Mendiang yang terhormat

394 64 8
                                    

Covernya gimana? Bagus gak?

.

.
.

.

Siapakah Santa Claus itu? Kau mengedipkan mata silau pada sinar matahari. Santa Claus adalah iblis merepotkan yang menambah beban pekerjaan mu 300%.

Bercanda, Ia hanyalah riak kecil yang sudah pasti akan terjadi. Mereka mengincar Denji dan itu pun sudah pasti, fakta bahwa Chainsaw Devil tetap ditakuti di Bumi maupun di Neraka. Kekalahannya bahkan tidak bisa benar-benar disebut kekalahan, Ia dikeroyok pun masih bisa menghajar habis Keempat kuda Kiamat.

Tidak diragukan lagi memang Iblis favoritmu itu.

Kau tak punya banyak pilihan, kalau Kita tidak bisa menggeret Makima kembali ke Neraka, kita bawakan saja Neraka untuk pelacur itu.

'Ini akan menyenangkan.'

Bagaimana bisa Mereka lupa? Aku masih tetap Iblis, dan kehancuran masih menjadi makanan utamaku.

.

.

.
.
.

.

.

"Santa Claus, Dia merepotkan." Ucap Makima padamu, entah apa yang membuat Makima membawamu untuk berbicara empat mata. Kau hanya mengikutinya saja. Saat ini Kalian berada di salah satu taman, duduk di bangku yang menghadap langsung kearah danau Taman.

Keadaan sekitar sangat nyaman. Seolah tak akan terjadi hal yang mengerikan.

"Oh, begitukah? Lalu apa rencana Kita?" Makima terdiam sebentar, menyesap kopi yang sudah Ia pesan, Matanya memandang lurus kearah depan, entah apa yang Ia pikirkan. Mungkin ia diam-diam menghitung berapa ekor bebek di Danau depan Kalian?

"Mungkin memang paling benar Kita harus berperang melawan Mereka. Tujuan Mereka adalah jantung milik Denji." Kau mengangguk paham, mungkin rencana saat ini hanyalah melindungi Denji. Bisa gawat kalau Denji jatuh ke tangan Mereka.

Tapi tak peduli kemana Denji akan melangkah juga, Dia tak bisa kemana-mana.

"Rencana Bomb-chan benar-benar sukses." Makima tersenyum, lalu menyesap kembali kopi hitam miliknya.

"Lalu?" Tanyamu, kini Makima menoleh kearahmu dengan senyuman yang sama,

"(nama)-san, menurutmu Dunia yang sempurna itu seperti apa?" Tanyanya, Kau berfikir sebentar. Kenapa tiba-tiba Makima bertanya seperti itu?

"Dunia yang sempurna? Kita kan sudah hidup didalamnya, kurang apa lagi?" Jawabmu, walaupun Kau menjawab bukan sebagai Kau tapi sebagai manusia biasa, menurutmu jawabanmu akan tetap sama. Apa yang perlu kita ubah?

Makima mengangguk, menerima jawabanmu namun sepertinya itu tak cukup memuaskannya.

"(nama)-san, Aku sangat berharap Dunia jauh dari kata peperangan. Apapun itu. Menurutku sempurna adalah Satu tujuan lurus." Satu tujuan lurus? Wanita ini pasti bercanda.

"Jadi? Dengan cara apa Kau meraih kesempurnaan itu? Kau kan bukan Dewa." Ucapmu dengan nada ambigu, apakah rasa tak terima? meremehkan? penasaran?

Makima diam, hening diantara Kalian yang hanya terisi dengan kicauan pelan dari Burung-burung disekitar taman. Seolah terdiam tak bernyawa, helaian rambut milik Makima berterbangan mengikuti arah mata angin.

"Tidak tahu, kalau Kau bagaimana? Kau kan Dewa." Nada tenang seolah tak terdengar sedikitpun emosi maupun kebencian.

Kau membelakkan mata kaget, apa?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

they tell me i am a god Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang