yang berhadapan dengan kursi yang diduduki Jessa. Sebentar lagi ia akan mengungkapkannya pada Jessa.

"Gimana? Lo suka kan Ca?" Jessa mengangguk sebagai jawaban. Matanya berlinang lalu satu tetes berhasil jatuh dipipi kirinya.

"Hei, Ca. Lo kenapa nangis? Please jangan gitu." Alvin buru-buru mengelap air mata Jessa dengan ibu jarinya. Jarinya yang lain telah menangkup wajah cantik Jessa.

"Apa maksud ini semua Vin? Ini sempurna banget." Ia melihat ke sekeliling.

Hembusan angin hampir saja meredupkan beberapa lilin yang menyala. Bunga-bunga yang bertebaran disekeliling meja pun semakin memberikan kesan romantis. Diatas meja yang telah dialasi kain bermotif kotak-kotak itu pula tersedia beberapa hidangan untuk makan malam. Tak lupa pula ditengah-tengah meja diletakan sebuah vas bunga putih klasik dengan setangkai bunga mawar yang ada didalamnya.

Disinilah mereka, kursi dan meja itu berada ditepi kolam renang belakang rumah Alvin. Bisa dikatakan ini nge-date. Alvin sudah merencanakannya 2 hari lalu. Ia berusaha memberikan kesan romantis agar rencananya berhasil. Dia menginginkan gadis itu agar menjadi miliknya. Membahagiakannya semampunya.

"Udah, makan dulu yuk. Aku yakin kamu pasti belum makan." Ujarnya sambil tersenyum tulus. Benar saja, Jessa memang belum makan sejak pulang sekolah tadi. Perutnya sudah demo agar harus mendapatkan makanan.

Beef bourguignon yang diatas piringnya langsung disantap dengan lahap oleh Jessa. Alvin yang melihat tingkah laku Jessa pun tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

"Ini enak banget Vin. Siapa yang bikin sih?" Tanya Jessa pada Alvin, namun matanya masih fokus pada makanannya itu.

***

TBC

Sorry telat update ya guys, lagi bad mood soalnya:-( maaf kalau part ini kurang menarik. Silakan comment menurut perasaan kalian ya. Gue terima kok dengan senang hati:-)

Daniel Radcliffe as Daniel Julio Alvin

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang