🌻 12. Suapan Pertama

144 51 9
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

📝 Author Note

1. Selalu jadikan Al-Qur'an bacaan utama.

2. Jan lupa baca basmalah terlebih dahulu, lalu klik 🌟 di pojok kiri bawah.

3. Silakan share quote atau adegan favorit dalam cerita ini dan mention Ig @rifkarizki12

4. Semoga bermanfaat. Happy Reading 🥰

,
,
,
,
,
,
,

Bertemu denganmu, bukanlah kuasaku. Akan tetapi perihal menjagamu, sudah menjadi kewajibanku sampai mati.

-Hiraeth Kalopsia-
By: @Rifkarizki12

🕊️✨✨🕊️

Setelah menimbang permintaan Eyang Putri dan juga Mama Sisca, akhirnya kuputuskan untuk menyetujui balik lagi ke Ndalem, rumah keluarga besar Sastrowidyodiningrat. Bagaimana pun juga, Ananta masih berstatus sah sebagai suamiku. Ayah kandung dari Alana, putri kecilku.

Aku sempat kecewa karena ternyata selama ini Papa merahasiakan semua ini. Papa berdalih, takut jika traumaku kembali kambuh dan justru semakin menyiksaku tatkala aku bersangkutan lebih jauh lagi dengan masa laluku. Termasuk dengan uang transferan yang diberikan dari rekening Ananta untukku.

Akan tetapi, semua keputusan Papa mungkin yang terbaik. Karena dengan begitu, ikatan pernikahan suci kita masih terjaga. Aku tidak perlu mengulang ijab qobul karena putusnya hubungan suami-istri di antara aku dan Ananta. Karena faktanya, orang suruhan Eyang Putri selalu mengirimkan 10 juta per bulan ke rekening Papa.

Uang itulah yang sedikit banyak membantu keuangan kami semenjak tinggal di desa bersama Lilis. Bahkan uang dari transferan Ananta bisa menjadi modal untukku membuat bisnis keripik jamur.

"Permisi Bu, ini ada sarapan untuk pasien bernama Ananta Bagaskara. Mau saya anterin di dalam atau Ibu yang bawa?" suara seorang perawat mengagetkanku yang saat ini masih berdiri mematung di depan pintu ruangan Ananta.

Oh iya, alhamdulillah sekarang dokter sudah memindahkan ruangan rawat inap Ananta dari ICU. Karena kondisinya yang dinilai sudah normal dan membutuhkan waktu beberapa hari untuk pulih, kali ini Ananta dipindah di ruang VIP biasa.

"Oh ya, biar saya aja yang bawa masuk. Terimakasih ya, Sus."

Aku mengambil alih troli berisi bubur dan juga segelas susu juga buah-buahan yang tersaji di atas sana. Setelah itu, aku menghembuskan napas kasar. Sebelum akhirnya, tangan memegang gagang pintu dan masuk ke dalam ruang inap suamiku.

"Assalaamu'alaikum Imamku," pekikku begitu membuka pintu ruang rawat Ananta.

Kulihat Ananta masih tidur pulas. Tubuhnya sedikit mengurus. Mungkin efek dari beberapa tahun harus terbaring koma di ranjang pesakitan.

"Assalamu'alaikum Mas Bagas," pekikku Kembali yang membuat kelopak mata yang semula terpejam itu kini mulai terbuka pelan.

Ananta mulai mengubah posisinya menjadi duduk. Ia sedikit tertatih mulanya, langsung saja dengan sigap aku membantunya untuk duduk.

"Mas Bagas? Siapa itu Mas Bagas?"tanyanya menyelidik.

Astaghfirullah. Aku lupaa, aku telah kelepasan. Aku masih tidak percaya jika suamiku saat ini tidak mengenali aku, istrinya sendiri.

Hiraeth KalopsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang