(16) Gaje

184 32 0
                                    

Jessa POV

You were everything, everything that I wanted
We were meant to be, supposed to be, but we lost it
And all our memories, so close to me, just fade away
All this time you were pretending
So much for my happy ending
So much for my happy ending

Lo bikin gue seneng, trus lo bikin gue sakit hati. Bikin seneng lagi lalu gue sakit hati lagi. Gitu aja terus sikap lo ke gue. Lo gak pernah jelas. Gue capek sama yang gak jelas. Mungkin lo kasih gue harapan palsu, haha kasian banget hidup gue. Lo mau jadiin gue korban selanjutnya? terus lo ketawa ngakak ngeliat gue menderita. Gue gak sebodoh itu, gue gak akan terjerumus ke dalam hidup kelam lo itu.

Gue gak mau tergoda lagi sama ketampanan lo yang sukses bikin cewek-cewek teriak histeris sampai ke bawa mimpi. Gue bakal buktiin itu. Lo tau kenapa? Karena gue benci sama lo. Gue benci semua tentang lo. Sekarang gue gak mau urusin lo lagi. Cukup sampai disini aja hubungan kita. Hubungan pertemanan yang gak jelas.

"Woi, Ca, kalau udah kenyang sini buat gue aja. Kasian cuma diliatin." Rion bikin gue kaget dan otomatis mata gue ngelirik tepat ke mata dia. "Yee, biasa aja kali matanya. Gue kan gak salah apa-apa."

Gue pun tertawa sekencang-kencangnya ngeliat tingkah labil Rion. Setidaknya dia sukses bikin gue ketawa hari ini. Gak segalau kemaren. Lalu gue pun melepas headset yang sedari tadi gue pakai untuk dengerin.

"Gue masih mau dong. Ini kan punya gue Yon." Omel gue sambil mengaduk-aduk bakso yang belum tercampur sempurna. Ya iyalah dari tadi belum gue sentuh.

"Hm, udah gak galau lagi ni kayaknya. Bagus deh." Gue tersedak setelah Rion menepuk pundak gue keras.

"Ya ampun, Yon. Gue lagi makan masih aja lo gangguin." Gue menatapnya sinis. Rasa mau gue makan aja dia.

"Hahah, oke sorry. Gue balik duluan ya." Ujar Rion tanpa memberi gue kesempatan buat ngomong. Dia ninggalin gue di kantin. Emang iya sih kantin masih ramai tapi gue males tau ke kelas sendiri. Apalagi mood gue beberapa hari ini gak bagus.

"Hai, Ca." Kan, dasar kutu kupret, tadi pergi sekarang kembali lagi. Kayak Leo aja yang datang dan pergi sesuka hati.

"Apaan Yon? Tadi katanya mau duluan. Duluan aja sana! Lo kan tegaan sama gue Yon." Gerutu gue masih dengan mulut penuh bakso.

"Gue bukan Rion Ca. Gue Leo." Untuk kedua kalinya gue tersedak. Ini jujur atau bohong sih? Sumpah jangan bercanda dong.
Tanpa pikir panjang gue menoleh ke seseorang yang duduk disamping gue ini. Sumpah ternyata ini jujur. Leo mengulum senyum yang pastinya gue balas dengan tatapan gak suka.

"Ngapain lo kesini?" Tanya gue jutek sejutek-juteknya. Dan gue gak mau natap wajahnya. Masih asik ngabisin kuah bakso.

"Soal yang beberapa hari lalu...."

"Beberapa hari lalu apa? Kita gak kenapa-kenapa kok." Potong gue sambil pura-pura gak ingat kejadian buruk itu.

"Hm, dan Lytina itu bukan siapa-siapa gue lagi Ca."

"Lytina siapa ya? Gue gak ingat tuh. Gue lagi males ngomong sama lo soalnya. Sorry gue balik ke kelas dulu." Langkah gue terhenti setelah Leo mencengkram tangan gue. Ya iyalah gue bete' dia nyebut-nyebut nama cewek itu.

"Jadi cowok itu sopan dikit! Apa-apaan lo main cengkram aja. Sakit tau!" Dengan omongan gue barusan, otomatis dia lepasin cengkramannya dan menatap gue sendu.

"Gue masih pengen deket sama lo Ca. Memperbaiki kesalahan gue. Dan gue pengen serius sama lo." Gayanya seperti memelas. Gue kasian sih tapi lupain dia Ca! Dia cowok brengsek.

JESSALEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang