Yang Ku Agungkan

1.1K 296 43
                                    

Semuanya, diciptakan sudah berputar pada porosnya masing-masing. Termasuk Aku dan Kau.

Tidakkah aneh? Aku yang ditugaskan untuk menjaga segalanya di semesta ini, berniat menghancurkan apa yang sudah kucintai?

Ah? Kau bertanya apa itu cinta? Iblis rendahan seperti Kau dan Dia tidak akan paham.

Pelankan suara berisik mu itu. Membuat kepalaku berdenyut saja.

Jangan sombong, cuma karena Kau ditakuti oleh banyak iblis. Lihatlah keatas, Kami semua 'Menghakimi' Mu.

"Itu tidak menjawab pertanyaan ku tadi!" Serunya keras, tanpa rasa bosan dan lelah menanyakan hal yang sama ratusan kali dalam ratusan tahun

"Tahu apa Kau soal tugasku? Iblis seperti mu, cukup diam dan perhatikan saja."

.
.
.
.

Aku terbangun dengan keringat sekujur tubuh, bukan, bukan karena aku mengalami mimpi buruk. Namun karena aku dihimpit oleh Makhluk-makhluk berdarah panas disebelah ku ini

"Oh Ayolah! Minggir!" Aku mendorong kepala Power yang terlalu dekat dengan badanku. Tak cukup sampai disitu, Denji juga menendang lengan ku dengan cukup keras.

"Ah sialan." Aku bangkit lalu keluar, menuju balkon. Setidaknya angin sepoi bisa mengurangi panas tubuhku ini. Aku menyenderkan lenganku, menatap atap-atap rumah dihadapan ku

"Hei," Suara serak khas bangun tidur milik Aki menyapaku. Aku hanya menoleh sebentar kearahnya. Ia berjalan hingga berhenti tepat disebelahku

"Kenapa?" Tanyaku ketika merasakan pandangan menusuk dari Aki

"Kenapa Kau bisa sesantai ini?" Aku menaikkan alisku, benarkah? Perlahan bibirku terangkat untuk menjawab, tanpa memalingkan wajahku padanya

"Aku hanya memasang wajah santai, Kau kan tidak tau aku seperti apa." Aki hanya diam, untuk beberapa saat

"Hei (nama), apakah Kau tidak takut mati?" Pertanyaannya sukses membuatku menoleh kearahnya

"Tidak juga,"

"Aneh sekali, kenapa?"

"Mungkin karena Aku merasa, selama ini Aku juga sudah hidup berdampingan dengan Kematian. Jadi Aku tidak begitu takut." Jawabku, sedikit kurang tepat sih karena pemilihan kataku agak aneh

Aki hanya diam, dengan raut wajah yang kebingungan,

"Kau tidak akan merasa takut kalau Kau tau disisi sebelah sana, tidak ada apa-apa. Setelah Kau pergi, yang tersisa hanyalah kenangan dan masa lalu. Waktu? disana tidak ada waktu. Didalam kubangan bernama Kematian, tidak ada yang benar-benar berarti,"

"Dan untuk beberapa orang, mengetahui fakta itu, membuat mereka sedikit lega. Karena apa? Kau tidak kehilangan apa-apa ketika saatnya kematian menghampirimu."

"Tapi bukankah itu lebih menakutkan?" Raut wajah Aki berubah, kini ia sedih dan cemas

"Tergantung. Mereka yang mempercayai hal itu merasa tak punya sesuatu yang menahan mereka untuk kebebasan abadi bernama kematian."

"Bahasamu seperti orang tua saja." Canda nya pelan, namun dengan sorot mata yang masih penuh kecemasan

"Tapi kenapa Kau bisa tahu sedetail itu?"

"Sudah kubilang kan, Aku menghabiskan seluruh hidupku, hidup bersamaan dengan kematian." Ucapku singkat membuat Aki masih menatapku kebingungan

"Kalau Kau, setelah semua yang Kau alami kenapa masih mau bertahan disini?" Kali ini giliran ku bertanya, karena cukup Aneh saja. Aki sudah kehilangan banyak hal, manusia normal tidak akan betah berlama-lama kalau mengalami hal yang sama sepertinya

they tell me i am a god Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang