Kiblat

440 73 0
                                    

"Takut lah. Dan sadarlah, Aku adalah sesuatu yang Mereka takuti."

.
.

.
.

.
.

Senyuman itu tak dapat terbaca sedikitpun oleh Kishibe. Aneh, sangat aneh, Ia adalah seseorang yang berpengalaman berpuluh tahun untuk ini dan masih saja, senyum gadis asing itu membingungkan nya.

Takut, seluruh bulu kuduknya berdiri, dalam sekejap Kishibe yakin. Ia bisa mati dan senyum itu adalah mata pisaunya. Padahal sebelum Kau tersenyum, Kishibe yakin Kau adalah Kau. Sekarang ia tak cukup yakin.

"Aku tak akan membahayakan kalian. Tak ada gunanya sama sekali," Kau berucap enteng, menyenderkan punggungmu berusaha mencairkan suasana. Tanpa sadar Kishibe menelan ludahnya, ini benar-benar aneh, pikirnya.

'Apakah keputusan kami sudah benar? bagaimana kalau Ia adalah iblis yang lebih menakutkan daripada Makima?'

Kalimat itu terus berputar dalam benak Kishibe. Itu adalah skenario paling buruk, Tak tahu alasannya namun Kishibe sangat yakin kalau Kau adalah makhluk aneh. Setelah mengumpulkan keberanian dan rasa penasaran yang cukup kuat, Ia pun memberanikan diri untuk bertanya,

"Kemana kiblat mu?"

Kau mengangkat alismu,"Maksudmu?"

"Kau berbicara seolah-olah Kau tahu kemana arah mu bersujud,"

Kalimat Kishibe membuatmu terkikik pelan, Ahh hampir saja Kau lupa apa nama perasaan yang baru saja Kau rasakan.

Terkesan.

"Tidak ada. Mungkin yang benar adalah Aku ini kiblat mereka."

.

.
.
.
.

.

"Kau terlalu gegabah, tidakkah kau berfikir sebelum mengambil langkah itu?" Sudut bayangan di kamar milikmu berkicau lagi, Kau memutarkan mata merasa terganggu.

"Aku hanya melempar batu itu lebih awal, apa salahnya?"

Seolah berjalan, bayangan itu mendekati mu lalu berhenti tepat didepan wajahmu. Dingin, dingin dan mengerikan.

"Apa alasanmu?" Kau bisa mendengar kekesalan dibalik suaranya. Dengan enteng Kau angkat bahu,"Tidak ada, Aku hanya merasa kalau ini akan membuat semuanya menjadi sedikit menarik."

"Jangan sampai terbakar."

Kau tersenyum, lucu, pikirmu,"Aku adalah api, bagaimana Aku bisa terbakar, Kak?"

Bayangan itu mendengus, sedikit manifestasi dari kekuatannya, Ia membentuk suatu wujud tangan yang tersisa hanya tulang dengan jari kuku yang amat panjang nan tajam menuding kearahmu.

"Hilangkan pikiran sombongmu itu dan beregaslah meninggalkan tempat hina ini."

Itu adalah suatu pengingat, Kau harus tetap berjalan di jalan yang sudah ditentukan. Kau mungkin adalah Api, namun tugas lainmu adalah jangan membiarkan Api milikmu melahap habis semuanya.

Bayangan itu perlahan menghilang meninggalkan kamarmu dan dirimu yang termenung sendiri didalamnya.
Kau menghela nafas pelan, sejujurnya ini semua merepotkan.

'Rasanya ingin kubakar semuanya.'

Santa Claus ya?

.
.

.
.

.
.

Disuatu tempat asing yang dari luar tak terlihat seperti tempat yang terurus, namun dibalik itu tempat itu adalah suatu markas rahasia yang terpencil.

"Ini adalah perang." Ucap Kishibe dihadapan beberapa Pria asing. Mungkin bisa lebih singkat dikenal sebagai Pasukan Anti-Makima.

"Dan kita tak tahu, kita harus menghadap kearah mana."

"Apa maksudmu Kishibe? sudah jelas kan rencana Kita adalah membunuh subjek 'Makima' sesuai rencana awal?" Salah satu Pria asing itu bertanya, heran dengan perkataan Kishibe seolah-olah rencana mereka hancur berantakan sebelum terlaksanakan.

"Bagaimana kalau Saya bilang, Neraka ingin menyeret 'Makima' kembali dengan sendirinya?"

Kalimat itu berhasil membuat gaduh seisi ruangan.

"Tidak. Tidak mungkin, Neraka adalah suatu tempat bukan entitas. Itu adalah hal paling mendasar, konyol Kau Kishibe!" Tentu saja, yang Kishibe ucapkan adalah kalimat gila, dan benar ucapan orang yang meneriakinya.

Neraka adalah tempat, bukan seorang entitas.

"Saya percaya itu yang Kita yakini, tapi bagaimana kalau ada teori mengatakan bahwa Iblis-iblis itu hingga detik ini tidak membabat habis Manusia, karena ada ikut campur dari entitas yang lebih kuat dari mereka? Bagaimana?" Tenang namun semua orang bisa melihat dari sorot mata Kishibe, Pria itu serius atau entahlah mungkin lebih pantas dibilang gila!

Tentu saja perkataan nya ditolak mentah-mentah, tak ada yang mau merubah rencana awal. Sudah berkorban banyak waktu, tak bisa tiba-tiba berubah.

Seseorang berteriak, menolak ucapan Kishibe,"Gila ya! Tidak mungkin Iblis berpihak pada kita!"

"Kau percaya diri sekali kalau entitas itu hanya mementingkan Bumi. Bagaimana kalau keseimbangan yang mereka inginkan ternyata hanyalah Bumi harus ada begitu pun dengan Neraka. Dan kita tahu bahwa Dunia impian Subjek 'Makima' adalah Dunia palsu yang berpusat pada Manusia tanpa hawa nafsu dan menjadi Makhluk kosong. Jelas itu mengganggu keseimbangan yang selama ini Mereka lakukan kan?" Semakin lama ucapan Kishibe membuat Pria-pria tersebut mempertanyakan diri mereka sendiri.

Benar juga. Tapi itu masih teori, teori liar dari seorang pemabuk bernama Kishibe.

"Keseimbangan? Kita dibantai ratusan tahun oleh Mereka."

"Itu juga yang Kita lakukan dari dulu kan?"

Ucapan itu benar, tak ada pembantaian sepihak. Mereka saling bantai dan cukup mengherankan juga sebenarnya, Iblis punya banyak kesempatan untuk membasmi Mereka. Namun bisa saja satu-satunya alasan Mereka adalah agar Mereka tak kehabisan sumber pangan?

Tapi konyol juga. Mereka tak mempunyai kapasitas untuk menahan diri, harus ada rantai yang membelenggu mereka.

Mereka semua terdiam beberapa saat, bingung hendak mengucapkan apa, tak paham harus kemana, Mereka tetap menutup mulut hingga sebuah suara memecahkan keheningan yang ada,"Apa rencana kita sekarang?"

"Mula-mula, Kita harus khawatirkan dengan asumsi penyerangan oleh Pihak Jerman."

.
.
.

.
.
.

A/N: Setahun sekali uhuy. Masih aje ada yang notis cerita ini, makasih banget Aku jadi keinget cerita ini belom tamat AHAHA

DAN BIG THANKS BANGETTT SAMA KALIAN YANG VOTE DISINI MWAHHHHH

Udah segitu dulu, ku cukup lelah ngetik panjang dan mikir ga pake otak kayak fanfic Gojo punyaku (cek plis di propilku)

(tlg jngn gebukin aku bg)

they tell me i am a god Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang